Season Changes (2 : "Winter")

3.4K 438 21
                                    

Namaku, Kim Jennie.

Ini kisahku tentang musim dingin, musim olahraga kesukaannya.

Namanya, Kim Jisoo.

Selalu saja berhasil menempatkan ski sebagai prioritas utamanya. Dan, ski bisa menjadi satu-satunya hal yang membuatku cemburu.

Aku setuju jika musim dingin di Seoul benar-benar sangat bagus untuk olahraga ski. Tapi, apa untuk tahun ketiga, ski tidak bisa mundur dulu sebagai list utamanya setelahku?

Aku benci ski, tidak dengan musim dinginnya.

"Kau tidak ingin mencobanya, sekali?" Aku berdiri, sembari melipat kedua tanganku di dada. Menunjukkan wajah tidak senangku agar dia mengerti bahwa aku tidak suka dengan olahraga tersebut. Terlebih, jika dia melupakanku karena olahraga itu.

Aku menggeleng tegas. Malas mengeluarkan suara. Wajah kesalku seperti ya tidak mempan baginya. Dengan santainya, ia pergi setelah memastikan sepatunya sudah terikat dengan baik. Hanya senyuman yang ia lemparkan, dan meninggalkanku begitu saja.

Segala hal romantis yang melekat pada dirinya, akan runtuh begitu saja ketika musim dingin tiba. Aku tidak mengerti, mengapa ski adalah olahraga kesukaannya. Dan, aku yang tidak pandai dalam olahraga keseimbangan, sudah pasti membenci ski.

Aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh. Ia berbeda sekali saat menikmati musim kesukaannya dan menikmati olahraga kesukaannya. Saat musim gugur, ia selalu bisa membuatku ikut bersamanya, menikmatinya. Sedang, saat ia bermain ski, pandangannya tidak pernah sesekali mengarah kepadaku. Aku bisa melihat senyumnya dan tawanya. Dan, itu tidak ditujukan padaku.

Sudah cukup. Aku benar-benar muak.

Aku memutuskan untuk pergi. Tanpa pamit kepadanya.

***

Aku mengerjapkan mataku. Menatap lekat-lekat teks yang baru saja kubaca. Aku sekali lagi menghembuskan nafasku. Ini pertama kalinya gadis itu bertingkah seperti ini. Mungkin, karena aku memang keterlaluan juga karena meninggalkannya. Tapi, biasanya ia tidak seperti ini.

Aku memijat keningku. Memilih untuk membiarkan pesan singkat itu. Kepalaku terasa pening begitu saja. Seketika merasa tidak bersemangat untuk melakukan apapun.

Pikiranku terus berada pada pesan singkat yang dikirimkannya. Dia terlihat marah. Biasanya, dia merayuku jika terjadi kesalahpahaman di antara kami. Kenapa ada yang berbeda dengannya.

Malam itu, aku memutuskan untuk tidur. Sekali lagi, tanpa membalas pesan singkatnya.

***

Kesibukanku akhir-akhir ini membuatku harus pulang larut malam dan bangun pagi untuk beraktivitas kembali.

Biar kuberitahu, sudah beberapa hari ini, kami tidak saling menghubungi. Hanya ada dua buah pesan singkat darinya yang malas kubaca. Aku tidak perlu pesan itu. Aku hanya ingin dia menelpon dan membicarakan semuanya.

Aku mungkin bersikap egois saat ini, tapi aku juga sudah muak jika harus diperlakukan seperti itu ketika ia bermain ski. Seolah, aku tidak ada. Aku tidak suka, sudah cukup dua tahun kemarin dia memperlakukanku seperti itu.

Salju turun saat ini, cukup lebat. Membuatku menghembuskan nafasku. Kali ini, aku sepertinya harus diam di rumah karena jalanan tidak akan bisa dilintasi akibat tumpukan salju. Itu yang kudapatkan dari pesan dari pusat informasi cuaca Korea Selatan.

Jadinya, hari ini, sembari meminum segelas coklat hangat, aku memutuskan untuk membuka pesan dari Jisoo.

Hanya 2 pesan yang dikirimkan kepadaku, dan belum belum kubaca. Satu dikirimkannya beberapa hari yang lalu, dan satu lagi baru dikirimkannya hari ini. Sebetulnya, aku juga penasaran. Tapi, pikiranku kemarin-kemarin tak ingin diganggu dulu karena jadwalku yang cukup padat.

Aku membacanya.

Tak sadar, perlahan tenggorokanku terasa tercekat. Aku seolah tak mendapat oksigen di ruangan ini. Sampai, pada pesan terakhir, mataku terasa kabur.

Aku merasa sangat menyesal. Saat itu, aku berdoa untuk menghilangkan salju bertumpuk itu di jalanan. Agar, aku bisa menemuinya.

Maafkan aku...

***

Maafkan aku.

Aku berusaha menghubungimu tapi ponselmu selalu dalam keadaan mati.

Aku tahu, aku sedikit mengesalkan jika menyangkut tentang olahraga ski.

Tapi, kau harus tahu. Hanya hal ini yang membuatku bisa merasakan kehadiran ayahku. Hanya hal itu, satu-satunya kenangan yang bisa terus kulakukan bersamanya.

Maafkan aku, selalu mengecewakanmu. Maaf, aku tahu kau selalu merasa kesal menungguiku untuk bermain. Maaf, selalu memberikanmu hal tidak mengenakkan di musim dingin.

Maafkan aku.

***

Ini aku, Lisa.

Jen, Jisoo kecelakaan.

***

Short Story Of JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang