06 - Ayla, Rinai, Angkasa

26 9 1
                                    


Hari ini ada pelajaran olahraga di kelas Ayla, Ayla dengan kedua sahabatnya itu langsung ke lapangan setelah berganti baju.

Sesampainya di lapangan, Ayla langsung bergabung dengan teman sekelasnya. Pak Imam, guru olahraga pun langsung memberikan materi pelajarannya.

"Sekarang kita akan main sepak bola, mau putri atau putra tetap semuanya sama main sepak bola!" titah pak Imam.

Ayla sebenernya agak keberatan untuk bermain bola, tapi karena ini tugas dari guru apa boleh buat Ayla tidak bisa menolaknya. Ayla dan siswi lainnya langsung ke posisi untuk memulai permainan sepak bola ini.

Setelah memberikan materi pelajaran, pak Imam pergi dari lapangan dan kembali ke ruang guru lagi.

"Ay! Sini Ay sini!" teriak Diandra.

Ayla pun yang sudah lelah menggiring bola langsung menendang bola itu kepada Diandra, tapi bola yang di tendang Ayla melesat cukup jauh hingga melewati Diandra.

Ayla menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat bola itu jatuh tepat di kepala seseorang. Refleks Ayla langsung berlari kepada orang itu yang terkena bola tendangannya tadi.

"Kak, maaf aku gak sengaja."

"Lo ceroboh banget sih! Waktu itu lo nabrak gue, sekarang kepala gue lo timpuk pake bola?" Angkasa melipat kedua tangannya di depan dada. Dasar! gadis ini benar-benar ceroboh. Pikirnya.

Ayla diam saja dan menunduk karena memang dia merasa bersalah kepada Angkasa, kenapa dengan kebetulan selalu saja Angkasa yang kena kecerobohanya. Dan ini baginya dia cari mati selalu berurusan dengan Angkasa.

Wajah Angkasa mendekat lalu menatap mata coklat Ayla, "Lo mau coba bunuh gue?!"

"Gak kok gak!" jawab Ayla cepat.

Karena kesal Angkasa mencekal lengan gadis itu lalu membawanya pergi dari sana. Kedua sahabat Ayla hanya bisa diam dan melihat saja tanpa ada niatan untuk mendekat, karena mereka berdua masih kaget dengan kejadian Ayla yang menendang bola ke kepala Angkasa.

Ayla mencoba melepaskan tangannya dari Angkasa tapi cekalan tangan Angkasa sangat kuat sehingga Ayla tidak bisa melepaskan tangannya dari Angkasa.

Setelah sampai di depan ruang kepala sekolah, Angkasa melepaskan tangan Ayla. Ayla pun memegangi tangannya yang kini merah dan rasanya sangat sakit sekali.

"Ma-mau apa kakak bawa aku kesini?" tanya Ayla dengan mata yang hampir saja berkaca-kaca, tapi Ayla tahan karena berusaha untuk tidak terlihat lemah.

"Lo mau gue keluarin dari sekolah ini atau jadi asisten gue selama sebulan?" tanya Angkasa.

"Jangan kak! Aku mau jadi asisten kakak aja." jawab Ayla.

"Oke, pilihan yang bagus." Angkasa tersenyum dengan pilihan Ayla, tapi kini mata Angkasa melihat ke pergelangan tangan gadis itu yang nampak merah itu. Apa karena dirinya terlalu keras memegang tangan gadis itu tadi?

"Pulang sekolah gue anterin lo," ucap Angkasa.

"Gak kak! Aku bisa pulang sendiri kok lagia--"

"Gak ada penolakan!" potong Angkasa cepat.

Maksa banget sih! batin Ayla.

Ayla menghela nafasnya lalu memberanikan diri untuk menolaknya secara halus, "Tapi kak aku gak bisa pulang bareng kakak."

"Oke, tapi nanti pulang sekolah lo beliin gue makanan deh di kantin terus lo bawa ke markas gue!" titah Angkasa sembari memberikan beberapa uang bewarna merah kepada Ayla.

"Iya-iya. Makanan apa yang harus ku beli kak?" tanya Ayla.

"Serah lo, lo gunain aja tuh semua uang yang gue kasih." jawab Angkasa.

Hey! kakak Kelas (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang