Halo halo halo !
Yuk, kita mencari arti kehidupan bareng nisamaharani1402
Happy reading !
###
Sebuah Arti Kehidupan
Oleh Khoirunnisa Maharani
Langit terus menurunkan apa yang ada di dalamnya. Suara petir yang saling sahut menyahut pun seperti menjadi pelengkapnya. Aku sudah berada di kafe sejak tiga jam yang lalu. Sejak tadi, aku terus menunggu hingga hujan mulai mereda.
Sudah dua gelas macchiato beserta tiga potong roti bakar yang kuhabiskan, sambil terus mengotak-atik ponselku. Sepertinya, langit sedang bersekongkol dengan hatiku yang sedang tidak baik-baik saja ini.
Entah mengapa, aku selalu merasa kesepian. Padahal banyak orang disekitarku. Tapi rasanya seperti hanya aku saja yang ada di dunia ini dan merasakan kesusahan seperti ini. Hanya sebatas kebahagiaan saja yang aku harapkan saat ini. Aku butuh. Sangat membutuhkannya.
Hujan sudah mulai mereda. Setelah selesai membayar ke kasir, aku segera pergi meninggalkan kafe tersebut. Terkadang, aku suka bertanya-tanya dalam hatiku sendiri. Untuk apa aku hidup? Apakah hanya aku saja yang merasakan hal seperti ini? Kalau memang iya, mengapa ini berasa seperti tidak adil? Dan masih banyak lagi pertanyaan dalam benakku yang tidak mungkin jika kusebutkan satu persatu.
Aku memberhentikan sebuah taksi.
"Mau kemana, Dek?" tanya Bapak supir taksi itu begitu aku masuk ke dalamnya.
Aku tidak menjawab. Tidak tahu harus menjawab apa. Aku seperti orang tanpa tujuan sekarang. Rasanya aku tidak ingin pulang untuk saat ini.
"Dek, mau kemana, ya?" tanya supir taksi itu lagi.
"Ke kompleks XXX Utara, Pak!" jawabku begitu saja.
"Baik," jawab bapak itu lalu menyetir mobilnya menuju tempat yang baru saja kusebutkan.
Aku memandangi jalanan luar yang cukup ramai. Tidak lama kemudian ponselku berdering, ada panggilan masuk dari Bibi Dania.
"Halo, Bi?" panggilku pada Bibi Dania begitu mengangkat teleponnya.
"Mey, adekmu masuk rumah sakit lagi!" seru Bibi Dania.
Deg.
"Sekarang lagi di rumah sakit mana, Bi?" tanyaku yang sudah mulai sedikit panik.
"Di rumah sakit Fatmawati, Mey!'
"Oh, iya Bi. Aku ke sana sekarang," jawabku lalu mematikan telepon.
"Pak, putar arah jadi ke rumah sakit Fatmawati, ya," pintaku lalu Bapak supir taksi itu menyetujui dan memutar arah mobilnya.
Setibanya di rumah sakit, aku bergegas masuk ke dalam dan mencari keberadaan Bi Dania beserta Key.
"Dimana Key sekarang?" tanyaku pada Bi Dania begitu kami bertemu di lorong rumah sakit.
"Sekarang masih di UGD," jawab Bi Dania dengan muka cemas.
Aku menghela napas.
"Tadi saat Bibi mau pergi belanja, tiba-tiba penyakit Key kambuh lagi terus pingsan."
Tanpa sengaja, air mataku sudah menetes. Lalu aku pergi meninggalkan Bi Dania yang masih di lorong rumah sakit menuju taman di belakang rumah sakit. Aku menangis hingga terisak-isak. Berat sekali rasanya untuk melanjutkan hidup ini.
Key, adikku. Ia telah mengidap penyakit leukemia sejak kecil. Aku sudah tidak memiliki keluarga kandung lagi kecuali Key seorang.
Tanpa kusadari, hanya berjarak satu meter dari tempat yang kududuki. Ada seorang laki-laki yang entah sejak kapan sudah ada di sana. Ia duduk dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Aku sedikit terkejut dan langsung menghapus air mata yang sudah membasahi pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia
Short StoryEunoia Spelling: yoo'-noy-ah (Greek) A well mind. Beautiful thinking. Eunoia merupakan kumpulan cerita pendek pertama yang dibuat oleh Writoville berbasis di Wattpad (dengan media promosi Instagram). Writoville merupakan alumni Writing Quarantine Ju...