Setelah bangun, Izdan tak luput membaca doanya, "Alhamdulillahilladzii ahyana ba'dama amatana wailaihinnusyur. Segala puji bagi Allah yang telah membangunkanku sesudah mati."
Sebelum beranjak dari tempat tidur, Izdan segera merapikan kamarnya dan menyiapkan peralatan sekolah yang akan di bawanya nanti.
Begitu Izdan hendak ke kamar mandi, datanglah kedua orangtua angkatnya
"Kamu sudah bangun, Nak? Tadi ayah intip dari luar, kamu nyenyak sekali malam ini tidurnya." kata Ayahnya tersenyum.
"Iya, maaf ayah semalam Izdan belajar sampai larut. Sampai-sampai lupa tidak bangun di sepertiga malam ni ..." ucap Izdan kesal yang tidak menyetel alarm.
"Oh ya sudah gak apa-apa, Nak. Sekarang kamu ambil wudhu dulu terus kita sholat subuh di masjid yuk." ajak Ayah Izdan yang bermaksud menghibur hati anaknya.
"Baik Ayah, kalau begitu Izdan siap-siap dulu ya?" ucap Izdan bersemangat.
"Ayah tunggu di ruang tamu ya, Nak?" ucap Ayah dengan nada agak tinggi
"Iya Ayah ...." jawab Izdan melemah.
Sesudah wudhu, Izdan pun mencari peralatan sholat dan bersiap diri untuk berjamaah di masjid.
Sebelum keluar kamar, Izdan menyempatkan diri untuk bercermin dan berdoa, "Alhamdulillahii kamaa hasanta kholqii fa hasin khuluqi. Segala puji bagi Allah, baguskanlah perbuatanku sebagaimana Engkau membaguskan wajahku. Aamiin." ucap Izdan sambil merapikan pakaian, peci lalu mengusap kedua tangan ke wajahnya.
Setelah menyelesaikan semua, Izdan pun keluar kamar dan berjalan ke ruang tamu.
"Waaahhh ... cakep sekali anak ayah ini ... sudah siap untuk ke masjid, Nak?" tanya Ayahnya dengan wajah tersenyum.
"Siap Ayah." jawab Izdan lembut.
Tak lama kemudian, Ibunya berjalan ke ruang tamu.
"Tunggu donk ... Ayah ... Izdan ... Ibu juga mau ikut berjamaah niihhh ...." seru Ibu yang tampak terburu-buru merapikan mukena yang dipakainya.
"Ok ... sudah siap semuaaaa ... let's go to the mosquee." seru Ayah bersemangat.
"Ah ... Ayah ini ... lagaknya kaya orang bule aja ... sok-sokan *nginggris *segala ..." ucap Istrinya yang tampak kesal dan sinis terhadap suaminya.
"Heheheee ... maaf Istriku yang cantik dan solihaaaah ... sekali-kali boleh dooonk ngomong pakai bahasa Inggriiiis." rayu suaminya sambil menyikut badannya.
"Eiitttss ... apa pula ini yaaahhh ... udah donk ah jangan diterusin lagi ... bisa batal nanti aku gegara kulit mulus ini tersentuh sama Ayah." ucap sang Istri yang masih kesal dengan rayuan Suaminya.
"Ya deh ... maaf ya Istriku sayaang ... kita sudah sampai masjid ni ... kita jumpa nanti lagi yaaa ..." ucap Suaminya menghibur.
"Sebentar Ayah ... Ibu ... kita berdoa dulu sebelum masuk masjid ini ..." ucap Izdan menghentikan langkah kedua orang tua angkatnya."
"Memangnya ada ya doanya, Nak?" tanya Ayah Ibunya bersamaan.
"Ada. Kalau belum hafal, Ayah dan Ibu bisa kok menirukan Izdan dulu, selepas sholat shubuh nanti, Izdan tuliskan doanya untuk kedua orangtua Izdan yang baik hati ini." ucap Izdan sumringah.
"Ya sudah, kamu yang mimpin doanya, Nak. Keburu mulai sholatnya." ucap Ibunya
"Ya Bu, Bismillahirrahmaanirrahiim ... Allahumma sholli 'alaa sayyidinaa muhammad ... Allahummaftahlii abwaaba fii rahmatik." ucap Izdan penuh khusyuk dan mantap yang diikuti kegua orangtuanya.
"Artinya apa itu, Nak?" tanya keduanya penasaran.
"Artinya Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya. Ya Allah ... bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku. Aamiin ."
"Udah yuk kita masuk ke masjid. Keburu mulai sholatnya." ungkap Ibunya setengah kesal terhadap sikap Izdan.
"Sabar dulu donk, Bu ... kita kan masih lemah agamanya. Ga ada salahnya kan kita belajar agama sama anak kita yang solih ini." ucap Ayahnya yang sabar menghadapi sifat istrinya itu.
"Iya deh, Ayah ... maafkan Ibu ya ...." pinta Istrinya dengan nada lemah.
"Ya sudah ... Ayah ... Ibu kita masuk ke masjid yuk ... masuknya kaki kanan dulu ya ..." ucap Izdan tersenyum ke orangtuanya.
"Ayo ..." jawab keduanya.
Lima belas menit kemudian mereka bertiga pun keluar dari masjid ....
"Alhamdulillah ... tak terasa ya kalau kita sholat di masjid, Ayah." ucap Istrinya yang membuka percakapan.
"Iya, alhamdulillah ya, Bu. Lagipula, kita bisa olahraga sekalian di pagi hari ... ya kan?" kata Suaminya.
"Iya, Ayah ... lagipula menghirup udara di pagi hari sangat bagus untuk kesehatan kita ... Ayah ... Ibu, salah satunya seperti yang kita rasakan ini. Coba yuk kita hirup udaranya hmmm." ujar Izdan sambil menghirup udara subuh yang begitu sejuk dirasa.
"Hmmm ... eh iya ya segar, sejuk dan adem banget rasanya ini." seru Ibunya yang rileks merasakan kesegaran udara di pagi hari.
Ayahnya hanya diam sambil menghirup udara yang begitu menenangkan jiwa.
"Hmmm ... kenapa Ibu bisa seheran itu ya??? Padahal sebelum ada Izdan, pernah kuajak jalan pagi deh." batin Suaminya yang melihat sikap Istrinya.
Sebelum sampai di rumah, tiba-tiba istrinya rindu kampung halaman dan berkata, "Ayah, selama masa covid-19 kan belum pernah ke Purworejo yah. Bagaimana setelah Izdan pulang sekolah, kita ke Purworejo, Ayah? Mumpung kedua orang tua kita masih ada."
"Emangnya sudah boleh ya Ibu?" tanya suaminya keheranan.
"Boleh Ayah, kemarin aja tetangga kita keluar masuk Jogja-Solo dan kota lainnya tidak ada masalah kok yah." bujuk Istrinya yang telah menahan rindu kampung halamannya.
"Oh ya sudah, nanti kita ke Purworejo. Sudah lama sekali ya kita ga jenguk mereka di sana." kata Pak Darmin yang mengerti akan kerinduan Istrinya.
Tak terasa mereka pun telah sampai rumah. Sesampainya di rumah, Izdan langsung menuju ke kamarnya untuk mengambil Al-Quran dan dibacanya sekitar tiga puluh menit. Setelah itu, Izdan meletakkan Al-quran di lemari, menyiapkan peralatan sekolah dan mengambil baju seragam yang akan dipakai serta bergegas mandi.
Tetiba ... bruuukkk ... Izdan pun tersungkur di depan kamar mandi.
"Astaghfirullahal 'adzim ... aku lupa tidak berdoa tadi. Maafkan aku Ya Rabb." ujar Izdan penuh sesal.
"Kamu kenapa Izdan? Kok bisa jatuh?" tanya Ayah Izdan heran.
"Iya Ayah, tadi Izdan lupa tidak berdoa sebelum dan sesudah keluar mandi." ucap Izdan dengan nada kesal dan memasang wajah cemberut.
"Oh, itu to sebabnya kamu jatuh dari kamar mandi, Izdan?" tanya Ayahnya.
"Ih, ayah ini. Anaknya jatuh bukannya buat hatinya senang eh malah tanya yang enggak-enggak." kata Ibunya setengah kesal.
"Lho, Ibu ini gimana sih? Justru Ayah mau menghibur anak Ayah yang solih ini. Eh si Ibu main potong pembicaraan orang saja." kata Pak Darmin yang tak mau kalah dengan Istrinya.
"Aduh Ayah ... Ibu ... sudah sudah ... ga perlu diributkan lagilah. Lagian Izdan tadi lupa ga berdoa jadinya kepleset sedikit deh." ujar Izdan mengembangkan senyuman sambil menahan rasa sakit di kakinya.
"Masya Allah ... Izdan memang luar biasa ya, Pak, Bu. Kecil-kecil cabe rawit. ucap Bi Ijah tersenyum sambil menyiapkan sarapan.
"Iya, Alhamdulillah Bi. Oh, ya kopi saya mana ya?" tanya Pak Darmin.
"Oh iya, maaf tuan hampir lupa saya. Saya buatkan dulu ya." kata Bi Ijah.
YOU ARE READING
Izdan Anak Jalanan
SpiritualSeorang anak yang ditinggal pergi keluarganya lantaran ombak besar tsunami yang menghantam rumah dan seluruh keluarganya.