Sebuah Kisah Tentang Pertemuan

94 24 29
                                    

Hai hai haii ~

Bagaimana TGIF kalian?

Malam ini kita akan membawakan Cerita berikut dari LilikAgrn

Selamat membaca !

###

Sebuah Kisah Tentang Pertemuan

Oleh Lilik Anggraeni

Kalian tahu bagaimana rasanya ketika menang namun terasa kalah? Saat sorakan tepuk tangan, disebut membanggakan, atau sekadar ucapan selamat yang tulus yang harusnya kalian dapat. Justru berubah menjadi sorakan makian dan ucapan selamat yang sekadar formalitas. Itu yang kualami sekarang. Dan, itu amat mengesalkan.

"Ngelamun aja nih si Juara Pertama," ucap Chesire yang baru saja duduk di bangkunya. Tepat di sampingku. Aku menoleh lalu tersenyum. Aku mengusap piala dan piagam penghargaan yang baru saja aku dapat beberapa jam lalu.

"Cerita gue, nggak menarik banget ya, Kak?" Aku memang terbiasa memanggilnya Kakak, karena dia beberapa bulan lebih tua dariku. Dan kami, juga masih berstatus sepupu.

"Nggak juga. Udah nggak usah dengerin mereka. Lo menang karena cerita lo emang bagus. Bukan karena pengaruh Tante."

Beberapa hari lalu aku mengikuti lomba menulis cerpen yang diadakan tim mading sekolahku. Ya, kebetulan sekolah ini milik tanteku dan kebetulan juga tanteku bertanggung jawab penuh akan lomba ini. Ketika hasilnya keluar, dan aku yang menjadi pemenang, banyak yang mencibir. Mereka bilang, aku menang karena tanteku adalah salah satu jurinya. Mereka bilang, kemenanganku nggak adil. Bahkan ada yang bilang, ceritaku bukan karyaku sendiri. Itu sangat menyakitkan.

"Thanks, Kak," ucapku sambil tersenyum. Setidaknya aku punya seseorang yang selalu percaya.

"Jeshyl! Menang nihh, traktiran dong!" teriak Selda yang baru masuk diikuti Kak Sereal. Sebenarnya namanya Cerelia. Tapi aku lebih suka memanggilnya Sereal. Oh iya, aku harus meralat ucapanku tadi. Nyatanya, aku punya 3 orang yang masih akan terus percaya padaku.

"Makan puas-puas deh kalian. Ayo ke kantin!" Kami lalu serempak berjalan menuju kantin. Aku tidak peduli pandangan sinis dan bisikan-bisikan menghina dari orang lain. Aku tidak melakukan kesalahan, jadi tidak seharusnya aku malu dan menundukkan wajahku.

Setelah berjam-jam berkutat dengan segala pelajaran dan praktik, bel pulang akhirnya berbunyi. Aku keluar bersama Kak Chesire, Kak Sereal, dan Selda. Mataku menangkap sosok yang amat aku kenali sedang duduk di atas motornya.

"Kalian duluan aja ya? Gue mau ke sana dulu," ucapku pada mereka. Mereka menoleh ke arah yang kutunjuk, lalu memutar bola mata malas.

"Jev lagi? Kapan move on sih, Jes?" Aku hanya nyengir memamerkan gigiku sambil menggaruk belakang kepala yang sebenarnya tidak gatal.

"Temen doang. Nggak ada salahnya temenan sama mantan kan? Duluan yah, guys!" Aku lalu berlari ke arah cowok itu, Jev namanya. Sedangkan ketiga sahabatku menuju motor mereka masing-masing. Mereka melambaikan tangan padaku saat berpapasan di gerbang.

"Ngapain ke sini lo?"

Jev menoleh lalu tersenyum lebar sambil berkata, "Jemput calon pacar."

Mendengar itu, aku menghela napas pelan. Pasti gebetan baru lagi. Aku memutar bola mataku kesal. Kukira dia ke sini mau menemuiku. Ternyata tidak.

Dia Jevian, aku biasa memanggilnya Jev. Mantan pacarku yang sekarang menjadi sahabat dekat. Saat kami berpisah, dia bilang tidak ingin memutus kontak denganku. Katanya, dia terlanjur nyaman denganku. Walaupun bukan lagi sepasang kekasih, dia ingin menjadi sahabatku. Sedangkan aku, menyetujuinya karena alasan lain. Ya, benar kata teman-temanku. Aku gagal move on darinya.

EunoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang