Bagian 6

8 0 0
                                    

Saat hendak siap-siap berangkat sekolah, tetiba Izdan teringat nasehat almarhum kedua orangtuanya:

"Izdan, anak Abah yang paling solih. Jika nanti Abah dan Ummi pergi, tetaplah menjadi anak yang solih ya? Buatlah kami bangga karena perbuatanmu yang baik." pesan Abah terhadap Izdan.

"Baik Abah, memangnya Abah sama Ummi mau kemana?" tanya Izdan lugu yang tak paham akan maksud pesan Abahnya itu.

"Kelak, suatu saat nanti kau akan mengerti, Nak." kata Umminya tersenyum sambil mengusap dan mencium pipi Izdan.

Tak terasa, air mata Izdan telah jatuh membasahi kedua pipi mungilnya dan bergumam,"Ternyata, hari itu hari terakhirku bersama Abah dan Ummi. Ya Allah, ampunilah dosa kedua orangtua, lapangkanlah kuburnya, tempatkanlah mereka di tempat terindah-Mu. Aamiin."

Tak lama kemudian, pintu kamar pun terketuk.

Tok ... tok ... tok ...

"Nak Izdan ... sarapan sudah siap." ucap Bi Ijah dari bilik pintu.

"Iya, Bi. Sebentar lagi Izdan keluar." kata Izdan sambil cepat-cepat mengusap matanya dengan tissue basah.

Izdan pun keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

"Mau sarapan sama apa hari ini, Izdan? Biar Ibu ambilkan." tanya Bu Darmi yang sibuk menyiapkan sarapan pagi.

"Ga perlu repot-repot bu, Izdan bisa ambil sendiri kok." jawab Izdan tersenyum sambil mengambil piring, sendok dan garpu.

"Memang benar apa yang dibilang Mbok Ijah tadi, Izdan anak yang luar biasa. Sekecil itu, sudah bisa melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain." batin Pak Darmin yang diam-diam kagum dan memandangi Izdan.

"Ehm ... Ayah ... kok melamun sih?" tanya Bu Darmin yang menghentikan lamunannya.

"Eh ... iya ... maaf maaf ... uhuk ...uhuk ...uhuk ...." ucap Pak Darmin yang tersedak.

"Astaghfirullah Ayaaaahhh ... Ayah lagi mikirin apa sih? Oh ya, gaji ke-13 sudah cair belum, Yah?" tanya Bu Darmin sambil bergurau.

"Ya Allah Bu ... baru aja kemarin terima gaji dari Ayah, kok sudah tanya gaji ke-13 sih? Memangnya uang bulanan yang Ayah kasih kurang?" tanya Pak Darmin setengah kesal dengan pertanyaan Istrinya.

"He ... he ... maaf Ayah ... Ibu cuma bercanda kok." ucap Bu Darmi centil yang menghibur suaminya.

"Oh ya, nanti setelah Izdan pulang sekolah jadi pulang ke Purworejo kan, Ayah?" tanya Bu Darmi.

"He-em." jawab Pak Darmi sambil mengangguk malas.

"Hmmm ... Ayah ini ... kebiasaan deh kalau udah ngambek suka gitu." ucap Bu Darmi kesal.

"Oh iya, Izdan sudah selesai belum makannya?" tanya Pak Darmi mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah sudah Ayah. Insyaallah nanti mau ada game question di kelas, Ayah." kata Izdan tersenyum.

"Oh ya? Bagus itu Izdan. Semoga Izdan nanti bisa menjawab semua game questionnya ya?" kata Bu Darmi penuh semangat.

"Aamiin Ya Allah ... kalau begitu, Izdan berangkat sekolah dulu ya? Assalamualaikum." pamit Izdan sambil menggendong tas dan mencium kedua tangan Bu Darmi.

"Waalaikumsalam anak Ibu yang paling solih." kata Ibunya tersenyum sambil mengembangkan senyuman.

Tak lama kemudian, Bu Darmi berjalan ke arah suaminya, "Hati-hati ya, Ayah bawa mobilnya." kata Bu Darmi sambil mencium tangan Pak Darmi.

"Iya, bidadarinya Ayah yang paling solihah." jawab Pak Darmi sambil tersenyum.

"Alhamdulillah, akhirnya sudah reda amarah suamiku itu." batin Bu Darmi lega setelah melihat perubahan sikap Pak Darmi yang mulai adem dilihatnya.

Selama di mobil, Izdan hanya sibuk membuka dan mempelajari kisi-kisi game question. Tak lama kemudian, Pak Darmi memecahkan keheningan di pagi hari.

"Oh ya Izdan, memangnya nanti game questionnya tentang apa ya? Ayah kok penasaran gitu." tanya Pak Darmi. yang sesekali melirik ke arah Izdan.

"Kemarin Bu Lili bilang akan ada game question tentang ASWAJA, Ayah." jawab Izdan yang masih asyik mempelajari kisi-kisi game question di tangannya.

"Waaaahhh ... mantap itu, Izdan ... keren ... keren ... pasti isinya tentang sejarah dan pengetahuan Islam, kan Izdan? ucap Pak Darmi bangga dan bahagia mendengar jawaban Izdan.

"Iya, Ayah kok bisa tahu sih?" tanya Izdan yang mengernyitkan dahi.

"Tahu donk, Izdan. Ayah kan pernah belajar ASWAJA tapi itu pas SMA, nak." jawab Pak Darmin sembil tersenyum.

"Oh gitu ya, Ayah? Kira-kira susah ga sih Ayah belajar ASWAJA itu?" tanya Izdan agak khawatir.

"Selama Izdan mau belajar, Insyaallah gampang kok." jawab Pak Darmin tersenyum.

"Kalau begitu, Izdan mau rajin belajar ah. Biar bisa seperti Ayah." ucap Izdan bersemangat.

"Waaaahhh … bagus itu, nak. Ayah dukung kamu seratus persen ples empat jempol wat anak Ayah yang solih ini." kata Pak Darmin bahagia sekaligus terharu mendengar ucapan Izdan.

"Lho kok empat jempol sih, Ayah. Kalau empat jempolnya keluar semua, nyetir mobilnya gimana?" tanya Izdan terkejut mendengar ucapan Ayahnya.

"He … he … iya maaf … habisnya Ayah terlalu bahagia sih." kata Pak Darmin.

"Alhamdulillah, sudah hampir sampai nih sekolahnya, Ayah." ucap Izdan sambil mengemasi kisi-kisi soal ke dalam tas.

"Oh, iya ya. Ayah parkir dulu mobilnya, nak." kata Pak Darmin.

Izdan hanya diam sambil melihat pemandangan di sekitar jalan.

"Nah, kita sudah sampai nih, Izdan. Belajar yang rajin ya. Jangan lupa berdoa ya sebelum belajar!" ujar Pak Darmin penuh harap.

"Siap, Pak Boss." ucap Izdan memberi hormat pada Ayahnya.

"Izdan sekolah dulu ya, Assalamualaikum." pamit Izdan yang tak lupa mencium kedua tangan Ayahnya.

"Waalaikumsalam, anak Ayah yang paling solih." ucap Pak Darmin.

Sesampainya di sekolah, Izdan langsung menuju ke tempat duduknya dan membuka kembali buku-buku pelajarannya. Di tengah keasyikan Izdan membaca buku tetiba Feri dan Farel pun datang menghampiri Izdan.

"Waaaahhh … kutu buku sudah datang duluan ni. Kita kalah cepat ya sama Izdan, Rel." ucap Feri yang menyikut bahu Farel.

"Eh, ada Feri sama Farel. Aku baru saja sampai kok. Oh ya, kalian sudah belajar untuk game question belum?" tanya Izdan.

"Aduh kamu itu rajin amat sih Izdan. Ga usah terlalu rajin napa? Mending kita main bola sepak yuk di lapangan. Bisa-bisa kita dituduh maling lho kalau ada barang yang hilang." kata Farel.

"Oh, iya yah. Ya udah, yuk kita main aja dulu di lapangan. Sambil nunggu bel ya." kata Izdan sambil merapikan bukunya.

"Nah, gitu donk, Izdan. Itu baru kawan sejati yang baik. Hahahaa …" ujar Feri kegirangan.

Akhirnya mereka pun berjalan ke lapangan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu Bu Winda yang baru tiba di sekolah. Mereka pun  berbalik arah sejenak dan berjalan menuju arah Bu Winda untuk menyambut kedatangan beliau.

"Assalamualaikum, Bu Windha." kata Farel tepat di hadapan Bu Winda dan tak lupa mencium kedua tangan Bu Winda.

"Waalaikumsalam, kalian hendak pergi kemana?" tanya Bu Winda.

"Kami hendak bermain sepak takraw, Bu di lapangan." jawab Feri dan Izdan bersamaan.

"Oh gitu. Yang sportif ya, mainnya." kata Bu Winda pada mereka bertiga.

"Baik, Bu. Kami permisi dulu ya, Assalamualaikum." ucap Izdan, Feri dan Farel bersamaan.

"Waalaikumsalam." jawab Bu Winda singkat.
----------========---------

Sampai sini dulu ya readers kisah Izdan. Emmmm Kira-kira di kelas Izdan jadi game question ga yaaaa???? Apa yang akan dilakukan keluarga Pak Darmin ya setibanya di kampung halaman??? Penasaran kaaaaannn??? Tunggu kisah Izdan selanjutnya yaaaa ... Jangan lupa ya tinggalkan jejak di novelku. Makasih ^_^.

Izdan Anak JalananWhere stories live. Discover now