🐌 V 🐌

18 6 0
                                    

Katamu, kehidupan itu jahat. Tapi ingat, sejahat apa pun kehidupan, bukan alasan kamu untuk tidak tersenyum.

🐣🐣🐣

Kursi penumpang mobil Tita telah terisi berbagai macam makanan ringan. Kotak-kotak donat juga tidak mau kalah menempati posisi di kursi itu. Tita, gadis itu menghela napas pasrah tatkala keinginan dari adik sepupunya itu tidak bisa dibantah. Ia akan mogok makan bilamana tidak dituruti.

Sejak kemarin sepupu dari Tita terlihat sangat sibuk di hari pertamanya sekolah. Tak sungkan Tita bertanya tapi dijawab dengan adanya krisis sekolah. Seperti itu lah.

Cia melengkungkan senyum terbaiknya, walau dia sangat malas datang ke sekolah hanya karena satu alasan, tetapi tak menyurutkan niatnya bersekolah untuk sejuta alasan.

"Sip, beres."

Tita memerhatikan Cia begitu bersemangat, gadis itu akhirnya duduk di kursi penumpang samping pengemudi sembari menepuk-nepuk kedua telapak tangan.

"Udah?" tanya Tita sehingga Cia mengangguk dan meminta kakak sepupunya untuk cepat melajukan mobilnya.

Sebetulnya Cia pun tidak tahu menahu alasan ia membawa banyak makanan itu. Namun, menurut hasil rapat kemarin bahwa ekskul teater yang kebagian membawa makanan untuk di sekolah. Ini juga hasil keputusan dari demo yang terjadi sepulang sekolah kemarin.

Cia turun dari mobil, sedikit berdebat dengan sang kakak untuk membantunya membawa semua makanan itu ke dalam kelasnya namun Tita enggan dengan alasan telat kelas. Tidak mungkin Cia membawa semua ini seorang diri.

Wajah datarnya bahkan tidak sekali pun menoleh pada Cia, hanya lirikan mata bagai biduan yang dilakukan lelaki berjaket kulit hitam dengan banyak resleting itu. Tanpa ragu, Cia memekakan nama lelaki itu saat di depan gerbang sampai semua mata terfokus pada dirinya. Untunglah saja Tita masih di dalam mobil, imbas rasa malunya tak dilimpahkan padanya.

Lelaki itu menghampiri cewek gila yang menyebut namanya dengan sangat lantang tadi. Wajahnya merah padam sedang cewek gila itu menyengir kuda tanpa ada rasa bersalah.

"Gila lo, ya?!" serunya marah nada suaranya menekankan setiap kata.

"Enggak, gue enggak gila. Cuma, lo kan anak ekskul teater juga, dan yang gue liat gak ada yang bisa bantu gue selain lo, ya jadi gue minta tolong, yaa ... please." Baby face Cia mulai timbul. Ah, itu terlalu manis.

Bagus berpikir sejenak, sepersekian detik kemudian ia mengangguk, lalu membawa beberapa kotak donat ke dalam sekolah sedang Cia membawa makanan ringannya.

"Dah Teteh, hati-hati," ucap Cia diakhiri kiss by manja ala Cia.

"Taro di mana?"

"Situ aja samping meja gue."

Bagus melengos tanpa kata apa pun lagi yang keluar dari mulutnya setelah menaruh semua bawaannya. Bahkan, baru saja gadis di hadapannya hendak berterima kasih namun kata-kata itu terpaksa harus ditelan lagi.

"Biarin aja dia. Btw, lo gak bawa kostum?" Seorang gadis yang sedari tadi duduk manis sembari menikmati teh manis pagi miliknya dengan sebuah novel bersampul merah muda ada di tempat duduknya.

"Tenang aja, gue bawa lengkap." Yang kemudian Cia mengeluarkan flowercrown berbunga sakura, tongkat bintang serta polesan make up tipis.

Lulu mengacungkan jempolnya. Gadis itu masih berpenampilan sama seperti kemarin. Culun. Rambutnya kali ini dikepang dua, mengenakan kacamata tebal bundar dan rambut depannya dibuat poni seatas alis.

"Istirahat pertama nanti kita mulai jualan. Gue juga udah panggil anak-anak yang lain buat ke sini ambil bagian dagangan mereka. Jadi kita cuma bawa satu kotak donat aja, kita tawarin ke anak kelas sepuluh aja," ucap Lulu tegas.

🐣🐣🐣

Istirahat pertama dimulai, beberapa anak teater mulai keluar dari kelasnya sambil membawa bahan dagangan mereka. Tak berbeda dengan dua lelaki itu, mereka berdua kompak mengenakan kumis serta brewok palsu sebagai aksesoris penunjang kostum. Tepat di sebelah kelas mereka, dua perempuan itu juga sudah berdiri menanti tak lupa dandanan dan aksesoris yang dikenakannya.

"Oke, kita bagi tugas. Gue sama Cia, dan lo sama Bagus," ucap Lulu seraya menunjuk-nunjuk.

"Yah, Yang. Gue mau sama lo dong," pinta lelaki bernama Candra pada sang kekasih. Best couple yang selalu membuat seisi SMA iri bahkan di saat penampilan teater mereka seperti adegan sungguhan yang menyiksa batin dan meminta untuk menjerit histeris.

Lulu menatap Cia, meminta persetujuan pada temannya sebelum menjawab pertanyaan Candra.

"Udah ayo, nanti keburu bel dagangan kita gak laku, loh. Cia pasti setuju, iya, kan, Ci?"

"Ah, itu anu i-iya ...." jawab Cia pada akhirnya pasrah.

"Tuh kan, ya udah kita duluan, ya gays. Semoga laku banyak, bye!" Candra menyeret Lulu padahal gadis itu masih setia dengan protesannya terhadap sikap Candra yang terkesan memaksa.

Satu kotak donat masih terisi penuh ada di tangan Cia. Dua manusia lawan jenis itu menatap kepergian pasangan tadi dengan nanar. "Terus, sekarang gimana?" tanya Cia, ekspresinya datar menatap lurus ke depan.

Bagus mengambil alih kotak itu secara paksa, lalu mulai melangkahkan kaki menghampiri pejalan kaki yang lewat di depannya untuk ditawari makanan berciri khas bolong di tengahnya.

"Ya jualin lah. Gitu aja pakek nanya!" seru Bagus.

"Ih, Bagus tungguin gue!"

Lima belas menit kemudian, dua belas donat berbagai topping itu habis terjual tanpa sisa. Bagus kembali menyerahkan kotak tersebut pada Cia. Laki-laki itu bahkan tidak membiarkan sedikit pun Cia untuk berjualan.

"Kok lo yang jual semua, sih? Gue enggak dikasih kesempatan gitu?" ucap Cia kesal, kedua tangannya menyilang di depan dada, enggan menerima kotak yang disodorkan Bagus.

"Ya kan tadi kata lo, lo enggak bisa jualan. Jadi, gue aja yang jualan," balas Bagus santai tanpa beban.

"Ish, tapi kan gue juga mau berusaha biar bisa jualan! Lagipula, rapat nanti kalau ditanya tugas gue gimana, nanti gue jawab apa sama Lulu, hah?!"

Bagus mundur dua langkah, menempati posisi kursi taman untuk beristirahat daripada meladeni cewek gila yang katanya lagi ngambek.

"Ya, gampang. Gue tinggal bilang kalau lo enggak bantuin gue. Beres, kan?"

Cia membalikkan tubuhnya, kedua tangannya kini berpindah, bertengger indah di pinggang. Wajahnya merah padam, menahan emosi. Ucapan Bagus yang kelewat santai membuatnya merasa semakin tidak dihargai. Apa Bagus memang semenyebalkan itu?

"Bagus!" pekik Cia geram tetapi yang diajak bicara masih saja terlihat santai.

"Hadir, Bu." Tangan kananya mengangkat layaknya sedang diabsen oleh guru dan jangan lupakan ekspresi wajahnya. Datar, seolah tanpa dosa.

🐣🐣🐣

Tom & Jerry beraksi, gays. 🌚
❤❤ Next!  ❤❤
07 & 09 September 2020

Bintik HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang