Part 8

49 10 4
                                    

Setelah kejadian drama dari seorang Diandra Alvano beberapa menit lalu, kini Fadia dan Elran sudah sampai pada laboratorium Fisika, tempat dimana mereka akan melakukan bimbingan untuk Olimpiade.

Fadia mengamati seluruh siswa yang ada didalam Lab tersebut, namun ada satu gadis yang membuat Fadia merasa tidak betah berada di ruangan ini. Siapa lagi kalau bukan Andela Launa, kakak kelas yang tempo hari sudah mendorongnya hingga terjatuh.

Mata mereka saling bertemu, Fadia masih yakin jika kakak kelasnya itu menatapnya dengan tatapan tidak suka. Padahal Fadia sendiri tidak tau apa masalahnya sampai sampai tidak disukai oleh kakak kelasnya ini.

Tanpa berpikir lebih jauh, Fadia segera duduk di kursi sebelah Elran. Dan tak lama kemudian, terdengar suara heels yang akan mendekat ke ruangan mereka. Dan benar saja, Bu Tyas datang sambil membawa beberapa buku dan sebuah tas berisi laptop yang akan dipergunakan untuk bimbingan di sore hari ini.

"Oke, semuanya sudah datang?" Tanya Bu Tyas.

"Sudah, Bu."

"Baiklah disini saya tidak akan berbelit belit, saya akan menjelaskan langsung saja. Karena saya juga tau bahwa kalian semua yang berada disini adalah siswa siswi yang memang sudah pandai di mata pelajaran yang akan di Olimpiade kan. Kalau ada yang belum paham nanti bisa ditanyakan ya." Jelas Bu Tyas.

"Iya, Bu." Mereka semua menjawab dengan serempak.

Saat ini Bu Tyas sudah mulai menjelaskan beberapa pernyataan, rumus rumus, dan memberikan contoh soal .

"Aduh El gue lupa." Fadia berbisik  dengan wajah yang bingung.

"Lupa apa, Fad?"

"Gue lupa ga ngasih tau bang Kevin kalau hari ini ada bimbingan."

"Udah gapapa, orang bentar lagi juga udahan."

Sementara dilain tempat, tepatnya didepan sekolah Fadia.

"Ini siadek gue mana sih? Mana sekolah udah sepi lagi. Masa iya udah pulang? Gue telfon malah ganyambung." Protes Kevin yang sudah sejak dua jam lalu menunggu adiknya keluar dari sekolah.

"Apa gue tinggal aja ya??" Kevin menghentikan ucapannya, "mana gue lagi kebelet lagi." Lanjutnya.
"Lo kemana sih dek dek, hmm gue tunggu di dalem mobil ae lah."

Didalam laboratorium,

"El, gue duluan ya." Ucap Fadia yang sudah berdiri diambang pintu.

"Iya, Fad. Ati ati."  Ucap Elran yang diberi anggukan oleh Fadia.

Setelah itu, Fadia segera keluar dan menghampiri abangnya. Fadia sudah bersiap diri jika nantinya akan dimarahi habis habisan oleh abangnya, karena Fadia memang salah, tidak memberi tahu abangnya jika hari ini dia ada bimbingan.

Melihat mobil Kevin terparkir, Fadia segera menghampirinya dan segera masuk kedalam mobilnya.

"Bang.. bang Kevin." Panggil Fadia.

Kini Kevin sedang tertidur, karena saking lamanya menunggu adeknya yang tak kunjung keluar dari dalam sekolah.

"Bang Kevin." Kali ini Fadia sedikit menggoyang goyangkan pundak Kevin.

"Ck engh..." Kevin terbangun dari tidurnya, "darimana aja sih dek, udah lama loh gue nunggu disini."

"Maaf bang, tadi Fadia ada bimbingan dan lupa buat ngasih tau, soalnya hp gue lowbat."

"Ck alesan."

Setelah itu Kevin segera melajukan mobilnya untuk pulang.

***

Samar Semu SMAku (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang