Satu Pekan kemudian
Seperti permintaan abi siang itu ,aku mengikuti perintahnya tanpa berani menolak. Selalu begitu, meski hati tak ingin menuruti namun Birrul waalidain adalah pertimbangan jalan keridhan Allah bagi ku.
Tidak ada salahnya ,aku rasa setiap apa-apa yang diberikan oleh orang tua adalah hal yang terbaik. Hari ini rumah begitu tertata dengan rapi. Berbagai hidangan sudah siap untuk di sajikan dari sekedar cemilan ringan, makanan pembuka dan penutup dan buah pun lengkap tanpa absen. Aku masih saja berdiam diri di dalam kabar.
Di balik kelambu putih aku duduk dengan menyilangkan tangan untuk memapa pipi Inikah jalan kehidupan yang engkau berikan untukku rabbi?, jika benar. Tolong ikhlaskan aku tanpa rasa yang mengganjal, buat aku selalu ikhlas tanpa mengeluh atas setiap takdir yang telah engkau tetapkan.
Tok..tok..tok maira..
Terdengar sumbar suara di balik pintu kamar ku berwarna putih dilengkapi tirai biru. Tidak terasa ternyata tetesan bening itu telah menetes, membasahi lengan yang menjadi penopang pipi.
Tak perlu menjadi teka-teki lagi ,tak lain itu adalah suara umi
Iyah? ujar ku lembut dengan suara kecil dan menghapus air mata tanpa sisa, lalu melihat cermin. Sesekali menghembuskan nafas perlahan memejamkan mata.
Maira umi dan yang lain tunggu di bawah yaah nak, tamu kita sudah datang Tambah umi.
Baik umi sahut ku , segera merapihkan khimar biru muda lengkap dengan baju gamis yang ku kenakan. Setelah itu tidak lama aku keluar kamar dan mulai turun dari anak tangga perlahan tanpa menatap siapakah tamu yang sudah menunggu itu bersama keluarga ku.
Bismillah gumam ku menguatkan bathin. Saat aku kaki ku melangkah di tangga terakhir aku masih belum siap untuk melihat kea rah seberang sana.
Alhamdulillah itu khumaira sudah datang ujar abi. Kemudian saat kaki ku melangkah dengan hitungan ketiga aku memutuskan untuk melihat siapakah orang-orang di sekitar ku.
Tap..Tap..Tap..
Degupan jantung itu,,
Suara gemuruh itu.
Allah adalah skenario yang sulit aku mengerti
Namun aku tau,
Inilah Pilihan Terbaik
Kini mata ku sudah tertuju pada orang0ornag yang sudah menunggu ku. Tak percaya aku pada semua ini, apakah ini mimpi?, sebuah ilusi?, atau memang otak ku ini bermasalah?, ah bukan. Mata ku salah melihat, tapi ini sangatlah jelas, ini benar-benar nyata. Sosok yang membersamai keluarga ku adalah ka Riski beserta beberapa dari anggota keluarganya. Hati ku kacau, bercabang-cabang laksana pohon yang siap ingin di tebang saat itu juga. Ah. Allah..Bolehkah aku jatuhkan tubuh ini saat ini juga?. Tidak mugkin, lalu bagaimana dengan abi?Umi?ka fatih?ka Azizah?. Tidak maira. Jangan kecewakan mereka gumamku melawan hati 'yang tidak tau seperti apa saat ini.
Kemari nak ujar umi mempersilahkan aku duduk setelah bersalaman dengan semuanya tak terkecuali dengan ka riski yang menunduk semakin dalam.
Ada apa nak? ujar pa lukman melontarkan pertanyaan pada putranya.
Tidak abi, hanya takut saja. Sebab wanita yang ada di hadapan riski adalah wanita yang pantas untuk di muliakan ujar riski mantap sesekali melihat ke arah abinya.
Baik jadi bagaimana mas lukman? lontar abi dengan membuka perbincangan. Aku masih saja tertunduk seraya memainkan kuku jemari ku.
Baiklah mas firman. Jadi begini. Kedatangan kami sekeluarga selain bentuk silah ukhuwah namun ingin membangun silaturahim antar dua keluarga. Jika mas dan keluarga berkenan, izinkan kami mengatakan hal ini untuk putra kami. Saat itu semua keluarga terdiam mendengarkan dengan seksama atas penjelasan pa lukman yaitu abi dari ka riski.
Atas izin allah, atas pilihan allah juga segala ketetapannya. Hari ini saya ingin mengkhitbah putri mas Khumaira untuk anak kami Riski, apakah ananda khumaira bersedia? kini semua mata tertuju pada ku, kemudian aku menatap wajah abi dan umi. Dan membuat ku terdiam sejenak Jika ku ingat kembali hati ku sangat berat memutuskan. Aku tahu bahwa aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku tengah mengagumi sosok makhluk yang ada di hadapan ku ini. Namun, bagaimana dengan fia? Dia adalah sahabat karib ku. Kami bersama sudah terlampau lama, sangat tidak adil jika seandainya persahabatan kami akan rusak hanya karena atas dasar cinta sang pembawa takdir, manusiawi nya pasti ada rasa kekecewaan sebab yang dibangun atas dasar pengharapan.
Bagaimana nak? kali ini lontaran pertanyaannya benar-benar tertuju pada ku dari sosok umi dari ka riski yaitu Bu Aminah.
Bismillah nak ujar umi menambahkan ,menggenggam tangan ku yang sudah dingin tidak karuan.
Demi penjagaan Allah atas fitrah maira, demi kesaksian abi dan umi yang sudah mengorbankan kehidupannya untuk maira, jika memang ini adalah takdir yang Allah tetapkan juga sebagai penyempurna agama. Maka in syaa Allah khumaira siap. Jawaban yang membuat seisi disekeliling itu tersenyum dan penuh syukur, seraya mengucapkan.
Alhamdulillah, barakallahu bibir ku mulai terukir oleh senyuman saat itu ,tidak lama perbincangan selanjutnya adalah proses sepakat tentang akad, agar terhindar dari bentuk fitnah maka 3 minggu kedepan Walimatul ursy akan dilangsungkan sebelum sidang wisuda ka riski 2 bulan mendatang.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
YOU ARE READING
Pilihan Terbaik
FantasyLangit biru selalu indah bersama awan putih, Kala siang mengalihkan fikir ku pada sosok yang tidak biasa Suara apa itu? Sepertinya ada makna tersirat di dalam hati, degupan jantung seolah seperti melodi yang syahdu Ah tidak.. Aku tidak mungkin meng...