Bagian 1

33 0 0
                                    

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, hiduplah pasutri paruh baya. Berpuluh-puluh tahun lamanya mereka belum dikaruniai seorang anak. Disaat mereka merayakan anniversary pernikahan ke 30, sang istri melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun yang duduk termenung dan menangis di pinggir jalan.

Kemudian, tanpa sepengetahuan suami, sang istri datang menghampiri anak tersebut dan menanyakan anak tersebut.

Sang istri bertanya,"Nama kamu siapa nak? Rumah kamu dimana? Boleh ibu mengantarkanmu ke rumahmu?"

Dengan isakan tangisnya, anak itupun menjawab," Huhuhu.....namaku Izdan bu, aku sudah tak punya rumah lagi bu. Rumah ayah ibuku terbawa arus Tsunami kemarin bu. Dan orangtuaku pun terbawa tsunami itu. Sekarang, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi bu. Kakak dan adikku pun di bawa ombak besar itu bu." Kemudian, sang istri pun mengangkat Izdan sebagai anak dan membawanya untuk tinggal bersama.

Disaat sedang asyik mengobrol dengan Izdan di ruang tamu, tetiba Pak Darmin (ayah barunya) menghampiri Izdan dan istrinya. Kemudian bu Darmin menceritakan keadaan Izdan pada sang suami dan memintanya agar Izdan bisa menjadi anak angkatnya. Tanpa pikir panjang, sang suami menyetujui permintaan istrinya. Karena sang suami melihat latar belakang Izdan dibalik keterbatasannya itu, dia merasa yakin bahwa Izdan kelak bisa menggantikan posisi dirinya di perusahaan yang dia kelola.

Malam pun tiba. Sesampainya dirumah baru, Izdan meminta izin kepada orang tua barunya untuk mengambil air wudhu dan mengajak mereka untuk shalat berjamaah. Setelah shalat, Izdan pun memanjatkan doa untuk orang tuanya yang telah tiada & orang tua barunya agar senantiasa diberikan umur & rizki yang berkah.

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orangtuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyangiku sejak kecil. Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lancarkanlah rizki keluarga Pak Darmin dan panjangkanlah umur mereka agar kelak aku bisa membahagiakan mereka. Aamiin."

Setelah itu, Izdan pun mengambil Al-Qur'an dan membacanya, "A'udzubillahi minas syaithanirrajiim. Bismillahirrahmaanirrahiim...."

Disaat dia membacanya, pasutri itupun kagum dan terharu dengan lantunan Al-Qur'an yang dia baca.

"Pak, suara Izdan merdu sekali ya? Enak dan adem banget didengarnya." ucap Bu Darmin.

"Iya." angguk Pak Darmin.

"Jadi malu aku Pak, udah tua gini masih belum bisa baca Al-quran. Boro-boro nyentuh Al-quran. Pergi ke majlis taklim pun ga pernah." kata Bu Darmin menunduk malu.

"Jangan bilang kaya gitu Bu. Selagi nafas masih berhembus, masih ada waktu dan kesempatan kok untuk belajar." ucap Pak Darmin sambil memeluk Bu Darmin dan tersenyum.

"Shodaqallahul 'adzim." ucap Izdan setelah selesai membacanya. Satu jam lamanya pasutri itu mendengarkan lantunan Al-Qur'an yang dibaca Izdan. Tak lama kemudian, Izdan pun keluar dari tempat mengajinya. Izdan pun terkejut melihat sikap orang tuanya seperti itu.

Keesokan harinya, sebelum orang tuanya bangun Izdan sudah beranjak dari tempat tidurnya dan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tak lama kemudian, ibunya ke kamar mandi dan bertanya,"Lho, kamu sudah bangun nak?"

Izdan mengangguk sambil tersenyum dan berkata,"Saya ingin shalat malam dulu bu."

Lalu, sang ibu pun merasa takjub melihat sikap baik yang diperlihatkan oleh Izdan hingga tanpa ia sadari jika bahwa celananya telah basah karena kagum dengan sikap baik Izdan tersebut.

Saat suaminya ingin mengambil minum di dapur, tetiba dia mencium bau tak sedap. Kemudian sang suami mendekati sumber bau itu. Dengan penasaran sang suami berkata, "Assalamualaikum istriku? Apa yang sedang kau lakukan disini?

Lalu dengan terkejut istrinya pun menjawab, "Astaghfirullahal 'adziiiim (sambil mengelus dada), mas ini.....mengagetkanku saja."

"Eh ya maaf, abisnya ku lihat kamu melamun saja dik. Apa yang sedang kau pikirkan sayang?

"Ini lho mas, aku heran plus kagum banget sama kelakuan baiknya Izdan."

"Oh ya? Memangnya apa yang dia lakukan sepagi ini? Mana laagi masih gelap kan dik?

"Iya mas, tapi coba kau tengok kamar Izdan sekarang."

Lalu suaminya pun menuju ke kamar Izdan dan melihat apa yang dilakukannya seraya bergumam, "Subhanallah, beruntungnya aku memiliki anak seperti Izdan."

Tak lama kemudian, istrinya pun mendekati sang suami dan berkata,"Izdan itu anak yang hebat ya mas? Sepagi ini dia sudah bangun untuk solat malam."

Suaminya pun diam termenung, lalu berkata di dalam hatinya,"Hebat sekali anak itu. Anak sekecil itu sudah mampu melaksanakan solat malam. Sedangkan aku, aku yang setua ini jarang sekali solat malam bahkan tak pernah sama sekali."

Tanpa dia sadari, sang suami itu menitikkan air mata. Tak lama kemudian, Izdan keluar dari kamarnya dan menghampiri orang tuanya.

Dengan herannya ia pun bertanya,"Ayah kenapa bu? Kok ada air matanya?"

Kemudian ibunya melihat ke arah bapaknya seraya menepuk bahu lalu berbisik, "Bapak kenapa? Apa bapak kagum dengan Izdan jua?"

Ayahnya pun tersentak dan mengusapnya sambil mengangguk dan tersenyum. Tak lama kemudian, ayahnya menghela nafas cukup panjang dan memeluk Izdan cukup lama. Setelah cukup lama memeluknya, ayah berkata, "Sungguh beruntung kami memilikimu nak."

Ibunya pun turut memeluk Izdan dan mencium keningnya seraya berkata," Sungguh beruntungnya orang tuamu di alam sana nak. Semoga, mereka mendapatkan pahala ibadah darimu."

Izdan mengamininya dan mencium tangan kedua orangtuanya. Lalu, ia segera ke dapur untuk mengambil alat-alat untuk membersihkan rumah.

Disaat dia sedang membersihkan rumah, terdengarlah suara adzan subuh. Lalu, Idzan segera mengambil air wudhu dan mengajak orang tuanya untuk solat subuh berjamaah di musholla dekat rumahnya.

Kemudian, mereka sholat subuh berjamaah di musholla.
Selepas solat berjamaah, ayahnya memanggil Izdan dan mengajaknya berbincang-bincang di ruang keluarga.

Sedang ibunya, merapikan dan meletakkan alat solatnya di kamarnya. Dan menuju dapur untuk membuatkan beberapa cangkir teh untuk mereka nikmati bersama di pagi hari.

Saat sang ibu membuatkan teh di dapur, sang ayah berkata,"Nak, semalam ayah dan ibu berembug soal masa depanmu. Kami sepakat untuk mencarikan sekolah baru untukmu Nak. Bagaimana menurutmu?"

Sontak, Izdan terkejut dan terharu karena tak menyangka bisa bersekolah kembali. Lalu dia sujud syukur dan berkata, "Terimakasih Ayah (sambil mencium tangan ayah)."

Setelah itu, dia duduk di samping ayahnya. Tak lama kemudian, sang ibu pun datang membawakan teh untuk mereka nikmati bersama, kemudian sang Ibu pun duduk di sekitar ayah dan anak itu, lalu menyeruput teh yang begitu hangat. Tak lama kemudian, sang Ibu pun berkata, "Kayanya dari tadi ibu dengar dari belakang, kalian asyik banget ngobrolnya? Lagi pada bahas apaan sih?"

Lalu si Ayah memeluk Izdan sambil berkata," Iih si Ibu ini kepo deh. Orang kita lagi ga bahas apa-apa ya nak?"

Bagaimana kisah Izdan selanjutnya? Apakah Izdan mampu mewujudkan impian orang tua barunya / malah sebaliknya???? Penasaran???? Tunggu karyaku selanjutnya ya??? Terimakasih sudah sempatkan waktu untuk membaca karyaku ya???? ^_^

Biar semangat nulisnya, kuy kasih like, komen n votenya ya? Makasih ^_^

Izdan Anak JalananWhere stories live. Discover now