Tak lama kemudian, Ibunya Syila dan Ihsan datang.
"Ya ampun, kalian ini. Ternyata masih di sini toh? Sudah pada makan belum?" tanya Bu Sisil Ibu dari Ihsan dan Syila.
"Oh, iya. Sampai lupa kalau mau makan. Kalau gitu, kita makan dulu yuk." seru Ihsan sambil menggandeng tangan Izdan dan Syila.
"Ayo. Kalau begitu, kami permisi dulu ya bulek, bulek sudah dhahar?" kata Izdan basa-basi.
"Kalau ibu mah jangan di tanya lagilah Izdan. Pasti jawabannya sudah." kata Syila cengengesan.
"Semua sudah pada makan kok. Tinggal kalian kan yang belum. Sudah sana, pada makan dulu. Nanti sakit lho." kata Bu Sisil.
Akhirnya, mereka bertiga berjalan ke ruang makan. Ihsan meminta Izdan untuk memimpin doa sebelum makan.
"Izdan, ajari kita donk doa sebelum makan. Kita suka lupa soalnya." pinta Ihsan sambil mengisyaratkan Syila untuk berdoa."Owalaaahhh gitu to, San?" tanya Izdan sambil membenarkan posisi duduknya."Iya, Ihsan. Baiklah, sebelum makan, kita berdoa dulu yuk. Berdoa ... mulai. Allahumma barik lanaa fii ma rozqtana waqinaa 'adzabannaar aamiin." ucap Izdan sambil mengusap kedua tangannya ke wajah."Aamiin." kata Ihsan dan Syila berbarengan.Saat mereka bertiga sedang asyik makan ... tetiba mereka dikejutkan oleh suara dari ruang kamar nenek mereka."Bu ... bangun bu." kata Bu Darmin panik sambil menggoncang-goncangkan tubuhnya."Sabar Bu. Coba ayah periksa denyut nadi dan nafasnya." kata Pak Darmin yang memegang tangan dan meletakkan kedua jari dibawah hidung ibu mertuanya."Alhamdulillah ibu masih bernafas, Dik. Kita bawa ke klinik sekitar sini aja ya. Kalau gitu mas siap-siap manasin mobil dulu ya sambil manggil yang lain." sambung Pak Darmin yang tergesa-gesa.Setelah Izdan, Ihsan dan Syila selesai makan, mereka terkejut melihat suasana di kamar neneknya. Pak Darmin berbisik pada Izdan."Izdan, kamu bantu ayah ya. Tolong panggilkan Om, Pak lik sama yang lain ya? Buat bawa nenek ke klinik." kata Pak Darmin terburu-buru."Baik, Ayah." kata Izdan.Tak lama kemudian, Izdab langsung melaksanakan perintah ayahnya untuk memanggil saudara-saudaranya.Begitu sampai di kamar, Bu Eko adik Bu Darmin merangkul Bu Darmin dan berkata,"Sek sabar Mbak Yu. Ibu kadang yo cok ngono (Sabar mbak. Terkadang penyakitnya Ibu suka kambuh)."Emange Ibu sakit apa to, Dik? Kok ora tau crito karo aku? (Emangnya Ibu sakit apa, Dik? Kenapa kamu ga pernah cerita sama aku?)" tanya Bu Darmin heran."Iyo, maaf mbak. Selama ini aku sibuk ngurusin Ibu yang sakit sampai ga sempat ngabarin aku, mbak. Selama ini ibu sering ngeluh pusing, sama dadanya sesek kalau malam." kata Bu Eko."Owalaaaahhh ya udah, kita harus segera bawa Ibu ke klinik. Aduh, yang lain kemana sih, kok ga dateng-dateng." kata Bu Darmin panik."Sabar mbak. Tadi Izdan sama Ihsan sudah manggil Dik Bejo sama yang lainnya kok."Tak lama kemudian, datanglah saudara Bu Darmin dan membopong Ibunya yang lemah ke luar kamar yang diikuti Bu Darmin dan Bu Eko.Begitu sampai di garasi, Bu Darmin langsung membuka pintu mobil dan duduk di dalamnya."Lho kok, mbak duduk dulu? Terus, ibu mau gimana ini?" tanya Bejo kebingungan."Udah tenang aja, Ibu biar bisa tiduran di pangkuanku. Cepetan gih, kita bawa Ibu ke klinik." kata Bu Darmin yang berusaha meraih tubuh Ibunya."Mbak, aku tak melu yo nganter Ibu nang klinik." pinta Bu Eko yang memelas sambil membantu menggendong Ibunya."Yo wis dek. Ndang munggaho. Mesakke Ibu, nek kesuwen nang kene, dek." kata Bu Darmin setengah kesal.Lalu Bu Eko sedikit mengangkat kaki Ibunya, duduk di belakang sopir dan memangku kaki Ibunya.Selama perjalanan, Bu Darmin hanya menangis dan menyesali keegoannya."Ya Allah, anak macam apa aku ini? Selama ini, aku hanya mementingkan hidupku sendiri dan ga pernah mempedulikan keadaan Ibu." kata Bu Darmin menyesali perbuatannya dan menitikkan air matanya.Tanpa Bu Darmin sadari, Bu Eko terpukul dan ikut menyesali perbuatannya."Ya Allah, mbakku yang jauh dari Ibu saja bisa bersikap seperti itu. Kenapa aku enggak ya?" batin Bu Eko malu melihat respon kakaknya yang begitu sayang pada Ibunya."Mbak, aku minta maaf ya. Selama ini ga pernah kasih kabar tentang Ibu. Soalnya, Ibu ga mau ngrepoti Mbak sama Mas Darmin." ucap Bu Darmin yang memecahkan keheningan dalam mobil."Ya Allah, dek. Kalau ada apa-apa mbok ya kita-kita kabari to? Walaupun jauh sebisa mungkin kita bakal usahain untuk pulang dek. Ya kan, Mas?" kata Bu Darmin yang heran dan kesal dengan sikap Bu Eko."Berkali-kali aku udah coba bilang sama Ibu, mbak. Tapi, Ibu tetap saja ga mau." kata Bu Eko meyakinkan Bu Darmin.Tak lama kemudian, mereka telah sampai di klinik. Setelah mematikan mesin mobil, Pak Darmin bergegas membuka pintu dan membantu membawa ibu mertuanya ke dalam klinik. Sesampainya di klinik, Bu Eko langsung memanggil para petugas yang berjaga."Petugas ... petugas ... tolong bantu bawa Ibu saya." teriak Bu Eko sambil berlari ke ruang resepsionisSebagian perawat dan satpam pun bergegas membantu Bu Eko untuk membawa Ibunya ke ruang IGD."Sus, tolong bantu Ibu saya, Sus." kata Bu Eko panik."Iya bu, kami akan berusaha membantu dan merawat Ibu Anda semaksimal mungkin. Sekarang, silakan Ibu tunggu di luar dulu ya?" kata perawat sambil menutup pintunya.Lalu, Bu Darmin membawa Bu Eko duduk di sekitar ruang IGD."Sabar Dik, kita duduk di sini ya? Sambil mendoakan Ibu di dalam sana." kata Bu Darmin yang berusaha menenangkan hati adiknya.Setelah mendengar ucapan Bu Darmin, Bu Eko menghela napas panjang dalam-dalam sambil menahan air mata yang akan keluar.Sedangkan Bu Darmi memeluk dan berusaha menenangkan adiknya Bu Eko.Beberapa jam kemudian, datanglah sesosok lelaki muda berparas rupawan berkalungkan stetoskop dari ruang IGD."Alamak, rupanya dia Dokter di Rumah Sakit ini? Aduhai, cakep bener tu, Dokter ya?" batin Siska putri dari Bu Eko dan Siska pun mulai berkhayal agar dia bisa menjadi permaisuri Sang dokter tampan itu.Bu Eko dan Bu Darmi berdiri dan menemui si Dokter tampan yang bernama Alex dari name tag-nya."Selamat sore semua, apa saya bisa berbicara dengan keluarga pasien Ibu Sarinem?" sapa Dokter Alex yang penuh berwibawa."Sore juga, Dokter. Kebetulan kami keuarga dari pasien Ibu Sarinem. Bagaimana dengan keadaan Ibu kami, Dok?" tanya Bu Darmi yang mengkhawatirkan keadaan Ibunya."Mari ikut saya di ruangan, Bu. Agar saya bisa menjelaskan keadaan Ibu Sarinem." kata Dokter Alex.
YOU ARE READING
Izdan Anak Jalanan
SpiritualSeorang anak yang ditinggal pergi keluarganya lantaran ombak besar tsunami yang menghantam rumah dan seluruh keluarganya.