Another Random Blackpink Story (Kim Jennie)

2.2K 228 10
                                    

"Kau mestinya tidak menunjukkan raut wajahmu itu! Kau senang ya membentuk imej yang tidak menyenangkan itu? Kalau memang iya, selamat. Kuucapkan selamat karena kau berhasil."

Jisoo tidak sekalipun pergi dari sampingnya. Sebagai yang tertua, dia bertugas untuk menguatkan. Walau dalam hati ia juga merasa takut. Dan, jelas hal itu ditunjukkannya melalui remasan yang kuat pada lengan Jennie ketika ia mencoba menenangkannya.

Jennie mendongak kala itu. Tercipta jelas di wajahnya bahwa ia tidak merasa sedikitpun bersalah dengan apa yang dilakukannya. Baginya, itu hak dia. Hak dia yang utama sebagai manusia. Apa yang harus disembunyikan? Kedua, tubuh dan hati itu adalah miliknya, mengapa ia harus mengontrolnya?

Tapi, ia bisa merasakan. Kerasnya remasan Jisoo karena eonninya itu merasa tertekan. Entah karena apa. Jennie hanya mengerti satu hal. Kalau Jisoo, tidak akan memberitahu alasannya.

Kepalanya berputar beberapa derajat, didapatinya dua member lainnya yang sudah dianggapnya adik, tengah menunduk sembari mengaitkan tangannya satu sama lain.

Pemandangan itu... penyebabnya... adalah dirinya?

Jennie memandang tidak percaya. Apa yang salah? Apa yang salah untuk mengekspresikan perasaan? Jennie terus bertanya dalam hatinya... apa yang salah?

Lama berpikir, membuatnya bisa sedikit berpikir. Jisoo, Chaeyoung, dan Lisa, jelas ketakutan. Entah ketakutan apa yang mereka rasakan, yang jelas itu malah balik membuatnya berpikir yang tidak-tidak.

Menurutnya, jawabannya adalah dirinya.

Memangnya apalagi?

.

.

Malam itu, ia teringat. Dengan menggenggam sebotol soju, ia mengingat betapa kerasnya untuk mencapai panggung ini. Panggung yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Bersama tiga orang member lainnya. Dengan Lisa yang harus rela meninggalkan negaranya, begitupula dengan Chaeyoung. Pun dia dengan Jisoo, yang harus meninggalkan pendidikan demi satu mimpi yang belum pasti saat itu. Yang dimana, kali pertama dalam hidupnya, ia melawan segala perintah orangtuanya. Meski, akhirnya, keduanya bangga terhadap pencapaiannya saat ini.

Demi mencapai itu, ia selalu rajin latihan. Dimanapun dan kapanpun. Melatih vokal maupun bakat menarinya. Ditambah ia harus berlatih untuk menjadi rapper yang membuatnya tertarik dan memilih di tengah perjalanannya. Jennie ingat masa sulit itu. Mereka bahkan tidak makan untuk menjaga tubuh mereka. Semenderita itu untuk mencapai posisi ini.

Lalu, salahnya dimana ketika ia tidak boleh merasa sedih kepada orang yang hanya menilainya dari luar? Kepada orang yang membencinya dan berani mengatakan kepada dunia kalau dia membenci Kim Jennie dari Blackpink. Mengapa Jennie tidak boleh sedih terhadap hal itu?

Jisoo tengah mengeringkan rambutnya dan berjalan kembali menuju kamarnya. Tapi, dalam perjalanan itu, ia mendengar bunyi pantulan kaca dengan lantai yang membuatnya penasaran. Dihampirinya sumber suara itu dan ia tidak heran saat menemukan Jennie yang dikelilingi beberapa botol soju di sekitarnya.

"Sedang melepas stres?"

Jennie mengangguk.

Jisoo berhenti mengeringkan rambutnya. Ia memilih menutup kaca balkon dan menggeser beberapa botol soju untuk memberi ruang duduk kepadanya. Disana akhirnya ia duduk, menyandarkan kepalanya pada pundak Jennie dan mengarahkan pandangannya ke langit Seoul yang sudah tengah malam. "Mau membaginya denganku?"

Short Story Of JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang