More Than This - One Direction
Kali ini tekad Ruby sudah benar-benar bulat, tidak perduli resiko apa yang akan ia tanggung kelak ketika ia mengaku pada Calum. Cacian dari lelaki itu? ya, cemoohan orang banyak? ya, tapi Ruby hanya ingin satu, Calum tak menjauh darinya.
"Hey, Cal dan hai Pyper." Calum dan Pyper yang sedang asik berpelukkan menoleh ke arah Ruby yang tengah menunduk, ada rasa ingin mengubur diri sendiri, tetapi Ruby sudah maju tidak ada waktu untuk mundur, "bisakah aku berbicara dengan Calum setelah mata kuliah selesai di halte, berdua saja?"
Calum tidak menjawab, tidak juga menatap Ruby, terdengar helaan nafas berat yang keluar dari lelaki itu. Pyper menatap Calum, sebaliknya juga begitu. Pyper mengangguk mengiyakan. "Yeah, tentu saja, lagi pula aku ada mata kuliah tambahan."
"Cal?"
"Jika Pyper sudah mengatakan ya. Aku setuju saja."
-
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Ruby menghela nafasnya, biasanya Ruby gemar mendengar nada dingin dalam suara Calum, tapi kali ini tidak, ada rasa jenuh dan juga lelah dalam suara berat kegemaran Ruby tersebut.
"Apakah kau bahagia bersama Pyper?"
Calum sejenak menatap Ruby, lalu membuang pandangannya ke arah langit. "Tentu saja aku bahagia dengannya. Memang apa yang kau fikirkan? setelah semua ini aku tidak bahagia dengan Pyper? yang benar saja"
Setiap kata yang kau ucapkan itu menggoreskan luka kecil di hatiku, Cal. "Aku lihat itu." Ruby tersenyum, memandang Calum yang tak memandangnya, sesak, tapi Ruby harus tahu diri, "kalian berdua sangat serasi."
"Thanks."
"Cal, bisakah, kau memunggungiku?" Calum melepaskan pandangannya pada langit cerah yang sedari tadi ia pandang, menatap Ruby dengan alis menyatuh heran, "kali ini saja, kumohon. Setelah itu aku tidak akan menganggumu."
Calum mengendikkan bahu acuh, lalu memunggungi Ruby seperti apa yang di suruh oleh gadis mungil itu. "Cal, apakah kau suka atau pernah menyimpan perasaan kepadaku? maksudku perasaan suka?"
Punggung Calum menegang, tapi tak satupun kata yang meluncur dari bibir cowok ber alis tebal ini. "Aku sebenarnya sudah tahu jawabannya, itulah mengapa aku tidak pernah bertanya padamu. Aku menyukaimu, Cal, kau tahu?"
Calum masih belum membuka mulutnya, hanya dia mengatupkan bibir, rahangnya mengeras. "Selama ini aku tidak pernah berani mengatakan bagaimana aku menyukaimu, Cal. Aku takut, aku takut kau menjauhiku, aku takut kau tinggalkan, tapi inilah yang terjadi.
Aku berusaha menunjukkan bagaimana perasaanku kepadamu, Cal. Tapi sepertinya sikap kekanakanku ini malah membuatmu sama sekali tidak menyukaiku, benar 'kan? aku memang jika kau bandingkan dengan Pyper ini aku hanya seperti pembantu, dan Pyper majikannya.
Jujur aku merasa iri dengan gadis itu, Cal. Tapi, lihatlah dia yang kau pilih."
Ruby menyandarkan kepalanya pada punggung Calum, air mata yang sedari tadi ia tahan turun deras membahasi kedua pipinya. "I really like you Cal."
"Aku benar-benar menyukaimu."
"..."
"Bukan hanya sekedar suka biasa, aku benar-benar menyukaimu. I give my all to you."
Sejenak hanya ada isak tangis Ruby yang memenuhi keadaan di sekitar mereka berdua, Calum mengepalkan kedua tangannya, lalu berbalik arah, menatap Ruby yang menunduk, kedua bahu mungilnya naik turun karena menangis.
"Aku tidak bisa, Rubs. Aku mencintai Pyper." sejenak Calum terdiam, membuang pandang ke arah kursi halte, "kau benar aku tidak menyukai sifat kekanak-kanakkanmu, maaf jika kau berharap lebih kepadaku."
Setelah mengucapkan sederet kata yang mampu membuat tangis Ruby makin meledak, Calum pergi dari hadapan Ruby, tidak menoleh, tidak berusaha membuat gadis itu tenang, tidak membuat luka menganga di hati Ruby tertutup kembali. Dia tidak berusaha sedikitpun.
Ia hanya meninggalkan Ruby dalam kesedihan yang sangat menyayatkan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile; completed
FanficMereka, dua kutub yang berbeda. Jika si gadis ceria, lelaki itu bermuram durja. Si gadis penyuka hujan, lelaki itu sangat membecinya. Hati menarik mereka untuk bersama, dinding tipis akan keegoisan menjadi penghalang. Dapatkah bersatu? Calum Hood F...