「 Chapter 8 」

2.1K 409 104
                                    

Wajah yangyang terlihat lesu. Seharusnya ia terlihat bersemangat saat bermain game bersama renjun, tetapi kali ini justru sebaliknya.

Bagian bawah matanya terlihat sembab, membuat yangyang berulang kali menyembunyikannya menggunakan topi hitam. Ia menangis semalaman; menangisi kun yang akan diasingkan ke alam liar. Mulut yangyang memang menyetujui perintah sang ayah, tetapi hatinya tidak. Hatinya terasa sangat sulit untuk melepas kun.

"YANGYANG!"

"Jangan diam saja, tembak musuhnya!"

Seruan renjun membuat yangyang tersadar, lalu mendesah pelan. Terlalu sibuk memikirkan kun membuatnya tidak fokus mengontrol hero yang ada di ponselnya. Pergi ke rumah renjun terasa sia-sia, niat untuk menghibur diri, justru yangyang semakin merasa sedih. Ia semakin memikirkan kun.

Mahkluk itu pasti sangat sedih saat yangyang mengatakan ini. Bisa yangyang bayangkan bagaimana wajah kun saat berpisah dengannya. Ini berat, namun harus yangyang lakukan, demi masa depannya. Tak masalah jika kun tidak memiliki perasaan dengannya—tetapi ini iya! Akan terasa berbahaya jika membiarkan kun terus-menerus mengikutinya hingga jenjang pernikahan.

"Ah brengsek!"

Hampir saja renjun membanting ponselnya. Lagi-lagi ia mengalami kekalahan, ini semua ulah yangyang! Tidak bisa menjadi team yang baik. Matanya menatap yangyang kesal, namun sedetik kemudian kembali normal saat menyadari wajah sahabatnya yang terlihat lesu.

Renjun memiringkan kepala, menatap wajah yangyang lebih dekat. "Kau kenapa?" Ia mengangkat topi hitam itu, membuat yangyang mengambilnya kembali dengan berdecak.

"Aku baik." Jawab yangyang seraya memasang topinya.

Kali ini renjun yang berdecak. "Jangan bohong. Ceritakan saja, bukankah kita sudah berjanji akan berbagi suka dan duka?"

"Sebentar lagi aku akan berpisah dengan kun."

"HAH?!"

Yangyang reflek menggigit lidah. Sial, bisa-bisanya ia mengucapkan itu—tanpa berpikir terlebih dahulu. Oh tidak, renjun pasti akan bertanya siapa itu kun. Lalu orang mana yang harus yangyang jawab? Nama itu terdengar jarang digunakan untuk manusia.

"Emm, apa kau mendengar yang aku ucapkan tadi?" Yangyang memilih menanyakan itu. Ia merasa suaranya tidak terlalu jelas tadi, semoga saja renjun memang tidak mendengar ucapannya.

Renjun memutar bola mata. "Tentu saja tidak BODOH!" Oh tuhan, ingin sekali renjun menampar wajah yangyang menggunakan stick PlayStation miliknya. "Berbicara itu yang jelas! Sejak kapan kau mempunyai kelainan dalam berbicara huh? Membuat emosi saja."

Cengiran lebar terlihat di wajah yangyang, dalam hati ia lega; karena renjun ternyata memang tidak mendengar ucapannya tadi. Nah, yang menjadi masalah sekarang, apa yang akan yangyang katakan guna menceritakan sebab dari wajah lesunya?

"Aku—aku akan berpisah dengan kunkun. Kau tau? Dia itu kucingku, aku baru saja menemukannya dua minggu lalu. Dan sekarang, dia akan kembali ke pemiliknya." Yangyang berusaha membuat wajahnya sesedih mungkin. Sungguh, ia akui jika dirinya sangat payah dalam berbohong.

"Yangyang.. Kau hanya perlu mengatakannya dengan singkat. Tidak perlu menjelaskan kunkun itu siapa."

Bibir bawahnya yangyang majukan. Huh, apa salahnya menjelaskan itu? Siapa tau renjun akan bertanya siapa itu kunkun, jadi yangyang tidak perlu berbicara lagi.

"Haish lupakan!" Renjun bersuara lagi. "Sepertinya kau butuh piknik. Emm, bagaimana jika kita pergi ke mall? Tenang saja, aku yang akan membayar semuanya."

Yangyang mengukir senyum tipis. "Boleh juga, terima kasih renjunie~" ucapnya seraya menguyel pipi renjun. Ia berharap, pikirannya tentang kun akan menghilang saat berbelanja nanti.

---

Jalanan menuju rumah memang selalu sepi. Dan yangyang menyesali karena berada di mall bersama renjun hingga jam 9 malam. Kini ia harus berjalan sendirian dengan melawan rasa takut.

Bukan hantu yang ia takuti. Yangyang justru lebih takut dengan orang jahat yang berniat mencelakai. Apalagi mengingat dirinya tidak bisa bela diri. Berteriak? Tidak mungkin, siapa yang akan menolong? Di sekitar jalanan itu hanya terdapat semak-semak.

Yangyang mempercepat langkah saat mulai merasa dirinya tidak aman.

"HEY! Yangyang!"

Berbalik, yangyang melihat jeno yang tengah berlari menghampirinya. Pemuda itu terengah seraya menumpu kedua tangannya dengan lutut. "Hah.. Hah.. Jalanmu cepat sekali!"

Alis yangyang mengernyit. "Kau?—mengikutiku? Sejak kapan?"

"Saat aku melihatmu keluar mall bersama renjun." Sebuah cengiran lebar terlihat di wajah jeno setelah mengucapkan itu.

Mulut yangyang membentuk huruf O. "Kenapa mengikutiku?" Ini sedikit mengerikan. Selain menyukainya, ternyata jeno mulai mengikutinya secara diam-diam juga. Entah apa maksudnya, namun yangyang merasa sangat risih dengan kelakuan jeno saat ini.

Jeno mengukir senyum lebar. Tentu saja ia mempunyai alasan mengapa dirinya mengikuti yangyang. "Aku ingin menemui kedua orang tuamu. Selama ini kau selalu menolak cintaku, kali ini—aku ingin menemui mereka, mengatakan jika aku serius denganmu."

Yangyang mengernyit jijik mendengar ucapan jeno. "Lalu kau berharap mereka akan merestui? Huh, jangan harap." Yangyang tertawa sinis. "Saat bersama renjun saja kau masih melirik orang lain, lalu bagaimana saat bersamaku nanti?"

"SUDAH KU BILANG AKU SERIUS DENGANMU!"

Yangyang tersentak. Baru pertama kalinya jeno membentak. Ia melangkah mundur ketika jeno mulai mempersempit jarak; menangkup wajah yangyang, serta tatapan tajam yang ia berikan pada remaja yang berbeda tinggi darinya itu.

"Ku mohon yangyang.. Terima aku menjadi kekasihmu. Aku akan memperlakukanmu dengan baik, aku janji." Ucap jeno dengan tatapan memohon.

"Jeno! Dengar—Hmp!"

Ciuman itu mendarat dengan cepat di bibir yangyang. Sial sekali, jeno melumat bibirnya dengan sangat kasar. Berulang kali yangyang memberontak, namun jeno semakin menarik tengkuknya guna memperdalam ciuman. Yangyang merasa nafasnya mulai menipis. Lebih sialnya lagi saat jeno berusaha membuka bajunya! 

Namun sedetik kemudian, ciuman itu terputus, bersamaan dengan jeno yang terkapar di tanah. Tidak, remaja itu tidak pingsan. Tubuhnya saat ini tengah ditahan oleh kun. Ya, mahkluk itu baru saja menerjang jeno cukup keras.

"Pulanglah!" Gertak kun pada yangyang, sedangkan kedua tangannya masih berusaha mengunci pergerakan jeno.

Yangyang melangkah mundur, lalu berbalik. Ia berlari meninggalkan kun, entah apa yang akan mahkluk itu lakukan pada jeno nanti.

Namun persetan! Yang paling penting, yangyang berhasil lolos dari jeno yang hampir memperkosanya.

.

.

.

TBC

Creatures Of The Night •kunyang•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang