Days Twenty Three : Strangers? Strangers.

888 147 16
                                    

Just Give Me A Reason - P!nk

Ruby tidak pernah mengira merasakan rindu akan begitu besar pengaruh pada kegiatan sehari-harinya, enah kenapa Ruby begitu merindukan sifat sarkas yang selalu Calum tampakkan pada Calum. Berdua seperti orang asing tidak membuat hati Ruby membaik, sedikitpun tidak.

"Ruby?" Ruby mendongak, tersenyum kecil menatap Ibu panti sekaligus tetangannya dahulu, "mengapa terlihat murung, Ruby? ada yang menganggu fikiranmu, hm?"

Ruby menggeleng, menyambut segelas teh hangat yang di buat oleh Mrs. Jones. "I'm fine Mrs. Jones. Hanya saja. . " aku merindukan seseorang, aku lelah terus berpura-pura ceria pada kenyataanya aku tidak dalam kondisi baik. "tugasku menumpuk banyak dan, mungkin aku merindukan Mr. and Mrs. McQueen."

"Kau sedari dulu memang tidak pandai menyimpan bagaiman perasaanmu sebenarnya, Ruby." Mrs. Jones membelai halus rambut Ruby yang pada siang itu ia ikat menjadi ekor kuda, "aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau hadapi sekarang ini,

tapi menghindar dan berlari dari kenyataan tak akan membuat masalah yang kau punya akan selesai Ruby. Selesaikanlah baik-baik, cobalah berbicara dengannya, pastikan kau dan dia tidak mempunyai apapun yang terganjal di hati masing-masing, mengert?"

-

Calum mendesah ketika melihat gadis mungil berambut pirang melintas di hadapannya, entah sudah hari keberapa Calum selalu uring-uringan. Calum tak punya alasan, dia merindukan Ruby, tapi dia sudah mempunyai Pyper.

"Hei, selamat pagi." Ruby tersenyum kecil ketika mendengar sapaan Calum, "aku rasa kita berdua hari ini mempunyai kelas yang sama, benar 'kan?"

Sejak kapan kau berubah menjadi kaku seperti ini, Cal? "Yah, aku rasa. Kau sudah membuat tugas yang di berikan oleh Mrs. Shiftwell? aku bahkan tidak tahu sama sekali tugas apa yang di berikan Mrs. Shiftwell. Menyebalkan."

Ruby mendongak ketika tak mendengar sahutan apapun dari Calum, lelaki itu hanya menatap Ruby dengan pandangan- yah bahkan Ruby sendiri tidak dapat mengartikannya. "A-ah maaf aku terlalu banyak bicara."

"It's fine." Ruby membenci ucapan ringan itu, Ruby membenci bagaimana cara Calum tersenyum. Bukan jawaban itu yang Ruby harapkan dari bibir Calum, dia bukanlah Calum, Calum yang Ruby kenal akan memerahinya dan memberikan tatapan datar, "Oh Rub! aku rasa aku harus menghampiri Pyper, apakah kau keberatan?"

Jika aku mengatakan aku keberatan, maukah kau tinggal bersamaku di sini? "Hey, it's fine. Dan seperinya sedari tadi Pyper sudah menunggu di depan pintu cafetaria di ujung sana. So, go ahead, jangan membuatnya menunggu."

Calum membuka mulutnya, lalu sedetik kemudian kembali menutup mulutnya, tidak tahu apa yang harus ia ucapkan. Jadi ia hanya tersenyum dan melambai ke arah Pyper untuk menunggu sebentar, kemudian kembali tersenyum ke arah Ruby.

"Cal?" Calum mengangkat kedua alisnya, sejenak langkahnya terhenti, di lihatnya Ruby yang sibuk memaikan jari jemarinya, seperti gugup mengatakan sesuatu, "kau dan hum Pyper tampak bahagia, kau dan dia tampak serasi."

"Huh?" Calum tersenyum, mengulurkan tangannya untuk menepuk pelan rambut Ruby, "terimakasih, aku bahagia mempunyai, dia gadis yang baik dan juga cantik. Aku duluan Rubs."

Tanpa menoleh, Calum memunggungi Ruby yang hanya bisa tersenyum. Tidak mengerti situasi yang tengah terjadi, antara hendak melepaskan dan tidak rela sama sekali.

Pluviophile; completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang