28 - Victim.

1.9K 231 8
                                    

"damn.. gelap banget" gumam Lino ketika ia menginjakan kakinya dihutan gelap tersebut, membawa senter.

"Renjun, what's that?" Tanya Jisung

"What?" Renjun berbalik. Ia menemukan semak semak yang bergerak.. ia berjalan perlahan lahan.. kemudian membuka semak semak itu.

Srrk!

"Cuma angin.." ujar Renjun.

"Aku rasa ada yang aneh disana" Jisung menunjukan arah gubuk yang pernah mereka bakar.

"Hah?" Gumam Lino. Mereka berjalan kesana dengan hati hati.

Mereka sampai, dan melihat kearah gubuk itu. Sudah mereka bakar.. namun entah kenapa bangkit lagi seperti semula.

"What?" Gumam Renjun

"Bukanya.. kalian udah ngebakar?" Tanya Lino, Jisung mengangguk.

Renjun mempin, ia membuka pintu gubuk tersebut, tak ada apa apa..

Ia,Jisung dan Lino kemudian masuk, "hah? Mati?" Lino menepuk-nepuk seternya. Baterainya sudah habis.

"Pakai punya— mati juga?" Gumam Renjun. Hanya ada satu senter tersisa, yaitu senter Jisung.

"Lo harapan kita cung." Ujar Renjun. Jisung menelan ludahnya sedikit. Mereka kemudian berjalan maju. Namun sepertinya gubuk itu luas.

Namun terlihat kecil, yang mereka bakar juga jauh dari kata luas. "What? Ini kok bisa begini?" Gumam Renjun

"Sshhh" seseorang berbisik kearah mereka, Renjun berbalik dengan jantungnya yang masih berdetak sangat cepat. Jisung mengarahkan senter kearah suara tersebut.

"Nanti kalian ketahuan. Hihi." Seorang wanita berpakaian panjang dan penuh bercak darah dan berambut pendek berbicara ke mereka.

"Who are you?" Tanya Renjun.

"Amber."

Setelah itu hening. Tak ada pembicaraam diantara mereka.

"Saya tau kalian semua mencari serangga itu. Namun, semuanya sudah musnah. Tidak akan ada lagi serangga itu. Akan berdampak besar pada Dunia."

"M-maksudnya..?"

"Kalian tidak mungkin merelakan satu dunia hancur hanya untuk menghancurkan suatu grup mafia." Ujar Amber.

"Tapi.. kalau sesuai penggunaanya nggak apa apa kan?" Tanya Lino.

"Hewan itu nggak selemah yang kalian pikirkan." Amber kemudian pergi meninggalkan mereka.

"Tunggu!!" Renjun hendak mengejar Amber, namun ditahan oleh Lino. "Kita nggak punya pencahayaan lain."

"Ada semua infonya di buku lo,njun. Gue nggak yakin nggak ada apa apa di dalem buku itu." Ujar Jisung.

"Maksudnya?"

"Buka sekarang."

Jeongyeon membuka buku tersebut. "Nggak ada apa apa..cuma info umum." Jisung kemudian mengambil alih buku tersebut dari Renjun.

Jisung kemudian mengambil senternya, kemudian mengarahkanya kebuku tersebut.

"Nggak ada tulisan tersembunyi."

"Tapi pasti ada." Ujar Lino kekeuh.

Jisung mengeceknya lagi, membaca setiao detail dari bukunya tersebut.

"..nggak" ujar Jisung pasrah. Mereka kemudian merasakan pencahayaan dari senter Jisung menurun.. dan semakin menurun.

"Shit. Kita udah harus keluar. Kita bisa terjebak" ujar Lino.

"Iya. Cepetan" ujar Renjun. Kemudian mereka berlari keluar dari gubuk itu, mencari tanda berupa kain yang mereka ikatkan di batang pohon. Namun tak ada satupun.

Tiba tiba..

Semua pencahayaan hilang. Gelap semuanya. Namun Renjun mengingat sesuatu.

Ia meraba kalung nya, kemudian menggosoknya. Terdapat cahaya berwarna merah yang ada.

"Mereka udah dapet sinyal kita. Kayaknya sebentar lagi mereka datang!" Ujar Renjun.

"Siapa bilang?"

Mereka berbalik, mencari sumber suara tersebut. "Yang ada kalian yang bakal kalah."

Dorr!!!
Dorr!!!
Dorr!!!













"Dery ge, Yangyang ge" panggil Chenle , mereka berdua menyahut.

"Gimana kalo sebenarnya bukan kita yang mata matain mereka. Tapi kita yang di mata matain?" Tanya Chenle

Yangyang menentangnya, "aah nggak mungkin." Ujar Yangyang.

"Positive thinking aja yaa le." Ujar Hendery. Kembali mengutak atik laptop miliknya.

Dibelakang mereka ada Seungmin yang juga mengutak atik laptop miliknya. Woojin? Ia ada urusan sebentar, jadi ia pergi ke toko kopi dijalan sebentar. Ia melanjutkan pekerjaanya di cafe tersebut.

"Susah nyarinya. Dia bener bener hidup ditempat terpencil. Kita bener bener butuh clue buat nyari tempat dia yang sebenarnya" ujar Seungmin.

"Wait. Keadaan Renjun,Jisung sama Lino gimana?" Tanya Seungmin. Mereka teringat akan hal itu.

Jaehyun yang mendengarnya panik, kemudian melacak keberadaan mereka bertiga,begitupun Taeil. "Damn. Ngga ada jejak. Chipnya nggak ditemuin" ujar Jaehyun.

Jantung Chenle berdeguk sangat kencang saat ini. "Aku.. aku rasa mereka bener bener dalam bahaya."

"Tapi mereka punya kalung itu." Ujar Seungmin.

Chenle melihat kearah kalungnya. "Seharusnya kalo kalung ini benar benar aktif, harus ada tanda tanda walau sedikit. Tapi darikemaren nggak ada tanda tanda satupun."

"Chip mereka.. nggak mungkin kalo dia keluarin secara paksa." Ujar Yangyang.

"Lepas kalung itu" ujar Taeil tiba tiba.

"Hah?" Tanya Chenle.

"Lepas aja." Ujar Taeil. Mereka semua menuruti Taeil.

Bzzt.

Tiba-tiba... Terdapat cahaya yang disusul oleh aliran listrik yang kelaur dari laptop mereka berempat. Mereka berempat bangun. Melihat kearah laptopnya.

"Gue rasa kita beneran dimata matain. Sama kayak yang diomongin sama Chenle" ujar Seungmin.

Prangg!!

"QIAN KUN!!"

-

"ARGH! JEBAKAN!"

-

"..bom"

-

"Eomma.."

-

"I'm—...suffered-"

Millenials in a Mafia World - NCT DREAM •||END||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang