Bab 3

169 124 16
                                        

Keesokan harinya, aku melakukan aktivitas seperti biasa: bangun pagi, sholat, sekolah dan karena ini hari Jum'at setiap pulang sekolah aku akan berkunjung ke Perpustakaan Negara untuk membaca buku puisi milik Sapardi atau mengerjakan tugas sekolah.

Sesampainya aku di sekolah, aku melihat Hera sedang jalan menghampiri ku dari arah depan.
Kami pun berjalan beriringan menuju kelas 11 Ipa 3, setelah sampai kami pun duduk di bangku kami.

"Hera gue mau cerita sama lo, berita yang sangat amat menyenangkan." ucapku dengan heboh

"Apa? Jangan ajak gue ngomong dulu ini lagi genting banget tau ga." responnya sambil mengerjakan tugas yang akan di kumpulkan pas bel berbunyi tiba. Untung saja aku sudah menyiapkannya tadi malam.

"Yaudah deh, padahal ini berita tentang Ghani."

"Seriously?"

"Iyaaaa Hera ku sayang." jawabku dengan gemas.

"Paan deh beritanya, cepetan gue ga punya banyak waktu buat dengerin cerita lo."

Ku ceritakan semua dari awal sampai akar-akarnya tentang semalam yang aku diantarkan pulang oleh Ghani. Mendengar itu pun respon Hera sangat terkejut namun tidak heboh.

"Kenapa tiba-tiba itu anak mau nganter lo pulang dah?" tanyanya

"Gue dong yang maksa." cengir ku dengan bangga

"Gila lo ya, gue rasa lo udah ga punya harga diri."

"Lo kok gitu sih ngomongnya? Gue tuh masih punya harga diri tau. Tapi, gapapa deh yang penting gue pulang bareng sama dia." senyum ku kegirangan mengingat kejadian kemarin malam

"Serah lo deh, cerita lo ga mutu tau ga? Nyesel gue denger nya."
Mendengar itu aku langsung kesal kepada Hera.

Tidak lama kemudia bel masuk pu. berbunyi dan kami melakukan aktivitas sekolah seperti biasanya.

*****
Aku dan Hera berjalan menuju kantin yang sangat padat karena ini waktunya para murid yang kelaparan untuk mengisi perut mereka. Riuh-riuh murid pun tidak terhindarkan lagi, ada yang bernyanyi tidak jelas di meja belakang paling pojok, ada yang memesan sambil teriak-teriak seperti tidak makan sebulan saja. Aku memesan makanan dengan dua porsi karena untukku dan Hera, sedangkan Hera mencari tempat untuk kami makan.

Saat aku ingin kembali dari Mang Amin dengan membawa 2 porsi bakso aci beserta teman-temannya, pandanganku tak sengaja melihat Ghani sedang makan siomay dengan keringat yang mengucur di dahinya. Tambah ganteng deh, jadi pengen dibawa pulang hehehehe~ucapnya dalam hati.

Aku pun langsung menyapanya dengan gembira.

"Hai Ghan!"

"Eh ada Neng Fiya yang caem, pasti mau ngapel ayang bebnya ya?". Suara siapa lagi itu kalau bukan si kutu kupret Dafa sahabatnya. Yang disapa hanya diam saja.

"Uhuy enak bener lo Ghan disamperin cewek cantik, kita-kita kapan ya kan bro?". Ucap Fatah

"Kita? Lo aja kali gue kagak. Lo mah wajar kagak di samperin cewek cantik, muka lo aja kaya buto ijo." Seketika tawa mereka meledak karena penuturan Alex, kecuali Ghani yang hanya menampilkan senyum.

"Kesayangannya gue mana Fiy?" tanya Fatah

"Siapa?". Yang ditanya pun bingung

"Siapa lagi kalo bukan sahabat lo Fiy."  sambung Dafa.

"Hera?"

"Yaiyalah si Hera masa si Wati sih." Nyolot Fatah

"Ohhh, ada tuh di meja sana." Tangannya mengarahkan dimana Hera duduk.

AlGHANIYA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang