「 Chapter 7 」

2.2K 430 85
                                    

Yangyang terbangun dari tidurnya. Ia tidak bisa tidur nyenyak, pikiran negatif terus menghantui kepalanya. Masa lalu kun—serta alasan yang diceritakannya, membuat yangyang berpikir jika kun akan melukai keluarganya juga.

Mengingat betapa kasarnya sang ayah menyakiti mahkluk itu. Bisa saja bukan, kun mempunyai dendam dan berniat membalaskan dendam itu?

Meninggalkan kamar, yangyang menghela nafas; perasaannya lega. Kondisi ruangan baik-baik saja, tidak seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya. Yangyang menuruni tangga, berniat menemui kun di ruang tengah. Ya, mahkluk itu tidak tinggal di basement lagi. Berterima kasih lah kepada doyoung yang berbaik hati membiarkan mahkluk itu tidur di ruang tengah.

"Astaga!" Yangyang mengusap dadanya.

Remaja itu terkejut saat berada di lantai bawah. Kun tengah berdiri membelakangi seraya menatap pemandangan diluar rumah, melalui tirai yang ia singkap. Walaupun yangyang sudah pernah melihat penampilan kun yang mengenakan jubah hitam, namun tetap saja—melihatnya di dalam kegelapan masih terlihat menakutkan.

"Kun," panggil yangyang seraya mendekati mahkluk itu. "Apa yang kau lakukan?"

Kun menutup kembali tirai yang ia singkap, lalu menoleh. "Menatap keheningan malam. Kau tau? Suasana malam ini mengingatkanku dengan keluargaku. Kami selalu menghabiskan waktu dengan bermain kunang-kunang." Terlihat gurat kesedihan di mata kun ketika mengucapkan itu.

Gurat kesedihan itu berubah dalam sedetik. Mata kun, dengan tajam menatap yangyang. Membuat yangyang melangkah mundur seraya menggigit bibir bawah. Oh tuhan, apakah mimpinya hari itu akan menjadi kenyataan?

"Jika mereka tidak jahat, tentu keluargaku masih hidup bukan?"

Tidak. Yangyang tau akan mengarah kemana pembicaraan ini. Ia yakin, ayahnya akan terlibat di dalam pembicaraan kun. "Lalu kau mau apa setelah mengatakan itu?" Tanyanya dengan suara bergetar. "Apa kau akan membunuh keluargaku juga?"

"Dengar, jika iya—maka aku akan membencimu. Aku akan menghantuimu hingga kau tidak pernah bisa tidur nyenyak! Kau!.." Yangyang menghentikkan ucapannya, ia menangis. "Dasar tidak tau berterima kasih!" Lanjutnya dengan nada ketus.

Tatapan tajam itu berubah, menjadi tatapan sendu. Jelas kun tidak mau membunuh yangyang, tetapi di satu sisi ia merasa marah dengan ayah yangyang. Ingin sekali kun melakukan hal yang setimpal. Namun ucapan yangyang membuat kun berpikir lagi, yangyang pasti akan menjauhinya jika ia menyakiti taeil dengan cara yang lebih kejam.

Kun tidak ingin kehilangan yangyang. Ia tidak ingin yangyang pergi.

"Tenanglah.. Aku tidak akan membunuhmu ataupun keluargamu." Bisik kun seraya menangkup wajah yangyang. "Jadi kau tidak perlu takut, karena aku akan mengurungkan niatku untuk membalas dendam."

Kun mempersempit jarak wajahnya dengan yangyang, hingga hidung keduanya nyaris bersentuhan. "Aku tau kau pasti membenciku jika aku menyakiti ayahmu. Kau akan menjauh, dan meninggalkanku. Maka dari itu aku mengurungkan niatku, karena—karena aku mulai mencintaimu yangyang, aku tidak ingin kau pergi."

Isakan yangyang terhenti. Ia menatap kun dengan alis mengerut. "K-kau tidak bisa seperti ini kun. Kita berbeda, aku manusia sementara kau bukan!" Yangyang mengalihkan pandangannya. Jelas sekali ia tidak ingin kun membaca kebohongan melalui matanya.

Yangyang sendiri mulai jatuh cinta pada mahkluk itu. Sengaja ia mengatakan itu, berharap kewarasan kun kembali. Bagaimanapun juga, tak baik jika manusia menjalin hubungan dengan seekor binatang.

"Tidak perlu mengatakan itu, aku bisa melihatnya dari matamu. Kau juga mencintaiku yangyang."

"Lalu apa yang kau mau?!" Tanya yangyang dengan suara membentak. "Ingin menjalin hubungan? Jangan gila! Kedua orang tuaku tidak akan merestuinya." Bukan hanya kedua orang tua yangyang, seluruh masyarakat—jika mereka tau, pasti akan menjadi buah bibir.

Wajah kun semakin sendu. Ia meraih kedua tangan yangyang, lalu menggenggamnya. "Yangyang, jika kau tidak bisa—"

"Cukup kun.. Sekarang, biarkan aku kembali ke kamar."

Kun menghela nafas, melepaskan genggamannya dari tangan yangyang. Ini akan terasa sulit untuk kedepannya, setiap pertemuannya dengan yangyang nanti, akan terasa berbeda.

---

Taeil menatap kun yang tengah tertidur dengan tatapan tak suka. Sudah 3 hari sejak ia menyiksa kun malam itu, namun rasa benci itu masih melekat di hatinya. Walaupun yangyang sudah memberitau, jika kun tidak berbahaya seperti yang ia pikir.

Menutup pintu basement dengan sedikit kasar, taeil berjalan menuju meja makan. Ia merasa risih setelah mengetahui keberadaan mahkluk itu di rumahnya. Setiap tidurnya selalu tidak nyenyak; karena pikiran negatif tentang mahkluk itu terus-menerus menghantui kepalanya.

"Papa, kun dimana?" Yangyang menghampiri taeil dengan raut khawatir di wajahnya. Sedaritadi ia mencari keberadaan kun, namun hasilnya nihil.

Wajah taeil berubah malas. "Sedang tidur, di basement."

Yangyang menghela nafas lega. Ia sempat berpikir jika kun pergi, akibat ucapannya kemarin malam. Tentang pembicaraan itu, yangyang akan menyimpannya sendiri. Tidak mungkin jika yangyang mengatakan itu pada ayah ataupun ibunya. Mereka akan marah tentunya, saat mengetahui putra mereka jatuh cinta dengan seekor binatang.

"Sebaiknya kita asingkan mahkluk itu. Buang dia, entah di hutan atau—atau di tempat lain! Intinya jauh dari rumah kita." Ucap taeil dengan suara yang agak tinggi.

Bola mata yangyang melebar. "Kenapa?!" Tanyanya tidak terima. "Bukankah kun tidak menyakiti kalian? Lalu kenapa diasingkan?"

"Dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia tinggal di lingkungan manusia, sementara binatang—harus tinggal di alam liar." Ketakutan itu masih menghantui. Taeil merasa was-was tiap kali melihat yangyang mendekati mahkluk itu.

"Tapi kun sudah tidak berwujud binatang lagi papa!" Yangyang membalas cepat.

"Memang tidak!"

Taeil meremat garpu yang ia pegang; menahan amarah. "Tapi pernahkah kau berpikir jika para tetangga tau asal-usul mahkluk itu? Jika mereka tau, kita akan menjadi buah bibir!"

"Kenapa diam? Ucapan papa benar bukan? Oh! Atau kau ingin ikut dengannya? Silahkan saja, selanjutnya kau tidak perlu—"

"Hyung,"

Doyoung akhirnya membuka suara. Ia menegur taeil dengan memberi tatapan tajam. Suaminya terlalu berlebihan, bagaimana jika yangyang sungguhan melakukan itu? Demi tuhan, jika itu terjadi maka doyoung juga ikut. Ia tidak bisa jauh-jauh dari putranya.

Sementara yangyang masih terdiam, tak berani membuka suara. Ia berpikir seraya memainkan rotinya. Jika kun tidak bisa mengurangi perasaan cintanya, akan sangat berbahaya bagi yangyang di masa depan—terutama untuk suami-nya nanti. Bisa saja karena cemburu, kun justru menyakitinya atau mungkin yang lebih parah membunuhnya.

Membayangkan itu membuat yangyang reflek bergidik.

"Baiklah papa, aku menyetujui ucapanmu. Tapi.. Kau tidak boleh mengasingkan kun tanpa kehadiranku." Yangyang harus ikut saat mengasingkan kun. Ia harus mengucapkan selamat tinggal padanya, dan memeluknya untuk yang terakhir kali.

.

.

.

TBC

Creatures Of The Night •kunyang•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang