Undangan itu telah siap disebar, hal terberat adalah ketika penyebaran itu sampai pada tangan sahabat ku fia. Hatiku meringis, membayangkan hati fia sahabat ku. Air mata ku tak terbendung saat kami jalan bersama mengobrol ringan di sebuah taman belakang kampus.
Ada apa maira? tanya fia dengan gelak tawa setelah kami bersenda gurau
fia, vina.. ujar ku terbata mencoba mecari celah waktu yang pas memberikan undangan pernikahan ku, cepat atau lambat aku harus memberitahunya bukan?. bagaimanapun aku tidak mau kedua sahabat ku ini tahu dari orang lain. Tidak terasa butiran itu menetes, Ternyata aku tidak terlalu pintar perihal megendalikan perasaan.
loh..ko.. maira kenapa kamu nangis begini? Engga biasanya ujar vina mendekat begitupun dengan fia. Kemudian aku mulai mengeluarkan undangan sederhana berwarna Putih dengan corak bunga merah jambu sederhana .
Undangan? ujar vina
Maira kamu mauu.? Ujar fia menatapku
Aku seneng banget maira tambahnya tanpa melihat dengan siapa nama ku itu tertuliskan. lalu mereka memeluku erat.
Setelah pelukan itu berakhir
Maira dan Rizki? ujar vina yang mulai membaca cover bagian depannya megerutkan kening.
Rizki? mana vin? ujar fia melihat nama mempelai pria
Engga ,bukan ada di sekeliling kita tapi di udangan ini jelas vina menatap fia dan aku yang semakin tak sanggup.
mana?Ah kamu ngayal ujar fia spontan lalu dengan sikap biasanya
Oh iya, rizki. Waahh ko bisa kebetulan gini miara tanya fia kemudian mulai membuka lembaran itu di dalamnya tertulis jelas nama lengkap.
Maira? tatap fia yang mulai berkaca-kaca, saat itu terlihat sekali vina bingung harus ada di posisi mana.
Deg.. Seperti ada detuman kasar dibalik hati ku, ingin rasanya aku berlari. Namun ini adalah pilihan, bukan tentang mauku. Ada abi, umi, dan keluarga yang membuat aku tidak sanggup menolak dan membiarkan mereka kecewa.
Keluarga?
Sahabat?
Sungguh keduanya bukanlah pilihan yang harus ku kecewakan salah satunya.
Berharap ada kekuatan diantara hati dan kaki ku yang sudah tidaak sanggup berdiri dengan tegap
fia..fia jangan marah sama aku yah, fi..aku mohonujar ku menggengam tangannya saat itu fia hanya menghembuskan nafas dengan air matanya lalu beranjak pergi.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Hari berlalu semakin hari fia selalu menghindari aku setelah kejadian beberapa hari lalu di taman kampus ,hingga suatu waktu sebelum walimatul'ursy itu diselenggarakan vina tiba-tiba datang kerumah ku. Suara bel rumah terdengar dari luar sana ,kebetulan pada hari itu keluarga ku memang sedang mempersiapkan hal untuk syukuran di rumah sebelum hari pernikahan berlangsung. Aku segera keluar membukakan pintu
"Assalamualaikum maira" ujar vina seraya nafasnya terengah datang dari ujung pintu depan yang terbuka lebar
"Wa'alaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh, iyah vin.ada apa?" ujarku meghampirinya
"Yuk masuk dulu" tawar ku pada vina.
"Engga ,ini lebih penting maira. Gawat maira.. gawat" tambahnya menarik-narik tangan ku.
"Gawat kenapa?Apa yang gawat?Kita mau kemana?"
"Nanti aku ceritain, udah ayok cepet ikut aku" jelas vina
"ii..iyah..iyah tunggu aku tutup dulu pintunya" setelah itu segeralah kami memasuki mobil.
"Ada apa vin?ko kamu panik banget?" tanya ku lagi
"Sekarang dengerin aku baik-baik. Maira kamu percaya bahwa takdir yang Allah berikan itu selalu yang terbaik kan?" ujar vina perlahan
"Hmmmm..iyah"
"Meskipun kita tidak inginkan hal itu?" tanyanya lagi meyakinkan
"Iyah, kamu lagi ngomong apa sih?Aku masih ga ngerti vin"
"Ok. Gini mai, pagi ini aku habis kerumah fia. Berniat untuk mengajaknya ke taman komplek sebelah danau lili"
"Lalu?"
"Tapi saat aku sampai rumahnya ,aku dapet ini dari si mbo. Pembantunya fia" Jelasnya ,kemudian mengulurkan secarik kertas berwarna Light blue, ku buka surat itu tentunya dengan hati yang di rundung kegelisahan karna melihat tingkah vina yang tidak seperti biasanya.
Assalamualaikum vina dan khumaira
Sahabat yang sudah ku jadikan bagian penting dalam hidup ku
Mungkin saat kalian baca surat ini, aku tengah di bandara bersama mama yang menjemput ku sejak pukul 06.00 pagi.
Maafkan jika aku pergi tanpa pamit, rasanya begitu menyakitkan. Namun ini memang harus terjadi. Tidak perlu khawatir aku baik-baik saja. Mulai esok dan seterusnya aku akan tingal bersama mama di jepang dan meneruskan kuliah ku disana. Selain itu karena ku fikir ini sudah saatnya aku menemani mama untuk mengurus butiknya, setidaknya aku memberikan posisi sebagai anak seutuhnya.
Perjalanan memang sulit ku tebak, bagaimana ketika Allah mengatur skenarionya, mengajarkan aku tentang keikhlasan atas segala ketetapan.
Sahabat ku khumaira..
Maaf jika aku menghindari mu hingga saat ini kita tidak sempat bertemu meski untuk yang terakhir. Semoga Allah melimpahkan mu dengan kebahagiaan bersama ka rizki. Maaf aku tengah menyukai bahkan melabuhkan pengharapan ku pada seseorang yang tidak menjadi milikku , itu adalah hal yang memalukan, mungkin Allah cemburu hingga timpakan kepedihan ini. Tidak mengapa.
Aku tau ini adalah pilihan terbaik dari-Nya untukku-untukmu-dan untuknya.
fiara khuswari fei
Pecah
Laksana pecahan kaca-kaca yang menyayat hati ku saat itu, aku menangis sejadi-jadinya , 15 menit sampai di bandara Jakarta .tanpa menunggu instruksi aku segera berlari sekencang mungkin mencek jadwal keberangkatan indo-jepang. Vina mengejar ku dari belakang sana. Nihil kami tidak menemukan jejak fia meski untuk yang terakhir. Kali ini rasanya tubuhku sudah terkulai lemah, seperti belulang ku patah saat itu juga. Sahabat yang menemani perjalanan hijrah ku kini pergi dengan cara yang tidak pernah ku bayangkan.
Begitulah takdir dengan segala ketetapannya, kita tidak bisa menolak meski berkata tidak ingin.
Begitulah takdir dengan segala ketetapannya, kita tidak bisa memaksakan sesuatu agar sesuai dengan keinginan.
֎Selesai֎
YOU ARE READING
Pilihan Terbaik
FantasyLangit biru selalu indah bersama awan putih, Kala siang mengalihkan fikir ku pada sosok yang tidak biasa Suara apa itu? Sepertinya ada makna tersirat di dalam hati, degupan jantung seolah seperti melodi yang syahdu Ah tidak.. Aku tidak mungkin meng...