Chapter 10 | Suapan keluarga

24.6K 2.1K 80
                                    



***

HAPPY READING!

***

10. Suapan keluarga

Lea buru-buru melewati lorong rumah sakit. Siang ini Lea tak ke rumah Aarav untuk mengajari Aleya, namun dia mendapat kabar jika Aarav terkena tembakan liar dari seseorang teroris yang kebetulan berencana pengeboman di Markas TNI AD di mana Aarav ditempatkan.

Awalnya Aarav ingin menangkap teroris tersebut, tetapi ternyata bukan hanya bom rakitan buang dimiliki oleh si teroris dia juga membawa sebuah pistol yang berisi banyak peluru. Seperti yang dilihat dari skill menembak si teroris itu pasti adalah orang awam yang hanya ikut-ikutan terpengaruh kelompok pemberontak dengan embel-embel jihad.

"Maaf di mana kamar nomer 14?" tanya Lea pada seorang suster.

"Oh ada di ujung sana mbaknya tinggal belok kanan aja," jawab Suster.

Lea mengangguk lalu kembali berjalan mencari kamar yang dia maksud. Lea membuka pintu kamar pasien kelas satu. Terlihat di dalamnya sudah ada Aarav yang terbaring di bankar pasien dengan memakai pakaian pasien dan Aleya yang sedang ditenangkan seorang ibu-ibu Persit yang merupakan teman sejawat Aarav di satuannya.

"Mom!" teriak Aleya berlari memeluk Lea.

"Aya nggak boleh nangis, Sayang. lihat papa baik-baik aja, tuh. Aya jangan bikin mom sedih, dong."

Aleya mengangguk. Lea mengangkat Aleya ke gendongannya dan membawanya mendekat ke ibu Persit yang entah siapa namanya. "Maaf pasti anda mbak Lea, ya?" tanyanya.

"Ah iya, mbaknya?"

"Saya Ajeng, istrinya temennya Pak Aarav. Maaf saya tadi yang jemput Aya karena suami saya bilang kalau Aya enggak ada yang jemput. Mbaknya ibunya Aya, ya?"

"Hah? Eh, nggak saya—"

"Iya, dia mom Aya," sela Aleya.

Ajeng tertawa kecil melihat Aleya yang menyela Lea bicara.

"Aya, enggak boleh nyela orang lagi ngomong, Sayang," tegur Lea.

"Maaf, Ante Ajeng."

"Iya saya mom-nya Aya, walaupun bukan mom-mom banget."

"Saya udah tahu kok kalau mamanya Aya enggak ada, saya cuma seneng liat Aya bisa dekat sama orang lain. Padahal Aya anaknya tertutup."

Lea hanya mengulas senyum.

"Oh iya saya duluan, ya. Ada keperluan di kantor soalnya, maaf nggak bisa temenin sampai Pak Aarav sadar."

"Eh iya enggak apa-apa."

"Ante pulang dulu, yah. Dadah Aya," ucap Ajeng berpamitan pada Aleya. "Saya duluan, ya," pamitnya pada Lea.

Setelah Ajeng pergi, Lea duduk di samping ranjang rumah sakit, menatap pria yang akhir-akhir ini semakin menyebalkan bagi Lea. Namun, rasa sukanya tak pernah hilang, itu yang membuat Lea heran seheran-herannya.

"Papa bangun," gumam Aleya membuat lamunan Lea buyar. Dia memfokuskan dirinya lagi pada Aarav yang sudah siuman dan berniat duduk.

Lea buru-buru memencet bel, memanggil dokter setelah mendengar ringisan Aarav. Dokter tak lama kemudian datang dan memeriksa Aarav. "Mbaknya istri Pak Aarav?" tanya dokter.

The Soldier's Second Love |✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang