Chloe (Emblem3) ✖️ bradleysimpson

2.4K 152 27
                                    

Chloe, I know your sister turns everyone on
But you're the one I want
But you're the one I want, yeah, yeah

•••

Aku lelah.

Lelah menjadi bayang-bayang kakakku. Iya, kakakku adalah it-girl di sekolah yang ditakuti semua orang, tapi please, kami berbeda.

Lelah dibanding-bandingkan setiap saat. Memangnya kalau kami saudara kandung, segalanya harus serba sama?

'Hey lihat anak aneh itu. Sepatunya saja sudah tidak layak dipakai' Pun aku melihat arah bawah dan.. Sepatuku baik-baik saja kok! Converse hitamku hanya sedikit kotor karena cipratan bus saat berjalan kaki tadi.

'Kau yakin dia adiknya Christie? Masa adiknya Christie memakai t-shirt kebesaran dan warnanya lusuh sih?'

Begitulah kira-kira cibiran yang kuterima tiap hari ketika aku berjalan di lorong sekolah atau makan di kantin.

Anyway, namaku Chloe Anderson. Aku murid kelas 10 dan yeah, kakakku, Christie Anderson adalah murid kelas 12. Sebenarnya aku juga tidak mau orang tahu bahwa aku dan Christie adalah kakak beradik seandainya saja orang-orang disini tidak peduli akan nama belakang kami yang sama.

•••
"Hai, Chloe.." Ucap seseorang ketika aku sedang membuka loker dengan stiker Manchester United itu.

"Well, hai." Jawabku singkat ketika mengetahui di depanku sudah ada dua lelaki senior jangkung nan aneh berdiri. Mereka adalah James dan Tristan, anak basket sekolah kami.

"Jadi bagaimana? Apakah aku sudah bisa memiliki nomor ponsel Christie?" Tanya James, lelaki berambut coklat terang model spike yang hobinya telanjang dada memamerkan perut sixpack nya.

"Yang kutau kalian sama-sama kelas 12. Kenapa tidak kalian tanya sendiri?" Aku pun melanjutkan merapikan lokerku tanpa melihat ke arah mereka.

"That's rude, junior." Komentar Tristan, si pirang yang punya piercing di telinga kirinya. James dan Tristan ini bagaikan tangga berjalan karena tinggi badan mereka.

"Seriously, aku tidak terlalu dekat dengan Christie, jadi silakan kalian tanya sendiri. Semoga hari kalian menyenangkan." Aku menutup kasar lokerku dan berjalan menuju kelas.

Tidak peduli mereka seniorku atau apa, yang pasti aku lelah dijadikan alat pendekatan murid-murid pria di sekolah demi mendapatkan Christie.

Christie juga tidak peduli padaku, kan? Dia lebih peduli warna rambut apa yang cocok musim ini dibandingkan adiknya.

Kesialanku hari ini tidak sampai situ. Saat bel pulang berbunyi, saat itu juga hujan turun dengan derasnya. Damn. Ini menggagalkan rencanaku sampai di rumah dengan cepat lalu tidur siang dengan nikmat, mengingat aku mengandalkan bus yang letak halte nya lumayan jauh dengan berjalan kaki, untuk pergi dan pulang sekolah.

Aku pun mengambil backpack Nike hitamku dan berjalan keluar kelas. Aku melihat Christie bersama 3 temannya menuju parkiran. Ah ya, Christie membawa mobil pribadi kemana-mana dan dia tidak mengingatku sama sekali untuk sekedar pulang bersama. Sudahlah.

Perpustakaan jadi tujuanku sambil menunggu hujan reda. Dan nampaknya bukan aku sendiri yang memilih tempat ini untuk berteduh. Buktinya perpustakaan yang biasanya sepi, mendadak penuh. Pojokan favorite ku pun sudah terisi. Menyisakan satu tempat di meja tengah, yang diapit 2 rak buku science, dan kursi yang kosong adalah kursi di sebelah seorang lelaki berambut ikal yang sibuk memainkan pulpennya sambil sesekali berpikir. Nampaknya dia sedang mengerjakan tugas karena di depannya pun ada sekitar 3 buku tebal.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyaku sambil berdiri.

"Ya, silakan." Jawabnya singkat, bahkan tanpa melihatku. Dia masih sibuk menulis sesuatu di bukunya.

SONG FICTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang