「 Chapter 11 」

2K 384 153
                                    

Tepat pukul 10 malam, yangyang kembali menuju basement. Bukan untuk menemui kun, namun ia hendak meletakkan barang-barang yang beberapa hari ini memenuhi ruang kamarnya.

Saat lampu dihidupkan, keadaan terasa sepi. Yangyang bisa melihat bayangan dirinya bersama kun di dekat lubang yang sedikit tertutup papan kayu. Seharusnya yangyang merindukan kun, seharusnya yangyang mencarinya. Namun setelah jejak kaki yang ia temukan di dekat danau, itu sudah cukup membuat yangyang menyatakan jika memang kun lah pelakunya.

Menghela nafas, yangyang berjalan menuju rak. Setelah meletakkan barang-barang ini yangyang akan kembali ke ranjang empuknya. Ia tidak ingin terlalu lama memikirkan kun, biarkan saja mahkluk itu pergi, yangyang tidak ingin dilindungi oleh pembunuh.

"Kau tidak merindukanku?"

Reflek yangyang menjatuhkan barangnya—menimbulkan suara yang cukup keras. Ia terkejut, membuat bola matanya melebar. Dengan cepat yangyang menoleh kearah sumber suara, tidak mungkin. Kun baru saja keluar dari lubang itu! Wujudnya masih terlihat seperti manusia, hanya saja terdapat bercak tanah di sekitar pipinya.

Yangyang berusaha untuk tidak panik dan mencoba bersikap tenang. Saat ini, ia tidak peduli dimana kun mendapatkan jalan untuk kembali ke rumahnya. "Untuk apa aku merindukan pembunuh sepertimu?"

Ucapan itu membuat kun mengerutkan dahi. Demi tuhan, ia tidak mengerti kenapa yangyang mengatakan dirinya pembunuh. "Apa maksudmu yangyang? Pembunuh apa? Aku tidak membunuh siapapun."

"Jangan bohong!" Ucap yangyang dengan suara membentak. "Mengakulah kun, kau apakan temanku hingga membuatnya kehilangan nyawa?!" Kali ini suaranya terdengar lebih keras dari sebelumnya. "Demi tuhan! Dia memang hendak melecehkanku, tapi—tapi kau tidak harus membunuhnya juga kun!"

"Tidak hanya itu, kemarin malam sahabatku kecelakaan. Katakan kun, benarkah yang ada di pikiranku saat ini, bahwa kau yang membuat sahabatku mengalami kecelakaan? Karena dua kejadian buruk itu selalu terjadi saat malam hari."

Kun tersentak, ia terlihat berusaha mencari jawaban untuk membalas ucapan yangyang. "Itu bukan sepenuhnya salahku." Suaranya terdengar sedikit bergetar saat melakukan pembelaan diri. "Temanmu itu, dia melarikan diri. Tentu saja aku tidak membiarkannya lolos dan mengejarnya hingga—"

"Hingga membuatnya kehilangan nyawa?"

Percuma saja. Wajah yangyang sudah sangat jelas menunjukkan jika ia tidak mau mendengar alasan apapun lagi dari kun, membuat kun menggantungkan ucapannya; memilih untuk menutup rapat-rapat sisa penjelasan yang hampir ia selesaikan.

"Aku menyesal karena membiarkanmu hidup pada malam dimana papa menyiksamu." Ucap yangyang dengan tatapan penuh kebencian yang ia berikan pada kun.

"Semoga.. Semoga kau bernasib sama seperti keluargamu itu!"

Yangyang berlari meninggalkan basement, lalu mengunci pintu. Ia tidak ingin kun keluar dari ruangan itu dan menyusulnya ke kamar. Yangyang menyesal—sangat menyesal karena mempercayai setiap kata yang diucapkan mahkluk itu.

---

Pagi ini yangyang kembali menemui renjun untuk yang kedua kalinya di rumah sakit; sendirian. Bibi huang mengatakan jika renjun baru saja sadar pukul 3 pagi tadi, hal itu membuat yangyang senang sekaligus ingin bertanya kronologi dari kecelakaan yang renjun alami.

Tentang kun, mahkluk itu masih terkurung di basement, kun tertidur nyenyak dengan beberapa kain usang sebagai alas. Yangyang belum menceritakan kembalinya kun pada kedua orang tuanya. Ia terburu-buru, hingga tak sempat memberitau. Mungkin nanti, yangyang akan menjelaskannya saat pulang dari rumah sakit.

"Heeyyy."

Renjun mengukir senyum lebar ketika yangyang mendekati ranjang rawatnya. Wajahnya tak menunjukkan bahwa ia sedang sakit, wajah renjun justru terlihat bersemangat.

"Dimana mamamu?" Tanya yangyang seraya mendudukkan diri di kursi dekat ranjang rawat.

"Sedang membeli makan untuk dirinya."

Yangyang mendengus. Walaupun dengan keadaan tangan kirinya patah, renjun masih saja aktif bergerak. "Kau seharusnya diam, jangan banyak bergerak. Apa kau tau? Aku sangat panik saat mendengar kabar dari mamamu!" Ucapnya kesal. Namun jauh di dalam hatinya yangyang bersyukur renjun masih bernafas. "Malam itu aku sempat berpikir.. Jika kau akan menyusul jeno."

"Tentu saja tidak bodoh!"

Ringisan pelan keluar dari mulut renjun setelah mengucapkan itu. Yangyang benar, seharusnya ia tidak boleh banyak bergerak. "Apa kau tau? Sebelum kecelakaan terjadi, aku mendapat penjelasan dari salah satu warga tentang kematian jeno."

Bola mata yangyang melebar. "Benarkah?!"

Renjun mengangguk. "Malam itu—dari balkon, dia melihat orang aneh yang melompat kearah danau, orang itu mengenakan jubah hitam. Beberapa menit setelahnya, orang itu muncul ke permukaan, dengan membawa jeno ke tepian! Dia meneriaki orang itu dari kejauhan, menyuruh orang itu untuk menunggu dirinya datang kesana. Tetapi sayang, orang aneh itu melarikan diri, meninggalkan jeno sendirian di pinggir danau."

"Dan kau tau? Orang itu adalah orang yang sama, yang menyelamatkanku dari truk yang ingin menghantam tubuhku. Dia menerjang tubuhku, tubuhku dan tubuhnya terlempar cukup kuat, hingga membuat tangan kiriku patah. Sungguh, dia seperti pahlawan malam! Di ambang kesadaran aku bisa melihat wajahnya yang sangat tampan!"

Penjelasan renjun membuat yangyang merasa sangat bersalah, seharusnya ia mendengarkan kun semalam. Yangyang berdiri saat bibi huang kembali memasuki kamar rawat, ia harus menemui kun saat ini juga! Dan meminta maaf pada mahkluk itu.

"Aku pergi dulu."

"HEYY! KAU MAU KEMANA?!"

Yangyang tidak menghiraukan teriakan renjun. Ia harus menemui kun, sebelum mahkluk itu pergi lagi, atau lebih parahnya tidak pernah kembali.

.

.

Dahi yangyang mengerut ketika dari kejauhan melihat banyak sekali orang yang berlalu lalang didepan rumahnya. Pikiran negatif mulai muncul, oh tidak! Apakah orang-orang itu ingin menangkap kun? Namun pikiran negatif itu lenyap, saat yangyang mendapati mobil pemadam kebakaran yang terparkir di dekat rumahnya.

Yangyang menatap rumahnya tidak percaya. Rumah yang baru saja ditinggalinya beberapa bulan lalu tengah dilahap oleh kobaran api yang cukup besar!

"YANGYANG!"

Oh syukurlah.

Kedua orang tuanya sedang berlari mendekat, membuat yangyang bernafas lega. Mama dan papanya masih hidup, tidak ikut terbakar dari kobaran api itu.

"Tenanglah, kami baik-baik saja." Ucap taeil seraya memeluk yangyang. Dalam hati taeil sangat menyesali kecerobohannya, karena lupa mematikan kompor saat hendak bepergian beberapa jam yang lalu.

Yangyang hanya terdiam di pelukan sang ayah, seraya menatap beberapa petugas pemadam kebakaran yang sibuk memadamkan api yang tengah melahap rumahnya. Seharusnya ia senang, karena kedua orang tuanya baik-baik saja.

Namun setetes cairan bening mulai jatuh membasahi pipinya. Yangyang teringat dengan kun yang masih berada di dalam basement, demi tuhan! mahkluk itu masih tertidur disana! Ucapan adalah doa, semalam yangyang berkata agar kun bernasib sama seperti keluarganya; terbakar hidup-hidup.

"K-kun.."

Dan hari ini, ucapan yangyang menjadi kenyataan.

.

.

.

TBC

Creatures Of The Night •kunyang•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang