Malam dengan bulan dan bintang sebagai temannya, Ghani masih memikirkan bagaimana perasaan aneh itu muncul setiap kali melihat senyum tulus dan teduh mata milik Fiya. Sungguh aneh memang, tapi mau bagaimana lagi itu memang nyata dan fakta.
Ghani bingung, sangat bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena ini baru pengalaman pertama nya merasakan hal seperti ini. Bahkan banyak teman sekelasnya yang mengira bahwa ia gay, sangking tertutupnya ia pada perempuan. Tapi, begitulah Ghani, tidak memperdulikan perkataan buruk tentangnya. Prinsip hidupnya adalah menjalani kehidupan yang ia miliki sekarang tanpa perlu memasukan omongan orang lain kedalamnya.
Balik lagi ke permasalah Fiya, akhir-akhir ini selalu ada nama gadis itu yang memenuhi pikiran Ghani saat sekarang.
Akankah ia sungguhan jatuh hati pada gadis itu? Sepertinya tidak mungkin, karena setiap mendengar suaranya saja sudah membuatnya dongkol. Tapikan cinta tidak bisa memilih harus melabuhkan hati kepada siapa, bukan?.
Ketika ia sibuk dengan pemikirannya, ada notif WA dari seseorang dengan nomor tidak dikenal. Bagaimana orang itu bisa tau nomor nya? Apa jangan-jangan ada yang iseng kali sama gue~ batinnya.
+62822xxxxxxxx
Save back GhanLo siapa?
+62822xxxxxxxx
Fiya Ivanka anak kelas 11 Ipa 3 yang paling cantik itu.
ReadIa pun segera menge-save nomor Fiya dengan nama Cewek Aneh. Eh tapi tunggu dulu, Ghani kok mau nge-save nomor Fiya??! Yasudahlah itukan hak dia gess.
Setelah membaca pesan singkat dari Fiya, cowok itu kemudian memilih untuk tidur dan mengistirahatkan pikiranya sebelum esok memulai hari baru lagi.
***
Mungkin memang benar cinta tidak harus memiliki, tapi apa salahnya mencoba untuk memiliki sepenuh hati kan?
Terkadang diri sendiri rela di perbudak oleh cinta tanpa kita sadari. Cinta itu hak segala bangsa, siapa saja boleh memilikinya. Bisa saja cinta itu Hak Asasi Manusia, karena tidak ada yang boleh melarang harus jatuh cinta kepada siapa dan bagaimana.Siang ini rintik hujan mulai turun dari langitnya dan semakin deras setiap waktunya. Membasahi bumi dengan wangi ciri khas tanah yang menenangkan jiwa. Mungkin sebagian orang akan memilih tidur atau pun makan Indomie kuah dengan telur ceplok di atas nya. Tetapi, berbeda dengan Ghani yang lebih memilih untuk menulis puisi atau catatan apa saja yang sedang ada di pikirannya saat ini di depan teras rumah. Di temani segelas teh hangat dan roti Khong Ghuan yang di hidangkan oleh sang Ibunda, ia menikmati ciptaan Tuhan yang menurutnya sebuah Anugerah.
"Nak di makan roti nya jangan lupa celup dengan tehnya." perintah Suci"Iya bu."
"Kamu sedang menulis apa? Puisi lagi? Atau catatan abstrak kamu?." seakan sang Ibu sudah hafal kebiasaan Ghani setiap kali weekend ataupun tidak melakukan kegiatan apapun.
"Puisi."
"Tentang?" penasaran dengan tulisan sang anak, Suci mengintip buku Ghani. Namun sebelum berhasil melakukannya, Ghani dengan gerakan cepat menutup bukunya. Ia tidak mau sang ibu melihat sebelum tulisannya selesai."Nanti aja ibu, aku belum selesai nulis ini." ujarnya lembut
"Oke-oke ibu bakal tunggu, kira-kira berapa menit lagi?"
"Sedikit lagi, 50 detik lagi bu."
"Mau ibu bantu hitung?" tawar Suci
"Ga usah repot-repot bu. Ada-ada saja ibu ini." sambil terkekeh kecil.
"Baiklah." final Suci akhirnya.
Setelah menunggu selama 50 detik, akhirnya hasil karya Ghani telah jadi. Dan ia tunjukkan kepada ibunya.
"Bagaimana bu?" ia harap-harap cemas pada tulisan nya sendiri, karena takut tidak bagus ataupun sempurna.
Namun berbeda dengan kecemasan Ghani, sang Ibu malah berbinar melihat karya anak nya ini.
"Sangat bagus Ghani. Kenapa tidak di post saja ke medsos ataupun mengirim email ke pihak puisi atau apapun itu. Barangkali karya kamu akan di angkat oleh mereka. Siapa tahu kamu bisa berkolaborasi dengan penyair-penyair Indonesia dan bisa membuat buku sayang." tawar sang Ibunda.
"Ghani masih belum percaya diri sama tulisan Ghani sendiri bu." mencoba memberi pengertian.
"Kapan kamu mau sukses kalau sama hasil sendiri aja masih ragu."
"Nanti bakal Ghani coba." putusnyaHujan Pilu
Air mata Tuhan turun menampakkan sedih yang tak pernah selesai.
Menyesap rindu yang telah diseduh. Menginginkan selimut tangan itu lagi, lagi, dan lagi.
Wangi tanah mengisyaratkan pilu memburu; menduka rasa dalam hening waktu.
Disini, di terasku; aku memberikan mu bunga dan dengan sengaja menancapkan pisau di dadaku- perih dan sakit.
Hujan ini menjadi saksi bisu saat kau membunuhku perlahan.Alghani Farezza
2020.Tulisan tersebut mengalir dengan sendirinya tanpa pernah Ghani pikirkan sebelumnya. Mungkin bukan saat ini lelaki itu merasakan apa yang ada di tulisannya. Dan berharap semoga saja tidak akan pernah terjadi dalam kehidupannya.
Setelah menyelesaikan sepenggal puisi tersebut, dan hujan mulai reda. Ia dan ibunya pun segera masuk kedalam rumah. Ghani untuk tidur sementara ibunya ke dapur untuk membuat kue kering. Karena dari 2 menit sebelum tulisannya selesai ia sudah menguap dan matanya sudah tidak bisa di ajak kerja sama untuk melihat apa yang selanjutnya terjadi setelah hujan ~ya pelangi.
Mungkin sebagian orang penggila senja, namun berbeda dengan Ghani yang sangat gemar melihat pelangi. Sebab menurutnya pelangi tak kalah indah dengan senja, dan pelangi punya banyak warna dalam setiap lengkung nya yang menandakan bahwa hidup harus mempunyai banyak warna. Tidak hanya bertumpu pada satu warna saja.
Begitulah menurut nya.
Love you readers❤
Aku update sesuai mood dan paket ya guys

KAMU SEDANG MEMBACA
AlGHANIYA [ON GOING]
Ficção Adolescente[FOLLOW, BACA, VOTE DAN KOMEN YA GUYS JIKA KALIAN SUKA. DILARANG PLAGIAT!!!!] Kisah ini bukan tentang badboy ataupun badgirl, melainkan tentang Ghani si cowok biasa saja yang di sukai oleh gadis bernama Fiya si bar-bar dan tidak pantang menyerah unt...