Pelangiku.

10 1 0
                                    

Ingatan-ingatan yang berlalu dalam ingatan Lucia perlahan membentuk mozaik yang gadis itu sebut pelanginya sendiri. Kehangatan dari sang Kakak yang menjuntai lembut bagai syal sutra telah mencairkan hati gadis itu. Lucia tersadar bahwa hal ini cepat atau lambat akan membawanya pada suasana romantis yang sangat jarang dibawakan oleh kakaknya yang energik dan dewasa. Bolehkah ia bersikap sedikit lebih feminin daripada biasanya? Karena pada dasarnya kakaknya menyukai adik yang feminin tapi tidak berlebih. Perasaan yang dimiliki sang Kakak perlahan mencair dengan hangat dan manis seperti ice cream cone. Kakak yang selalu memakai topi terbalik dan tersenyum ceria itu seringkali mengajaknya bermain. Lucu sekali karena permainan yang dibawakan kakaknya kadang tak masuk akal namun mengasyikkan. Seperti bermain hujan-hujanan, berlari, atau yang paling seru bermain nyanyi-nyanyian. Lucia yang masih sibuk menghapal beberapa not balok untuk besok merasakan dingin yang sangat. Apakah ia dapat memperoleh kehangatan itu sekali lagi?
"Apa kamu kedinginan Lucia?"
"Hah Kakak? Iya."
"Ini Kakak bawakan coklat panas. Semoga kamu membaik dan tidak kedinginan lagi ya!"
"Wah terima kasih banyak Kak! Wangi coklatnya sangat menggoda hahaha."
"Sama-sama Dik."
Secangkir coklat panas telah menghangatkan persaudaraan Lucia dan Lein yang kadang berselisih paham tapi masih saling menjaga satu sama lain. Di lain pihak Lucio masih jarang bertemu Lucia sejak dari festival kemarin. Wajar saja keduanya sibuk sampai mereka kembali ke akademi. Namun, yang membuat Lucia sedih akhir-akhir ini selalu dihempas oleh kakaknya yang lucu, energik, dan dewasa. Kakaknya bagai bunga mentari di tengah taman kota yang hanya ada rerumputan dan bunga mawar saja. Selalu saja kakaknya mendapat candaan yang membuat Lucia ikut menahan gelak tawa karena saking lucunya. Kak Lein memang tidak lain hanyalah seorang kakak yang payah. Ia selalu berpesan untuk membantu orang tua pada adiknya. Tapi dibalik kepayahan kakaknya itu ada ketulusan yang sengaja ia limpahkan kepada satu-satunya adiknya yang sangat ia sayangi. Sesuai namanya yang berarti biskuit. Ia berharap dapat menjadi selembut biskuit yang dapat menghangatkan dan membahagiakan orang-orang disekitarnya terutama kepada adiknya yang amat ia sayangi itu. Kenapa Kak Lein bisa jatuh cinta pada adik kandung perempuannya itu? Ceritanya panjang. Kak Lein juga tadinya mati-matian menahan rasa suka yang membuncah dari dadanya. Tapi lama-kelamaan ia tidak bisa menahannya lagi. Sulit jika Kak Lein tidak terpana melihat kecantikan adiknya yang seperti bunga sakura dan wanginya tersebar seperti kelopak-kelopaknya yang berjatuhan. Apakah waktu kan bisa meluluhkan hati adiknya? Kak Lein hanya merasa optimis saja dan tetap terus maju ke depan. Topi terbalik yang selalu ia pakai menjadi ciri khas dari seorang Kakak yang jenius ini. Adakah deja vu  dalam hujan yang akan membangkitkan pelangi adiknya lagi? Karena kini tatapan adiknya seperti meredup di bawah cahaya keheningan. Setidaknya kakaknya mencoba menghiburnya lagi.
"Dik kenapa kamu tidak mencoba melihat pelangimu lagi yang indahnya itu sangat luas?"
"Kakak ini ada-ada saja. Pelangiku sudah hampir hilang."
"Tapi bagi Kakak tidak seperti itu. Masih ada pelangi yang tersisa di matamu Adikku sayang."
"Hmpft! Kakak kok lucu sih?"
"Hehehe syukurlah kalau itu bisa mengembalikan pelangi dan tawamu Dik. Kakak terharu."
"Bagiku ya Kak, pelangi-pelangiku ini harus kujaga baik-baik dan datangnya memang cuma sebentar saja. Aku ingin pelangiku bisa bertahan lebih lama lagi."
"Oh kalau begitu Kakak juga akan berusaha menjaganya Dik."
Secerah mata memandang sang Kakak dengan aura melindunginya ingin menjaga pelangi sang Adik.

DimensikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang