🐌 XVI 🐌

15 5 1
                                    

Selesaikan dengan kepala dingin, atau kau akan kehilangan segalanya!

🐣🐣🐣

Cia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Ia diminta menjauh dari Bagus tiba-tiba tanpa alasan. Ia diperintah menjauhi Bagus di saat rasanya hatinya telah terpaut satu sama lain. Entah lah, kapan rasa itu muncul. Tapi Cia tidak bisa menyangkal kalau ia menyukai Bagus.

Cia sama sekali tidak menangis. Ibunya terkadang memang seperti itu, memaksakan apa yang dikatakan benar tanpa pernah mau tau keadaan Cia atas keputusannya.

"Cia, lo makan dulu. Tante Dara pasti punya alasan buat lo jauh dari Bagus, Ci," ujar Tita. Ia tahu ia salah, tapi melihat keadaan Cia seperti ini membuatnya tak enak hati.

"Cia bingung, Teh. Kenapa ibu tuh kadang tempramental. Rasa takut yang berlebihan kadang bikin Cia takut, khawatir, tapi Cia gak bisa ngapa-ngapain. Mau dibawa ke dokter, ibu nolak." Pandangan Cia lurus ke depan, menatap kosong dinding kamar dan sesekali tersenyum kecil.

Tita dan Vie tiba-tiba saja memeluk adik keponakan mereka. Mereka baru tahu, Cia yang selama ini selalu riang ternyata menyimpan segala luka yang tertanam.

"Sejak kapan tante Dara kayak gitu, Ci?" tanya Vie masih memeluk Cia.

"Dua tahun yang lalu, sejak toko kue ibu kebakaran. Sejak ayah meninggal, dan sejak itu lah ibu berubah."

"Kita janji, Ci. Kita akan bantu lo cari tau akar masalahnya kenapa tante Dara bisa seperti itu."

Satu bulir air mata berhasil terjun bebas dari pelupuk mata Cia, disusul tetesan-tetesan lain yang lama-lama berubah menjadi tangis. Cia pun membalas pelukan Vie dan Tita.

"Makasih, Teh. Cia sayang kalian berdua."

"Eh, tapi. Lo gak beneran suka sama Bagus, kan, Ci?" tanya Tita seraya mendongakan kepalanya.

🐣🐣🐣

Hari ini di sekolah, Cia harap keadaannya sudah bisa dikatakan membaik. Bagus tak lagi marah pada Cia tanpa alasan dan begitupun dengan Elena. Cia akan menjelaskan pada Lena apa yang terjadi.

Pagi ini, Cia datang lebih pagi dari biasaanya. Ditemani Lulu, mereka berdua duduk di dekat pintu menyambut siapa saja yang datang.

Detik-detik menuju bel, dua orang lawan jenis itu berjalan beriringan. Mereka tertawa dan bersenda gurau dalam perjalanannya menuju kelas. Jujur, ada yang sakit di bagian hati Cia. Tapi Cia tak tahu, rasa sakit apa itu.

"Stop!" ucap Cia menghadang langkah Elena dan Bagus.

Elena dan Bagus seketika membuang muka. Tak ingin melihat apa yang ada di hadapannya.

"Gue enggak tau apa salah gue sama kalian sampai kalian marah kayai gini sama gue ...." Cia menjeda ucapannya. "Tapi gue mau minta maaf sama kalian, gue harap kalian mau maafin gue."

"Lo pikir dengan maaf udah menyelesaikan semuanya?" kata Bagus begitu menyakiti hati.

Seharusnya Cia ingat kalau Bagus adalah laki-laki menyebalkan. Harusnya Cia tidak menaruh rasa pada lelaki angkuh macam Bagus.

Bintik HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang