「 Chapter 10 」

2K 391 101
                                    

Lima hari telah berlalu, sejak kematian jeno hingga sekarang, kun belum juga memunculkan diri. Mahkluk itu menghilang tanpa jejak, bagai tak pernah terlahirkan.
Hal ini membuat yangyang khawatir sekaligus semakin curiga jika kun telah membunuh jeno.

Mempunyai 2 perasaan yang berbeda membuat yangyang pusing. Walaupun curiga, ia tetap mengkhawatirkan kun. Selama lima hari ini yangyang memikirkan keberadaan kun; mulai bagaimana cara kun mendapatkan makanan hingga tidur. Sedangkan tempat bersembunyi? Ah, yangyang rasa kun tidak membutuhkannya lagi.

Wujud kun sudah seperti manusia, seharusnya ia tak perlu bersembunyi lagi bukan? Oh—atau mungkin kun berubah kembali seperti semula, dengan wujud unik dan dipenuhi bulu, mengingat kun tidak mendapat kasih sayang yangyang selama lima hari.

"Yangyaanngg! Turunlah!"

"Renjun datang untuk menemuimu."

Teriakan doyoung membuyarkan lamunan yangyang. Ia berdiri seraya berdecak, astaga! Lagi-lagi renjun mengganggu kegiatannya bersama ranjang di pagi buta begini. Apapun ajakan renjun nanti, yangyang akan menolaknya mentah-mentah, ia sedang tidak dalam mood yang bagus untuk bepergian.

Dengan langkah gontai yangyang menemui renjun di teras. Sahabatnya itu tersenyum lebar seraya menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana.

"Apa?" Tanya yangyang dengan wajah datar.

Renjun tersenyum lebar. "Hari ini kita pergi ke danau foxie. Aku ingin kau membantuku memecahkan kasus kematian jeno."

"APA?! Renjun! Tunggu—"

Belum sempat menolak, renjun menarik tangan kanan yangyang; menyeretnya untuk pergi ke tempat yang renjun inginkan. Ya, untuk orang yang baru saja bangun tidur seperti yangyang tentunya tidak bisa melawan tarikan renjun yang saat ini terlalu kuat baginya.

Selama perjalanan menuju danau foxie, yangyang menggerutu. Tidak bisakah renjun mengajaknya disaat matahari benar-benar menampilkan wujudnya? Demi tuhan, langit masih terlihat gelap dengan sedikit cahaya bewarna kuning yang terlihat di arah timur.

"Hey, HEY!" Yangyang menghentikkan langkahnya, berteriak kencang kearah renjun yang berada lebih jauh didepannya. "Ayolah renjun.. Bisakah kita perginya nanti saja?" Tanyanya dengan suara merengek. "Ini masih terlalu pagi, tubuhku kedinginan." Yangyang menutup tubuh bagian depannya menggunakan kedua tangan. Ia menyesal karena tidur menggunakan baju tanpa lengan. 

Renjun menoleh dengan wajah kesal, lalu berjalan cepat menghampiri yangyang. "Tidak bisa." Renjun kembali menarik tangan yangyang. "Kita hampir sampai, jadi lebih baik diteruskan saja."

Yangyang mendengus, namun tetap berjalan mengikuti renjun. Sedikit tertarik saat ia tiba di danau tersebut. Penyebab kematian jeno yang misterius menjadikan danau ini sepi pengunjung. Terdapat papan larangan yang bertuliskan jika siapapun tidak boleh mendekati area danau. 

"Kau melanggar peraturan!" Teriak yangyang ketika renjun mulai menerobos garis kuning yang membentang.

Renjun mengukir senyum remeh. "Tak apa, tidak ada yang melihat. Jika tidak ada orang bukankah akan semakin mudah kita mencari bukti tentang kematian mantan kekasihku?"

Tidak ada pilihan lain, akhirnya yangyang menyusul renjun yang tengah berjalan mendekati area danau. Batin yangyang berpikir, tak ada ruginya mengikuti renjun. Siapa tau, ia bisa menemukan paling tidak satu bukti yang menyatakan jika memang kun lah pelakunya. Sehingga yangyang tidak akan pernah membela mahkluk itu—untuk selamanya.

"Ini sama sekali bukan kasus bunuh diri." Ucap renjun seraya menatap luasnya danau. Miris setelah ia mendengar pernyataan polisi yang mengatakan jika jeno melakukan bunuh diri.

"Aku sangat mengenal jeno, yangyang." Tatapan renjun kini mengarah pada yangyang. "Semarah apapun, sekesal apapun, dia tidak pernah berniat mengakhiri nyawanya." Ucapnya dengan wajah sendu.

Wajah yangyang terlihat kesal, ia berdecak. "Aku tau, aku tau! Tapi aku hanya ingin mengingatkan jika kita kemari bukan untuk mengenang mantan-mu itu! Kita disini untuk mencari bukti bukan?"

"Ya.. Kau benar." Renjun terkekeh seraya menghapus airmata yang menggenang di matanya. "Maaf, aku terlalu terbawa suasana. Lebih baik kita cari secepatnya sebelum penjaganya datang."

Hampir satu jam keduanya menelusuri pinggir danau, sepertinya pencarian mereka terasa sia-sia. Untuk kasus seperti ini harus membawa anjing pelacak, tentunya guna memudahkan bukti ditemukan. Sayangnya, baik yangyang ataupun renjun tidak memikirkan hal itu.

Nihil. Tidak ada satupun bukti yang ditemukan yangyang, ia memutuskan menghampiri renjun; mengajaknya pulang. Karena matahari sudah mulai terlihat. Akan rumit masalahnya jika penjaga danau datang dan mengetahui mereka berada di area danau.

"Jejak kaki?"

Dahi yangyang mengerut. Ia berjongkok untuk memastikan apa yang dilihat matanya benar. "Jejak kaki jeno kah?" Yangyang menggelengkan kepala. Tidak mungkin milik jeno, temannya itu selalu memakai alas kaki tiap bepergian. "Oh tidak.. Mungkinkah.. Kun?"

Dugaan itu bisa saja benar. Tak ada manusia yang bepergian tanpa memakai alas kaki, dan siapa yang ingin mandi di danau ini? Tidak ada, danau ini terlalu dalam. Hal ini membuat yangyang semakin yakin jika kun pelakunya.

"Sedang apa?!" Renjun berteriak dari kejauhan seraya berlari mendekati yangyang.

"Uh.. Tidak ada."

Yangyang dengan cepat berdiri, kedua telapak kakinya berusaha menutupi jejak tersebut. Menurutnya, ini bukan waktu yang tepat untuk memberitau renjun. Yangyang harus menemukan kun terlebih dahulu, meminta mahkluk itu agar mengakui perbuatannya—di depan para penduduk.

"Sebaiknya kita kembali sebelum penjaganya datang."

Renjun mengangguk. Segera mereka meninggalkan danau, menyisakan jejak kaki yang sedikit terhapus karena ulah yangyang.

---

Malam yang sangat dingin. Yangyang bergelung di dalam selimut ditemani oleh musik yang diputar kencang, serta segelas coklat panas yang berada di meja nakas. Rasanya benar-benar nyaman, tidak sia-sia yangyang menolak ajakan renjun yang kembali mengajaknya pergi ke danau.

Semuanya berjalan normal, dengan lagu bergenre EDM yang terus berganti di ponsel yangyang. Namun semuanya berubah ketika yangyang kembali memikirkan jejak kaki tersebut.

"AGGHHH!"

Yangyang mengerang seraya mengacak-acak rambutnya, musik yang tengah diputar pun ia matikan. "Kenapa aku memikirkannya lagi? Argghh! Dasar jejak kaki sialan!"

Belum sempat berpikir tenang, ponsel yangyang berbunyi. Nama renjun lagi-lagi tertera di layar ponselnya. Yangyang menekan tombol answer seraya berdecak. Huh, mau apalagi sahabatnya itu?!

"Yaa! Kenapa lagi?!" Yangyang bertanya dengan nada yang tidak santai.

"Yangyang.. Ini bibi huang. Bisakah kau menemani renjun besok pagi? Dia baru saja mengalami kecelakaan, nanti akan bibi kirimkan lokasinya."

Mulut yangyang terbuka lebar; tidak percaya dengan kabar yang ia dengar. Oh tuhan, kenapa kejadian buruk terus terjadi? Dan kejadian itu, selalu terjadi tepat di malam hari.

Mungkinkah, renjun kecelakaan akibat ulah kun juga?

.

.

.

Ff ini otw selesaaiii

Dan maaf jga karena updatenya gk kyk biasa, hehe :D lagi asik main di fake world.

Creatures Of The Night •kunyang•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang