Long Way Home - 5 Seconds Of Summer
"Bisakah kau berkonsentrasi, Calum Hood?" Calum tersentak, dilihatnya, Michael, Luke, dan Ashton yang tengah menatapnya dengan kesal, Calum menaikkan kedua alisnya, tak terlihat merasa bersalah sama sekali. "what the fuck are you thinking about?"
"Tidak ada."
"Omong kosong." Michael mendecih, Ashton dan Luke sama-sama menatap Calum yang tetap berdiam diri sambil sesekali memetik senar bass-nya, "Calum! What the hell is going on?"
"I said nothing you stupid pinky hair!" Luke dan Ashton yang semula menatap Calum dan Michael dengan tatapan waspada berubah menjadi gelak tawa memabahana, Michael menggerutu lalu memukul belakang kepala Calum keras, "jangan membawa-bawa warna rambutku, dasar kau asian tidak sopan."
"Aku rasa ini giliranmu untuk membuat sebuah lagi, Cal." ucapan Luke membuat Calum menoleh dengan gerakan mendadak, tatapan datar itu menghujam Luke, meskipun sudah mengenal Calum dari dulu, Luke tidak pernah tau apa yang ada di fikiran Calum, "this is your turn to make a song, Hood. Aku, Michael, dan Luke sudah, dan giliranmu."
Calum menghembuskan nafasnya, tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan, atau persetujuan, Calum bergerak mengambil jaket berwarna hitam yang tergeletak di sofa berwarna biru. Jujur, ingin sekali Michael menghajar cowok berambut hitam tersebut, siapa tau Calum bisa berhenti bersikap aneh. Yeah, siapa tau.
-
"Tidak, tidak." Calum bergumam sendiri di tengah dinginnya suasana Sydney, hembusan angin malam yang menusuk tulang tak membuat Calum sedikitpun menggeser tubuhnya untuk kembali ke rumah, "singing. . . songs . . . on . . . hum, our . . . guitars. . "
"Waw, kau pembuat lagu?" Calum hampir saja melempar coklat panas yang sedari tadi ia seduh, Ruby tengah berdiri di hadapannya, lengkap dengan mantel tebal berwarna merah muda, rambutnya yang berwarna pirang di biarkan tergerai membingkai wajah imutnya, "what the heck are you doing here, hm?"
"Hanya berjalan-jalan malam, kau tahu aku baru kali ini berjalan malam, sebelumnya aku tidak pernah di perbolehkan untuk berjalan-jalan malam, berhubung aku sudah hampir dua puluh tahun, so am I, aku di sini, bertemu denganmu." Ruby mengambil tempat kosong di samping Calum, sama sekali tak memperdulikan desahan nafas jengkel yang sengaja Calum keluarkan.
Calum kembali menunduk, membiarkan helaian rambut bagian depan menutupi sebagian wajahnya, membiarkan angin malam meniup-niup pelan rambutnya, Ruby menatap Calum yang tengah serius, tiba-tiba saja pipinya memerah.
aneh. Ada apa denganku?
"Rubs? kau mendengarku?" Ruby tersentak kaget, di lihatnya Calum yang tengah menatapnya dengan tatapan heran, Ruby menggosok-gosok kedua telapak tangannya, berusaha untuk terlihat kedinginan, padahal tidak, "aku bilang menurutmu baguskah jika aku menuliskan kata-kata itu sebagai bagian dari pertengahan lagu?"
Ruby memanjangkan lehernya, melihat kertas yang Calum tunjukkan padanya, liriknya, arti kata tersebut, entah, Ruby rasa lagu yang di buat Calum itu khusus di peruntukkan untuk dirinya. "Yeah, aku suka, bagaimana jika kau menambah kata talking. . about. . nothing . . lihat, lirik ini terlihat lebih hidup!"
Calum terkekeh, tanpa sadar, telapak tangan Calum sudah melayang ke atas kepala Ruby dan menepuknya perlahan. "Kau fikir ini kunang-kungan bisa hidup? bodoh."
"Nyanyikan."
"Hm?"
Ruby menghela nafasnya, berpura-pura jengkel ."Nyanyikan, sedikit saja, Hood."
"Baiklah, nona pemaksa yang bodoh." Calum memberikan sedikit senyuman miring di akhir kalimatnya, dengan satu tarikan nafas, Calum memandang Ruby sesaat lalu membuang pandangannya pada kertas putih yang ia pegang.
"Singing songs on our guitars, this is our reality, crazy stupid you and me."
Ruby menatap Calum dengan tatapan memuja, mata biru milik Ruby tampak bersinar, Calum menaikkan satu alisnya kemudian beranjak berdiri. "Okay, thank you Rubs, Biarpun kau tidak membantu sama sekali, aku duluan."
Calum tidak peka, bodoh, sok cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile; completed
FanficMereka, dua kutub yang berbeda. Jika si gadis ceria, lelaki itu bermuram durja. Si gadis penyuka hujan, lelaki itu sangat membecinya. Hati menarik mereka untuk bersama, dinding tipis akan keegoisan menjadi penghalang. Dapatkah bersatu? Calum Hood F...