Portrait (2 : "Her Favorite")

718 152 0
                                    

Namaku Kim Jisoo.

Akhirnya bertemu tatap dengan cinta pertamanya.

Namanya Kim Jennie.

Katanya menyukai makanan yang mengandung susu tapi tidak menyukai susu.

Festival sekolah biasanya jadi ajang bagi kami untuk mengenal siswa dari sekolah lain. Lisa memegang pundakku. Mengarahkan dagunya pada seorang gadis yang tengah menikmati eskrimnya.

Kuperhatikan dari jauh, dan tanpa sadar, kameraku kunaikkan lagi.

Klik!

"Jennie!"

Teriakan seorang gadis, membuatku berbalik. Dari belakangku, ia melambaikan tangannya. Seraya terus memanggil nama Jennie. Aku dengan cepat membalikkan tubuhku sehingga sekarang aku bisa sempurna melihat Jennie tengah melambaikan tangannya kepadaku.

Walau, pada kenyataannya aku tahu, itu untuk temannya yang baru saja berjalan melewatiku.

Kulirik dengan kesal, semburat suara tawa yang tertahan dari gadis yang dengan kerasnya memukul pundakku. Siapa lagi kalau bukan Lisa.

"Kenapa tidak berjalan ke arahnya sih? Kau itu sudah dua kali memotretnya diam-diam!" Serunya, terdengar geregetan kepadaku.

Aku menggeleng. Kembali memerhatikan Jennie yang berlalu bersama temannya tadi.

"Kalau menyukainya, aku bisa mengenalkannya padamu..."

"Jangan!"

Aku dengan tegas, menolak. Aku tidak tahu aku merasakan apa kepadanya. Apakah kekaguman akan wajahnya, atau memang aku menyukai dirinya. Kalau Lisa mengenalkannya kepadaku, dan lama kelamaan dia bisa tahu kalau aku sudah memotretnya diam-diam...

Nanti, dia bisa membenciku, dong?

Kugelengkan kepalaku sekali lagi. Menegaskan penolakan yang disambut jengitan pada bahu Lisa. "Yasudah, aku mau kembali ke kelas. Kau, mau kemana?"

"Tidak tahu." Sahutku.

Lisa meringis. "Palingan kau mau mengikutinya, lalu mengambil fotonya diam-diam lagi!"

Kudorong wajahnya pelan. "Iya iya, terserah katamu. Sana pergi!"

Lisa mencibir singkat, lalu pergi. Aku mengambil kameraku lagi. Kamera yang berbeda. Tahun berganti, dan doaku terkait kamera yang bisa memotret dari jauh, tersampai juga di tahun ini. Sebuah kamera digital merek Nikon. Tidak perlu pake roll film lagi, cukup dengan sebuah kartu memori. Juga berbagai kecanggihan yang membuatku memilih meninggalkan kamera analogku.

Benar kata Lisa. Entah, aku sedikit diberi ide olehnya untuk mengikuti kemana Kim Jennie ini melangkah. Suatu keberuntungan aku bisa mendapatkan gadis itu di sekolahku. Untung juga aku menggunakan topi hari ini. Cuaca panas memang melindungi rambutku, dan juga aksi memata-mataiku.

Aku berjalan sebentar. Dengan hati-hati, mencari kemana gadis berkaos putih itu pergi dengan temannya yang memakai jaket biru muda. Aku ingin memotretnya, jadi sebisa mungkin aku harus berdiri cukup jauh darinya.

Klik!

Aku terkesiap saat temannya melihat ke arahku. Ia langsung menunjukku. Dengan cepat, kurendahkan topiku dan kutundukkan wajahku. Sial! Sial! Aku lupa menonaktifkan mode flash kameraku. Aku berbalik, berlari meninggalkan mereka. Yang kudengar sekarang, kalau ada sebuah langkah dari jauh yang mengikutiku. Mungkin, Jennie dan temannya?

"Kau melihatnya?" Suara itu menyita perhatianku. Aku bersembunyi dibalik sebuah kedai takoyaki yang pemiliknya sangat kukenali. Ahjumma Ahn namanya. Dari bawah mejanya, bisa kulihat ekspresi canggungnya. Mungkin, Jennie dan temannya tengah berdiri di depan kedai ini dengan wajah bingung yang terlihat mencari seseorang.

"Dia memotret kita loh! Siapa sih? Aneh sekali." Sahut yang lain, terdengar kesal.

Aku tidak bisa memastikan mana suara Jennie dan suara temannya. Aku masih berjongkok, mendongak berkali-kali. Meminta kepastian kepada Ahjumma Ahn, apakah aku sudah bisa melarikan diri atau tidak.

"Yasudah, mungkin orang iseng. Yuk, kita beli es krim."

"Astaga Jen! Kau sudah makan berapa eskrim hari ini? Sebelum kuhampiri juga kau sedang makan eskrim kan!"

"Hmm... ayolah! Kau kan tahu aku sangat suka es krim. Kau juga harus coba! Es krim susu nya enak sekali loh!"

Sembari berjongkok, aku menerka-nerka mana suara Jennia dan temannya selanjutnya. Obrolan singkat tadi, membuatku bisa sedikit membedakannya.

Oh, jadi... kau suka eskrim toh?

"Jisoo..."

Suara alto itu menyadarkan lamunanku. Aku tersentak kaget dan tanpa sengaja membenturkan kepalaku dengan meja. Nyonya Ahn mendengarnya, langsung berjongkok. Pandangannya lurus kepadaku. Aku mengangkat kepalaku, malu. Kulihat nyonya Ahn tersenyum. Senyumnya terasa sangat menenangkan hati.

"Sampai kapan mau bersembunyi?"

***

Short Story Of JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang