Air Mata Kebimbangan

6 2 0
                                    

Sesampai rumah kami pun segera masuk kedalam rumah ,tentunya dengan sambutan penghuni rumah.

Assalamualaikum ujar ku.

Waalaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh, khumaira abi sudah pulang rupanya ujar abi tersenyum lalu aku bersama ka fatih mencium tangan abi juga teman-teman ku yg hanya bersalaman dengan tangan menengkup di depan dada.

iyah bi, oh iya abi ,umi mana? Tanya ku dengan kedua mata yang mencari-cari ke setiap sudut.

Tuh , lihat aja sana di dapur jawab abi singkat dengan senyumnya yang khas.

ooooh,oke bi kata ku

temen-temen kalian main dulu aja di halaman depan yah ,nanti aku nyusul ,mau ke umi dulu jelas ku

oke deh jawab fia dan vina dengan semangat kemudian berlari kecil.

maira, jangan lupa buatin minum buat temennya sahut kak fatih mengagetkan dengan memegang bahu ku

Iyah ,maira siapin jawab ku singkat lalu melangkah kearah dapur

eeeiiiiitttt tunggu, kaka juga mau yah rayunya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

hmmmm..kak fatih nih hobby nya minta bonus ujar ku lalu memukul kecil lengan atasnya.

hehehee ujarnya tertawa ,meskipun sambil mengusap-ngusap tangannya. Tidak lama ka fatih pun meninggalkan aku.

Lalu aku aku pun segera melangkahkan kaki kearah dapur ,mendengar mixer, blender, oven yang siap memanggang kue .kedua mataku terbelalak heran ,untuk apa umi menyiapkan semua ini bersama ka azizah kaka iparku.

Umi? Ka azizah? ujar ku masih dengan wajah kebingungan.

ehhh anak umi sudah pulang ujar umi, seketika bunyi mixer itu dihentikan sejenak.

Gimana kuliah mu de?lancar tambah ka azizah sesekali sambil memasukan bahan-bahan yang ada kedalam wadah putih.

hmmm iyah mi, tapi ada fia dan vina juga tuh di halaman sahut ku ,alhamdulillah lancar ka zizah tambah ku saat itu masih mengernyitkan dahi.

kita mau adaacara apa umi? Masak sebanyak ini? Ka zizah dan mas fatih juga datang dari yogya sepertinya dadakan Tanya ku perlahan sambil menatap keduanya , yang masih sibuk dengan bahan-bahan yang ada di depan mata masing-masing.kemudian umi datang ka azizah pun saling pandang dan tertawa kecil, aku hanya menggaruk kepala ku yang jelas tak gatal sama sekali ,ini aneh.

sudah sana lebih baik kamu buatkan minum dulu ujar umi

astaghfirullah, hampir aja maira lupa

Kemudian umi hanya menggelengkan kepalanya ,kemudian tanpa basa-basi lagi aku segera bergegas menyiapkan juz jeruk segar tak lupa dengan beberapa cemilan yang ada lalu pergi ke halaman dan memberikan satu minuman untuk ka fatih.

Pemandangan yang selalu biasa ku lihat ketika ada fia dan vina datang kerumah pasti ketiga adikku ikut meramaikan suasana.

khia, ikha, marwah. Hayo masuk ke dalam dulu ajak hafiy main ikut ka fatih ujar ku dengan senyum

baik, ka maira

dadah ka fia, dadah ka vina .Assalamualaikum ujar ketiganya sambil melambaikan tangannya. iyah, nanti main lagi yah sahut fia lembut.

waalaikumussalam warrahatullahi wabarakatuh sahut fia dan vina seraya membalas lambaian tangan.

Berkumpul bersama mereka sudah menjadi bagian dari rutinitas ku ,kami bersahabat sudah lama. Sejak masih dibangku SMA. Tertawa dengan lepas, berbagi cerita satu sama lain, saling memberi nasihat, saling mengingatkan, dan banyak hal lainnya yang kita lakukan bersama. Bahkan kedekatan kami bukan hanya sekedar itu tapi juga saling mempererat hubungan antar keluarga ketiganya.

Kemudian setelah itu mereka berpamitan untuk pulang, dan aku mulai berjalan masuk kedalam menutup pintu setelah mengantar fia dan vina kedepan gerbang rumah.

Maira ada yang ingin abi sampaikan kemudian aku menghampiri abi dan duduk di sampingnya.

Ada apa abi?seperti hal yang sangat serius tanyaku mengerutkan kening ku bingung.

Maira.. kian waktu berlalu. Abi selalu menasihatimu tentang sebuah keikhlasan bukan?

Hmmmm, lalu? jawab ku mengangguk bersama beribu tanya.

Maira.. maira tahu? Maira adalah putri yang sangat abi sayangi, maira pun tidak pernah kecewakan hati abi dan umi. Betapa Allah pun akan selalu meridhoi setiap pijakan yang kamu lalui anakku

Abiii.. tatap ku mulai tak biasa emosi membawa ku hanyut pada kesedihan yang memuncak tanpa berfikir ulang aku segera mendekapnya, berada dalam dekapan hangat pria yang kini sudah berkepala 5 itu.

maira.. tidak terasa malaikat kecil abi yang mungil saat ini sudah besar yaa.dan abi semakin menua, Ingat maira?dulu abi yang selalu siap menjaga maira dengan segenap jiwa abi. Melarang maira melakukan hal yang salah dan memerintahkan maira untuk selalu taat pada Allah dan menjalankan sunnah Rasulullah.. saat itu aku hanya bisa menatap abi penuh kasih, rasanya ingin memberhentikan namun rasanya gemetar dibibirku tak sanggup mengatakan hal itu, aku hanya mendengarkan dengan seksama seraya menatap abi yang masih melanjutkan nasihatnya.

dan itu semua semata-mata karena abi sangat mencintai khumaira abi, melebihi diri abi sendiri. Hanya karena Allah lanjutnya.

Abi serahkan apapun yang maira inginkan, abi yakin maira sudah semakin dewasa untuk menentukan pilihan, apa abi boleh menanyakan beberapa hal? kini tatapan abi sudah semakin memastikan keputusan yang harus aku ambil, aku sangat memahami karakter yang abi miliki.

Tentu abi.. jawab ku tersenyum seraya mengangguk tanpa ragu.

Apa yang akan maira putuskan ketika ada seseorang yang datang dengan niat baiknya untuk menjalankan sunnah-Nya bersama maira. Maira akan mengarungi samudera kehidupan bersamanya dengan segenap keikhlasan hati untuk menyerahkan seluruh pengabdian maira yang tertunda ini?, sepontan saja aku segera beranjak memberi jarak posisi dudukku agar aku bisa menatap abi dengan lebih dalam, bersamaan degupan jantung itu tak terkendalikan.

Apakah pilihan yang maira pilih abi akan menyetujuinya? Seperti waktu sebelumnya ujar ku menatap dengan dalam.

in syaa Allah, Abi yakin maira akan melakukan yang terbaik

Bagaimana, jika keputusan yang maira pilih akan mengecewakan abi untuk pertama kalinya?

Abi selalu yakin dengan pilihan kamu naak ,tidak dapat berkata apa-apa aku hanya bisa tertunduk. Menenggelamkan kepala ku, namun tidak lama umi datang mengalihkan pandanganku dengannya

umii ujar ku

abi..Tolong jelaskan pada maira, siapa yang akan datang menemui keluarga kita? lanjut ku saat itu

Maira, abi memiliki sahabat karib yang sama semangat dawah nya sewaktu kuliah dulu, beberapa hari abi bertemu dengannya.

Tak lama berlanjut dengan pembahasan anak-anak kami. Keluarganya bermaksud untuk menambah silah ukhuwah dengan menyatukan 2 keluarga. Putranya sedang menyusun skripsi tahun ini jelas abi sambil menggenggam tanganku.

Tapi abi, maira kan masih semester 5. Perjalanan masih panjang, daaannnn

Maira, umi juga dulu sewaktu menikah dengan abi masih semester 3 loh, tapi hal itu tidak menjadi hambatan untuk menggenapkan separuh agama. Buktinya kak fatih, maira dan adik-adik maira tidak menjadi penghalang bagi umi untuk belajar ujar umi menjelaskan perlahan penuh keyakinan

Ikuti kata hatimu, istikharahlah naak tambahnya.

Abi..Umii..Tolong beri maira waktu untuk hal ini ujarku menatap keduanya. Lalu keduanya pun memandangi satu sama lain dan mengangguk. Setelah itu aku pergi memasuki kamar.

Pilihan TerbaikWhere stories live. Discover now