Selamat membaca:*
********
"Iss lo mah ga asik diajak ngobrol." rajuk nya.
"T.E.R.S.E.R.A.H!"
Aku pun langsung mengakhiri pembicaraan dengan Hera dan langsung menidurkan kepalaku di meja dengan kedua lengan sebagai bantalannya.
Sementara Hera hanya mengelus dada dan banyak-banyak mengucap istighfar atas apa yang jadi pembicaraan barusan.
Ingatkan Hera sekali lagi bahwa Fiya mempunyai kebiasaan buruk yaitu lebay. Ya dia sangat lebay apalagi kalo sudah mengenai crush nya.
Hera pun mengambil jalan ninja dengan memainkan ponselnya untuk mengscroll ig. Berbeda denganku yang lebih memilih membaca buku puisi pemberian dari Hera sebagai kado ulang tahun ke-16 ku kemarin. Tidak heran jika Hera memberikan buku puisi, karena memang aku suka membaca buku puisi.
Aku ingin membaca buku puisi "untuk matamu" karya Kharisma P. Lanang. Buku ini memiliki 242 halaman dengan setiap halaman memiliki bait-bait puisi yang sederhana tetapi menghanyutkan. Bahasanya mendominasi permasalahan-permasalahan yang ada di dunia percintaan, sangat epik.
Sebenarnya bukan hanya buku ini saja yang menjadi hadiah ulang tahun ku, ada juga sejenis novel tapi tidak pernah aku baca. Bukan tidak tau terimakasih hanya saja buku itu bukan seleraku.
Aku dan Hera tadinya tidak begitu dekat, hanya sebatas teman sekelas dan tau namanya saja. Tapi semua berubah, kami mulai menjadi dekat bermula saat aku dan Hera mengikuti lomba dramatisasi puisi untuk memeriahkan pentas seni sekolah. Dan dari situlah kani mulai dekat sampai sekarang.
Akan aku beri tahu bagaimana seorang Hera yang banyak orang tidak tahu, mungkin dia di luar kelihatan biasa saja namun kalau sudah kenal lebih jauh dia akan memperlihatkan sisi bobrok nya dan dia itu mesum sekali.
Hahaha aku harap Hera tidak tahu soal ini, karena kalau dia sampai tahu bisa habis aku di makinya.
Aku tertegun dan merasa tersentuh saat membaca bait puisi mas Kharisma, begini isinya:
Di Depan Cermin
Sudah lama rasanya aku tidak tersenyum kepada diriku sendiri di depan cermin.
Jauh sebelum aku memaksakan diri untuk mencintai seseorang,
menjadi apa yang dia mau,
menjadi apa yang dia ingin,
menjadi apa ya dia minta,dan aku mengubah diriku menjadi orang lain,
untuk diriku sendiri.
Setelah membaca bait puisi nya aku seperti terhantam oleh kenyataan bahwa aku dulu pernah sangat mengistimewakan orang lain sampai aku lupa untuk mengistimewakan diriku sendiri.
Dari bait tersebut ada pesan tersirat di dalamnya, bahwa kita tidak pernah bisa menjadi diri orang lain agar seseorang mencintai kita yang pada akhirnya orang itu juga yang menyakiti kita.
Rasanya aku ingin menjadi seorang penyair saja kalau sudah begini, menumpahkan segala isi hati kepada kertas dan pena yang sudah mau habis tintanya. Bermain dengan segala teka-teki, menyembunyikan semua pesan di dalam setiap baitnya.
Saat sedang hanyut dalam setiap permainan kata, bel istirahat sudah berbunyi dan Hera mengajak ku untuk membeli makanan di kantin.
Sesampainya di kantin aku membeli 2 donat saja, sedangkan Hera membeli 2 donat dan air mineral. Dan kami kembali ke kelas, namun saat melewati kelas Ghani aku melihat dia sedang tidur dengan menelungkupkan kepalanya. Aku tidak berniat ke kelasnya karena sedang tidak mood. Entah kenapa setelah membaca buku puisi itu aku menjadi badmood, mungkin aku terlalu terbawa suasana.
Hera menyenggol lenganku sambil mengangkat sebelah alisnya, memberikan aku kode seperti itu Ghani kenapa lo ga nyamperin?
Aku hanya mengedikkan bahu saja karena hari ini moodku sedang hancur.Dan kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampai lah kami di dalam kelas. Ada beberapa temanku yang tidak keluar, tidak tau penyebabnya apa. Ya sudahlah yang penting aku dan Hera ingin makan.
"Eh Fiy, lo udah tau belum tujuan lo setelah tamat sekolah kemana?". angin dari mana tiba-tiba Hera menanyakan itu padaku, biasanya dia paling males kalo udah membahas yang berhubungan dengan sekolah dan sejenisnya.
"InsyaAllah sih kalo ada rezekinya gue kuliah, emang lo kemana?" tanyaku balik
"Gue njir di suruh kawin langsung sama emak gue, katanya biar ga kegatelan banget gue jadi cewek." seketika aku tersedak atas penuturan nya barusan, dan Hera buru-buru memberiku minum.
"Anjay, emak lo hedon juga ya. Tapi bener sih, lo kan setiap hari mikirnya kawin mulu."
"Ya meskipun gitu gue juga mikirin cita-cita gue lah, gila aja. Gue juga mau kuliah, kerja, kaya dan nikah dapet suami tajir melintir hartanya ga habis tujuh turunan, tanjakan, dan belokan."
"Percuma angan lo tinggi tau keinginan belajar lo ga ada, sama satu lagi permintaan lo jangan tinggi tinggi kalo sujud lo masih belum rendah dan lama. Jangankan sujud lama sholat aja lo di ingetin, kalo ga di ingetin ya bablas." nasehat ku, lagian permintaan banyak kalo doa sama usaha ga ada ya percuma.
"Lo mah gitu selalu buka kartu gue, lagian kan gue niatnya curhat sama. lo kenapa jadi lo malah yang ngomelin gue. Males ah gue sama lo." rajuknya
"Gue bukannya ngomel, tapi nasehatin lo."
"Nyenyenyenye."
"Lo di kasih tau ngelawan, yaudah mampus lo situ." geramku.
"Ambekan lo taik."
"HERAAAA! GUE JAIT YA MULUT LO!" murka ku.
"Ga takut wleee, silahkan aja." yang di ancam malah ngelawan, memang payah jika sudah menasehati orang yang otaknya bengal.
Aku pun tak lagi menggubris Hera, percuma saja anak itu tak akan ada habisnya mengoceh dan melawan. Ngeselin kan? Emang, rasanya pengen buang ke hutan yang banyak harimau nya saja biar jadi santapannya itung-itung amal karena sudah memberi makan hewan.
Aku baik bukan?
Gimana ceritanya? Semoga kalian suka yaaa
Jangan lupa vote dan komen ya sahabat, agar nayong semangat nulis part selanjutnya.
Terimakasih banyak sudah membaca😊😊
See you next part, sahabat😍

KAMU SEDANG MEMBACA
AlGHANIYA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW, BACA, VOTE DAN KOMEN YA GUYS JIKA KALIAN SUKA. DILARANG PLAGIAT!!!!] Kisah ini bukan tentang badboy ataupun badgirl, melainkan tentang Ghani si cowok biasa saja yang di sukai oleh gadis bernama Fiya si bar-bar dan tidak pantang menyerah unt...