Loker 301

287 41 46
                                    

Hai !

Karya selanjutnya diceritakan oleh ameyrands

Happy reading !

###

Loker 301

Oleh Hanuri Sakarti

"Abang serius? Bohong, ah. Aku nggak percaya." Sheila menatap Rayyan tak percaya. Seolah fakta yang baru saja diungkapkan suami-tiga-harinya itu adalah sebuah kebohongan belaka. Terlalu tidak masuk akal untuk dicerna.

"Abang nggak bohong, La. Abang udah kenal kamu dari dulu, kayaknya waktu kamu masih SMA, deh. Kamu nggak ingat memangnya ada Abang dulu pas kamu SMA?" Rayyan balik bertanya. Dia menyesap kopi buatan istrinya sambil membaca sekilas materi yang sudah disiapkannya untuk rapat besok.

"Ih, aku nggak pernah, tau, ketemu Abang pas aku SMA! Aku nggak pernah main-main ke kampus Abang! Apalagi Abang, mustahil banget bisa main-main ke sekolahku! Jarak sekolahku ke kampus Abang juga jauh banget! Di mana lagi coba aku bisa ketemu Abang?" Sheila masih ngotot dengan keyakinannya. Mustahil rasanya seorang Sheila di masa lalu bisa melewatkan cowok bening seperti suaminya ini. Mereka berbeda usia sekitar empat tahun. Jika benar penuturan Rayyan bahwa dia telah mengenal Sheila sejak gadis itu masih SMA, sudah dipastikan Sheila tidak akan mungkin tidak mengenal Rayyan. Cowok-cowok mahasiswa bagi abege SMA jelas harta karun yang tidak boleh dilewatkan.

"Abang nggak memorable berarti, La," sahut Rayyan santai.

"Masa sih?"

"Iya. Lagian kalau Abang ingat-ingat lagi, dulu Abang memang nggak akan mungkin kamu notice sih, La. Seorang Rayyan jelas out of league­-nya Sheila yang dulu."

"Kok gitu?"

"Ya kamu pikir aja, Abang memangnya masuk kriteria kamu yang dulu? Jawab jujur, coba," tantang Rayyan sambil bersedekap dan tersenyum mengejek. Sudah hapal mati tabiat istri kesayangannya ini. Waktu tiga tahun yang dihabiskannya dalam menjinakkan istrinya jelas memberi peran besar baginya mengenal Sheila luar dalam. Untung saja dia sanggup bertahan tiga tahun ini. Padahal pikiran untuk menyerah dan mencari wanita lain yang lebih mudah diatur sering mampir di benaknya. Tapi, Sheila Januar memang se­-worth it itu untuk diperjuangkan.

Ditodong demikian membuat Sheila tergagap. Wanita itu seketika mengerutkan keningnya tanda berpikir. Mengingat-ingat seperti apa dia saat SMA, dan membandingkan dengan penampilan suaminya sekarang, yang konon katanya tidak mengalami perbedaan signifikan dari delapan tahun yang lalu. "Hm, hehehe," ringisnya ketika menyadari kebenaran perkataan suaminya.

Rayyan menggeleng melihat respon istrinya lantas menutup laptop setelah memastikan pekerjaannya tersimpan dan siap dipresentasikan besok. Dia kemudian beranjak mematikan lampu utama kamar tidur dan menghidupkan lampu yang ada di nakas di dekat tempat dirinya biasa tidur. Istrinya tidak bisa terlelap dengan lampu terlalu terang, tapi juga membenci kegelapan total.

"Bang, cerita dong, gimana dulu Abang bisa kenal aku? Aku nggak ingat masa," keluh Sheila, masih mempermasalahkan perkara kapan pertama kali kenal masing-masing. Sheila berkata dia mengenal Rayyan tiga tahun lalu, ketika keduanya pertama kali bertemu dalam kencan yang diatur orangtua masing-masing. Perjodohan yang tepatnya diatur oleh orangtua Sheila yang sudah angkat tangan dengan tingkah laku putri semata wayang Irfan Januar dan Lisa Maryanti itu.

Rayyan justru mengaku telah mengenal Sheila jauh sebelum kencan pertama tersebut. Sesuatu yang serta merta tidak bisa diterima oleh Sheila mengingat dia sangat yakin baru pertama kali bertemu Rayyan di restoran hotel tiga tahun lalu. Dia ingat betul karena tiga tahun ini adalah masa-masa yang penuh kejutan bagi Sheila. Dari terpaksa menerima menjadi cinta luar biasa. Super sekali memang Rayyan Abidzar ini.

EunoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang