Fadia, gadis itu tengah berada diruang guru saat ini. Pasalnya, tadi saat pelajaran di jam keempat ada seorang anak yang memanggilnya, katanya saat istirahat nanti ia disuruh menghadap ke pak Yadi di ruang guru.
Gadis itu sesekali tengah memainkan ponselnya, sampai pak Yadi datang dan duduk disampingnya."Oke saya langsung saja ya, Fad. Jadi begini, Minggu depan akan dilaksanakan Olimpiade di SMA Nusantara, mata pelajarannya sih ada Biologi, Kimia, Fisika, dan matematika. dan bapak dengar katanya kamu salah satu siswi yang pandai di mata pelajaran Fisika. Jadi bapak berpikir, apa salahnya kalau kamu ikut dalam Olimpiade ini." Jelas pak Yadi
"Kalau boleh tau, yang ikut Olimpiade siapa saja ya Pak?"
"Kalau untuk spesifikasi nya sih saya juga belum tau, cuma dari sekolah ini akan mengajukan 10 siswa sebagai perwakilan."
"10 siswa itu dari kelas berapa saja Pak?"
"Dari kelas 10 sampai 12."
"Kalau begitu saya mau Pak, kan itung itung buat nambah pengalaman."
Fadia memang sering mengikuti olimpiade olimpiade sejak dirinya masih duduk dibangku Sekolah Dasar, namun gadis itu enggan disebut pandai, lantaran ia mengikuti Olimpiade atau lomba yang lainnya hanya dengan alasan ingin menambah pengalaman.
"Persiapannya mulai nanti sepulang sekolah, kamu langsung saja masuk ke laboratorium Fisika, disana akan ada Bu Tyas yang akan membimbing kalian." Jelas pak Yadi.
Fadia mengangguk mengerti, "baik pak, kalau begitu saya balik ke kelas dulu, permisi." Fadia keluar dari ruang guru lalu menuju ke kelasnya.
Setibanya dikelas,
"Ada apa Fad? Lo dihukum pak Yadi?" Tanya Azel penasaran.
"Enggak."
"Terus lo diapain?"
"Lagian lo mikir dong Zel, masa iya sih anak serajin Fadia dihukum. Yang ada Lo tuh yang dihukum." Lia yang menjawab pertanyaan Azel. Namun saat Lia berbicara tadi, Vina yang mendengarnya pun mengepalkan tangannya yang disembunyikan dibawah meja.
"Gue disuruh ikut Olimpiade Fisika Minggu depan di SMA Nusantara." Jawab Fadia yang diberi anggukan oleh temannya.
"Eh entar Lo jadi pulang bareng gue kan, Fad?" Tanya Siti, karena dari kemarin malam mereka berdua sudah janjian akan pulang bareng dan mampir ke mall untuk nonton.
"Aduh" Fadia menepuk jidatnya, "Sorry banget ya Sit, kayanya gue gabisa. Kan entar pulang sekolah gue langsung bimbingan." Fadia menatap melas kearah Siti.
"Iya deh gapapa. Kan masih ada hari lain." Ucap Siti tersenyum
"Lo ga marah kan?" Fadia meyakinkan.
"Enggak kok, ngapain marah?"
Fadia tersenyum dan memeluk sahabatnya itu.
Kringggg...
Bel sekolah berbunyi, menandakan saatnya seluruh siswa siswi SMA Pahlawan menyelesaikan kegiatan belajar mengajarnya hari ini.
"Fad kita duluan yaa." Pamit Lia yang sudah berdiri disamping Fadia dan tidak lupa menggandeng Syafa.
"Iya, ati ati ya kalian."
"Oke."
Fadia masih sibuk membereskan buku bukunya.
"Mau gue anter gak, Fad?"
Fadia kaget mendengar suara cowok yang tengah berada didepannya saat ini, siapa lagi kalau bukan Vano.
"Enggak makasih." Bukannya Fadia yang menjawab, tapi Azel.
"Eh eh kok gue dengar ada suara tapi gada orangnya ya." Ucap Vano sambil meneliti seisi kelasnya, tidak lama setelah itu perutnya pun dicubit oleh Azel, "awww.. sakit Jel." Vano meringis kesakitan.
"Rasain."
"Kalian kok berantem terus sih, apa jangan jangan kalian jodoh lagi?"
Krik krik
Tidak ada yang bersuara setelah beberapa detik lalu Siti mengucapkan kalimat yang dirasa mustahil bagi Vano dan Azel.
Setelah tersadar dari lamunannya, "hiii ogah gue punya jodoh nenek lampir kaya si ajel. Sama sekali bukan tipe gue, kan tipe gue yang kaya Fadia." Ucap Vano dengan percaya dirinya.
Fadia yang mendengar pun membuang nafasnya kasar dan segera pergi meninggalkan ruang kelasnya ini, bisa gila dia kalau sampai berlama lama didekat Vano, sasaeng nya.
"Yuk El!" Ajak Fadia pada Elran, karena Elran juga akan mengikuti bimbingan.
Vano yang menyadari bahwa Fadia keluar kelas pun akhirnya menyudahi perdebatannya dengan Azel lalu menyusul Fadia dan Elran yang hendak menuju ke laboratorium Fisika.
"Ngapain Lo ikut kita? Mau ikut bimbingan juga?" Elran bertanya kepada Vano. Bahkan bisa dibilang ia saat ini tengah marah pada Vano yang telah merusak Qtime nya bersama Fadia.
"Siapa juga yang mau ikut bimbingan, gue lagi mau ikut cewek gue." Jawab Vano cengengesan.
Fadia yang mendengar jawaban Vano pun membulatkan matanya, lalu bertanya "yang Lo maksud cewek Lo siapa?"
"Yang lagi ada disamping gue." Lagi, Vano menjawab dengan enteng tanpa beban sekalipun.
Fadia menghentikan langkahnya lalu menatap Vano dalam dalam, sementara Vano hanya nyengir tidak jelas ditatap Fadia seperti ini. Dan Elran, cowok itu malah bingung sendiri dengan sikap kedua temannya ini.
"Lo gausah ngehalu deh!" Ucap Fadia lalu meninju perut Vano sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
"Aduh.. sakit. Bantuin gue dong El." Vano merintih kesakita memegangi perutnya.
"Ogah, kan salah lo sendiri." Elran pun berlari menyusul Fadia dan meninggalkan Vano yang tengah kesakitan.
"Dasar temen bejat."
_________________________________________
Haloo semuanyaaaa....
Balik lagi nih wkwk, jangan lupa divote dan dikomen yaa biar akunya semangat update nya. Maaf ya kalau ceritanya semakin kesini semakin gaje😩
Thankyou:(diaretnaa_
![](https://img.wattpad.com/cover/232287799-288-k172439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Samar Semu SMAku (HIATUS)
Fiksi RemajaFadia Zaneta Salim. Seorang gadis yang sangat menyukai alur cerita kehidupannya. Mulai dari mempunyai keluarga yang harmonis, orang tua yang sangat menyayanginya, bahkan bisa dibilang anak yang paling dimanja karena dia adalah anak gadis satu-satuny...