03 - Dare untuk Angkasa

40 10 3
                                    

Keempat sahabat Angkasa nampak sedang berbincang dengan guru yang bernama Bu Yani itu di depan kelas 10 IPA 3. Kalian tahu lah itu kelas siapa.

Bu Yani nampak keberatan awalnya, tapi karena ini adalah perintah dari Angkasa apa boleh buat.

"Yaudah Bu kalau gitu gue, eh maksudnya saya masuk dulu." Gavin pun berjalan masuk ke dalam kelas Ayla.

Disana Ayla nampak menatap kaget ketika yang masuk kelasnya itu adalah Gavin, sahabatnya Angkasa. Sekarang Ayla sudah tidak enak perasaan saja karena Gavin yang makin berjalan mendekat ke bangkunya.

"Bu bos, pak bos suruh gue kesini untuk jemput lo." ucap Gavin sembari tersenyum dan memainkan kedua alisnya itu.

Rara menatap tidak suka kepada Gavin, kenapa harus memainkan alisnya segala!

"Alis lo gak usah di mainin Kek gitu!" ucap Rara.

Gavin menoleh kepada Rara, "lah kenapa?"

"Gue gak suka liatnya." jawab Rara tanpa ada sopan santunnya pada kakak kelas.

Gavin melihat sebentar kepada Rara lalu menatap lurus ke depan, "Serah gue, siapa lo."

"Woy! Gue disini yang liatnya enek!" kesal Rara.

Ayla makin tambah pusing saja ini melihat Rara yang terus bertengkar dengan Gavin. Ayla pun berdiri dari duduknya lalu keluar dari meja.

Ayla memegang pundak Rara, "Aku ikut dulu sebentar."

Ayla dan Gavin pun keluar dari kelas. Ayla berpamitan dahulu kepada Bu Yani karena merasa tidak enak telah keluar di jam pelajarannya. Ayla pun mulai berjalan yang membuat keempat laki-laki itu langsung mengawalnya dari belakang, sisi kanan, dan sisi kiri.

Ini Ayla di kawal atau di culik ya?

Mereka pun kini telah sampai di rooftop sekolah. Angkasa menoleh kepada Ayla yang baru saja datang. Gadis itu nampak masih menggunakan seragam yang kotornya karena ketumpahan kuah tadi.

"Sini duduk!" suruh Angkasa.

Ayla pun dengan tidak enak perasaan duduk. Jujur, Ayla tidak pernah seperti ini sampai-sampai disini isinya laki-laki semua. Ayla tidak tahu dirinya harus apa jika misalnya laki-laki disampingnya ini macam-macam kepadanya. Apa Ayla kabur dengan loncat dari rooftop? Ya kali, dia mati ntar.

"Kak, kenapa kakak panggil aku kesini?" tanya Ayla yang ingin langsung to the point.

Angkasa hanya tersenyum saja. Seperti ucapannya Ayla tadi tidak di anggap sama sekali!

"Kalau masalah surat itu ketidaksengajaan kak, aku bisa jamin deh. Waktu itu aku lagi mau truth or dare sama temen-temenku dan aku kedapatan dare nah dare-nya harus bikin surat cinta. Saat aku lempar gak sengaja pesawat itu terbang ke arah kakak." jelas Ayla panjang lebar.

"Surat itu memang udah takdir gue yang dapatin." sahut Angkasa santai.

"Kak aku bilang itu gak sengaja, itu cuma tantangan aku pilih dare." Ayla sudah binggung harus ngomong apalagi, sepertinya Angkasa sangat tidak peduli dengan ucapannya.

"Yaudah sekarang main truth or dare sama gue juga temen-temen gue nih. Mau gak?"

"Maaf kak aku gak bisa, aku harus balik ke kelas." tolak Ayla yang berusaha sopan kepada kakak kelas.

Angkasa tersenyum lalu berdiri, "Yaudah serah lo aja. Jadi, sekarang lo lebih milih masuk kelas sekarang dan besok gue keluarin aja dari sekolah?"

Ayla yang sedang duduk langsung berdiri, "Jangan kak!"

"Yaudah nurut aja sama gue, apa susahnya sih!" kesal Angkasa lalu duduk teras rooftop.

"Laki-laki hobinya cuma ngancem." gumam Ayla yang masih berdiri sendiri, karena teman-teman Angkasa juga sudah duduk.

Hey! kakak Kelas (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang