Days Four : Calum and Ruby's First Rain and The Truth.

1K 155 11
                                    

Everything I didn't say - 5 Seconds of Summer.

"Ah, sialan." Ruby hanya mempererat dekapannya pada tubuhnya sendiri, di luar dugaan dan rencana, tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya, biarpun Ruby begitu mencintai hujan, kondisinya hari ini bisa di bilang kurang baik, "Is everything okay, Rubs?"

Ruby menoleh kaget, lalu tersenyum lebar, walaupun setengah mati menahan dingin, Ruby masih bisa tersenyum lebar, "Everthing is okay, maaf membuatmu terjebak dalam hujan seperti ini, Cal. I didn't mean too, maksudku, aku tidak akan tahu kalau hari ini akan hujan, sekali lagi aku tidak berma-"

"It's okay, Rubs." Untuk pertama kalinya di usia pertemanan mereka yang terbilang masih cukup sebentar ini, Calum tersenyum, manis, manis sekali, Ruby sampai berasumsi ada hal lain yang lebih ia sukai selain hujan,

senyuman Calum,

Hening, tidak ada yang berusaha membuka pembicaraan, Calum yang sibuk dengan fikirannya, dan Ruby yang setengah mati ingin pingsan karena dingin. Ingin rasanya Ruby belari-larian di bawah hujan, tapi ia tahu, itu akan membuat demamnya semakin parah.

"Cal,"

"Kenapa kau membenci hujan?" Calum menghela nafasnya, Ruby menoleh, di lihatnya cowok itu terlihat gusar, beberapa kali terdengar hembusan nafasnya yang terdengar berat, "kalau kau tidak mau bercerita tidak usah di paksakan, Cal. Aku mengerti, ada hal yang harus di simpan sendiri mana yang ti-"

"It's okay, I will tell you." gumam Calum pelan, "aku sudah lama tidak menyukai hujan, jauh sebelum kejadian itu terjadi, kejadian aku dan Mum harus terpisah jauh, jauh sekali, bahkan untuk mengingatnya saja aku tidak sanggup."

"Cal, Ibu ingin pergi sebentar, apakah kau tidak apa-apa sendiri di rumah?" Calum melirik Ibunya yang sudah siap dengan seragam bajunya, ini bulan ke lima semenjak Ibu dan Ayah Calum memutuskan untuk bercerai, "No problem, Mum. Aku sudah dua belas tahun, ingatlah untuk berhati-hati"

"Lovely," Calum tersenyum, mengantar Ibunya sampai kedepan pintu, hujan turun dengan derasnya, Calum menggurut sebal, seharusnya hari ini ia dan Luke bermain bola, akan tetapi hujan membatalkan segalanya.

Calum memutuskan untuk tidur. Seperti baru satu menit berlalu, Calum mendengar suara deringan telfon rumah, dengan mata mengantuk Calum berjalan ke ruang tamu, gagang telfon hampir saja jatuh ke bawah ketika mendengar ucapan yang di ucapkan di telfon tersebut.

"Is Hood's family there? maafkan aku harus menyampaikan ini, akan tetapi Ibumu dan tiga puluh penumpang lainnya yang berada dalam bis menuju stasiun terguling ke dalam jurang, kami masih tidak tahu ada yang selamat atau tidak."

di saat itulah, semua impian Calum, hancur, hilang, dan alasan dirinya untuk hidup telah pergi.

"I were so upset, Rubs." Punggung Calum bergetar, sepertinya cowok itu benar-benar menahan air matanya untuk tidak jatuh, "andai saja aku waktu itu tidak hujan, pasti semuanya tidak akan terjadi, Mum masih akan di sini, bersamaku."

"Ssh, Cal, Cal," Ruby menangkup wajah Calum, butuh sedikit berjinjit karena perbedaan tinggi mereka yang lumayan jauh, mata Calum kering, Ruby tahu sangat tahu perasaan Calum sekarang, "I know what you feel, Cal. Tapi itu takdir kau harus belajar untuk menerimanya, Ibumu akan sedih jika mengetahui kau seperti ini."

"Kau tidak pernah tahu, tidak akan pernah tahu." Calum menepis tangkupan tangan Ruby pada kedua wajahnya, "hidupmu begitu sempurna, Rubs. Kau memiliki banyak teman, keluarga yang menyayangimu, you had everything you need. Semua orang sayang padamu, beda denganku."

"Aku tahu, Cal!" bentakkan Ruby membuat Calum terdiam, baru kali ini melihat Ruby semarah itu, mata biru kristalnya yang biasanya terlihat bahagia kini terlihat rapuh, dan ingin memuntahkan seluruh kekesalannya, "karena aku anak adopsi, Cal! Ibuku membuangku-- oh bahkan hampir membunuhku.

aku tinggal di panti asuhan sejak aku berumur lima tahun, sampai Mrs. dan Mr. McQueen datang menjemputku, aku tahu rasanya tidak di butuhkan, di buang, di kucilkan, aku tahu Cal. Aku perduli padamu, karena aku menganggap kita sama,

Kau hanya kesepian, sama sepertiku, tapi setiap aku melihat runtuhnya air dari langit ke bumi, aku merasakan perasaan damai, di saat aku sedih, di saat aku merasa sepi, hujan selalu menemaniku, hujan selalu menyembunyikkan air mata yang tumpah. Kau masih beruntung Ibumu masih menyayangimu,

Ibuku tidak pernah mengharapkanku lahir, aku lahir karena kesalahan yang orang tuaku buat, semasa kecil aku tidak pernah di perbolehkan untuk menyentuh Ibuku, aku selalu ia pukul, tendang, bahkan ia pernah membakarku, apakah kau masih menganggap that everything I need is I had?"

Calum diam membeku, sama sekali tidak beraksi, Ruby menghapus air matanya dengan punggung tangan, inilah pertama kalinya Ruby menunjukkan pada seseorang ia menangis, karena selama ia ingin menangis ia selalu menunggu hujan turun, untuk menutupi air matanya yang tumpah.

Tidak ada yang reaksi yang Calum keluarkan ketika Ruby pergi menembus hujan, seluruh tubuhnya terasa susah untuk di gerakkan dan lidahnya kelu, Calum merasa ialah pria bajingan yang membuat seorang gadis menangis.

Pluviophile; completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang