Twelve.

642 96 1
                                        


"Ehm sebentar ya pak..."

Dira memeriksa setiap lembar buku yang dipegangnya. Ia panik karena tidak bisa menemukan kartu perpustakaan miliknya padahal ia memegangnya sejak masuk perpustakaan tadi.

"Ada gak dir? Pake kartu gue dulu nih," ucap Mark sembari menyodorkan kartu miliknya.

"Gausah Mark, bentar deh, tadi tuh gue pegang terus kok," balas Dira.

Mark lalu membantu Dira mencari di buku lainnya.

Tak lama seseorang datang menghampiri mereka berdua, ia menyodorkan benda tipis berwarna pink yang dicari Dira sedari tadi.

"Nih, ketinggalan di meja tadi," ucapnya.

Dira menoleh, wajah yang sudah sangat tidak asing lagi baginya itu tersenyum santai.  "Aduh, Doy! Makasih banget! Gue udah takut banget ilang..." gumam Dira.

"Tuhkan gue bilang apa, ketinggalan di meja..." celetuk Mark mengomeli gadis di sampingnya ini.

Ia lalu memberikannya pada petugas perpustakaan untuk meminjam buku yang dibutuhkannya. "Makanya jangan main pergi aja, liat-liat dulu barang lo ada yang ketinggalan apa ngga," omel Doyoung.

"Iyaaa Kim Doyoung makasih banyak yaa," ucap Dira.

"Heem,"

"Lo disini juga Doy? Gak kelas?" tanya Mark kemudian. Mereka bertiga meninggalkan perpustakaan dan duduk sebentar di taman persis di hadapan perpustakaan.

"Udah selesai kok. Ini gue abis nyari bahan buat tugas literatur," balas Doyoung. "Lo berdua?"

Dira melebarkan matanya. "Lah gue sama Mark juga abis nyari bahan buat tugas itu. Udah dapet bahannya?"

Doyoung mengangguk dan memperlihatkan buku pinjamannya pada Dira.

"Kalo gitu kita ngerjain bareng aja yuk? Gue sama Dira mau ngerjain bareng sekalian ngafe," ajak Mark yang justru membuat Dira sontak menoleh padanya dan memelototinya.

Mendengar ajakan Mark tadi Doyoung langsung mengiyakan dengan semangat.

"Mark? Ga- jadi kan-?"

"Wah boleh tuh, yaudah ayo! Kafe mana?" Doyoung yang antusias langsung memakai tas ranselnya dan menatap Dira dan Mark bergantian.

Mark melirik Dira kebingungan karena barusan Dira hampir mengatakan sesuatu namun terpotong oleh Doyoung yang terlalu bersemangat.

Setelah memutuskan akan ke kafe mana, ketiganya langsung pergi menuju kafe tersebut. Dira yang dibonceng Mark langsung menghujani Mark dengan pertanyaan.

"Mark ish!" Dira memukul bahu tegap lelaki di depannya itu. "Kenapa bilang-bilang Doy sih?"

Mark terkekeh. "Ehh? Kenapa emangnya?"

"Ya kan biar rame Dir, lagian tugasnya sama barangkali bisa saling bantu. Right?"

"Tapi lo main ajak-ajak aja gak nanya gue dulu!" Dira memukul lagi bahunya Mark, kali ini berkali-kali.

"Aw aw! Dir, please gue lagi nyetir!" keluh Mark. "Ilfeel banget ya sama Doyoung?" Ia memegangi bahunya.

"Gak, b aja. Tapi tetep aja lo ngajak dia tanpa persetujuan gue, kalo di kafe nanti ada perseteruan semi eksplosif gak boleh protes ya lo." Dira melirik mobil Doyoung yang kebetulan terpantul di spion motor Mark.

"Ahaha i got the point," "Jangan gitu lah Dir. Sengeselin-ngeselinnya Doy ke lo kan ke gue ngga,"

Sontak Dira memukuli lagi punggung Mark yang justru tertawa terbahak-bahak saat mendengar sahabatnya murka itu.

Radio • DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang