"Dadah Ka! Jangan lupa besok jurnalistik lagi yaa!"
Hazel berseru pada Tosca sambil menjalankan motor merahnya. Di jok belakang Fuchsia sudah duduk manis melambai riang ke arah Tosca. Satu fakta yang baru Tosca ketahui, ternyata Hazel dan Fuchsia itu sepupuan, pantas saja mereka berdua punya pribadi yang sama yaitu penuh percaya diri dan meledak-meledak.
Scarlett di belakang Hazel menekan klakson dan mengangguk pada Tosca. Walaupun cewek, Scarlett lebih suka bawa motor cowok. Motornya warna hitam biru dan tinggi buat Scarlett makin terlihat gagah.
Tosca duduk di halte Emerald High School. Ia mengeluarkan sketch book dan pensil lalu mulai menggambar sambil menunggu jemputan. Gambaran Tosca memang bukan jenis gambaran yang bisa membuat orang berdecak kagum dalam sekali lihat, namun gambarnya memiliki keunikan tersendiri yang membuat orang mengenali gambar itu adalah gambaran Tosca.
Namun sayangnya, Tosca tak menyadari itu. Tosca terus saja menganggap gambarannya hanya sebatas gambar biasa.
Sekitar dua puluh menit menunggu, dari arah kanan seorang pemuda kurus dengan motor matic hitam dalam kendalinya berhenti di depan Tosca. Pemuda itu merapikan rambutnya yang jadi acak-acakan karena pakai helm. Pemuda kurus itu adalah adik Tosca, Jade Oliver.
Jade satu sekolah dengan Tosca di Emerald High School. Jade masih kelas sepuluh, baru masuk dua minggu lalu. Tadi ia sudah pulang duluan karena belum mengikuti ekstrakulikuler apapun.
Tosca naik ke jok belakang, mencari posisi duduk ternyamannya di motor. Gadis itu lalu menerima uluran helm berwarna abu-abu dari Jade dan memakainya. Jade memakai helm hijau lumut kebanggannya.
Jade menjalankan motor hitamnya keluar dari area Emerald High School. Sepersekian detik kemudian, motornya sudah bergabung dengan berbagai kendaraan lain di jalan kota yang ramai sore itu.
Tosca mengetuk helm hijau lumut milik Jade, "Ikut ekskul apa?"
"Hm? Gak tau." Jade mengendikan bahu, "Gue pengen deh kak ada ekskul rebahan. Nanti nama ekskulnya kaum rebahan. Lalu isi kegiatannya main twitter dua jam sama lama-lamaan tidur, yang menang dapat hadiah bantal empuk. Gue yakin seratus persen pasti bakal banyak yang join."
Tawa Tosca meledak di udara, "Terus kamu menang, soalnya tingkat kemageran dan bakat pelormu udah tingkat Harvard University."
"Hehehe."
Memang, Jade ini manusia yang sangat mageran. Mau buang air kecil aja ditahan-tahan karena mager ke kamar mandi. Kerjaannya tidak jauh-jauh dari rebahan-main twitter-main game-makan-rebahan sambil main twitter-tidur. Begitu terus setiap harinya.
"Kak mampir minimarket dulu ya, mau beli pulsa buat paket internet."
"Pasti abis buat twitteran sama main game kan? Kamu tuh kalo udah main twitter sama game suka lupa kalo kamu masih di bumi." Tosca mengomeli adek laki-lakinya itu. Pasalnya, Jade kalau udah pegang handphone tuh suka lupa sama dunia, di teriakin satu meter dari dia rebahan juga gak bakal dengar.
Jade terkekeh menanggapi Tosca, "Kan main handphone cuma pas gabut kak."
Tosca memutar bola mata sesaat, "Ya tapi gabutmu tiap saat jadi main handphonenya tiap saat."
"Hehehe."
Jade memarkirkan motor hitamnya dia area parkir minimarket dengan tagline 'belanja puas harga pas'.
Jade segera menuju kasir untuk membeli pulsa sementara Tosca menuju freezer ice cream. Panas-panas gini emang enaknya minum ice cream, apalagi yang rasa semangka.
Tosca menggeser pintu freezer ketika seseorang lainnya juga menggesernya. Mereka sama-sama tersentak. Lalu begitu saja, suasana jadi canggung.
Tosca menatap canggung gadis manis di depannya. Gadis manis itu meringis memperlihatkan giginya yang tersusun rapi. Paras wajahnya adalah jenis manis dan tak bosan dipandangi lama-lama. Rambutnya bergelombang membuatnya makin terlihat lucu.
Dari belakang Tosca, Jade menarik ujung seragam kakaknya, "Kak ayo pulang, gue dah ngantuk."
Tosca menoleh membuat gadis manis disebelahnya ikut menoleh. Gadis manis berambut gelombang itu tersentak.
"Loh, Jade?"
Jade yang tak menyangka bertemu teman kelasnya pun tersentak, "Ngapain Mel?"
Tosca yang kebingungan bertanya pada Jade, "Temenmu?"
Jade mengangguk membenarkan, "Iya, temen kelas." Jade menoleh pada Caramel, "kenalin Mel, kakak gue."
"Tosca."
"Caramel."
Tosca dan Caramel saling berkenalan. Yang dilanjutkan mereka bertiga makan ice cream di depan minimarket.
"Jade kalo di kelas gimana Mel?"
Caramel menjilat ice cream vanilanya lalu menjawab pertanyaan Tosca, "Dia mah mageran kak. Di suruh piket aja harus marah mencak-mencak dulu baru mau piket."
"He nggak ya, minggu kemarin gue piket tanpa disuruh." Jade menyela dengan bangga. Sebuah pencapain loh, Jade bisa rajin.
Caramel mencibir, "Yee sekali doang. Itu pun gara-gara disuruh Sienna."
"Woah, Sienna siapa bisa nyuruh Jade?" tanya Tosca heran. Hebat aja gitu ada yang bisa nyuruh Jade. Karena dia tuh mageran 24/7, Oma aja kalo nyuruh harus di ancam potong uang jajan dulu baru Jade mau disuruh.
"Itu tuh kak gebe--"
"SSTT." Jade berseru menghentikan ucapan Caramel lalu dengan cepat ia menarik tangan kakaknya, "Yok pulang dah sore."
Caramel tertawa renyah meledek teman kelasnya itu, "cie salting."
"Sok tau." Jade membantah sambil memalingkan mukanya.
"Dek kok pipi lo merah sih?"
Tosca dan Caramel kompak berseru meledek Jade.
"CIEEE"
"CIEE JADE UHUY PIWIIT."
Jade yang sudah kesal sedari tadi diledeki terus, langsung mengancam kakaknya, "Gue tinggal ya!"
Tosca berlari menyusul Jade yang sudah menyalakan mesin motor hitamnya. Gadis itu terburu-buru takut ditinggal. Caramel yang masih di bangku minimarket tertawa geli melihat interaksi lucu kakak beradik itu.
"Ngambekan banget deh." Tosca mengetuk helm hijau lumut Jade tapi tak dapat respon apapun dari Jade. Sepertinya Jade benar-benar ngambek.
Perhatian Tosca teralih kepada Caramel yang masih tertawa geli memandanginya dengan Jade. Gadis itu melambai ramah ke arah Caramel, "Duluan ya Mel. Dadah!"
Caramel membalasnya dengan lambaian disertai senyum manisnya.
"Dadah! Semoga ketemu Sienna di jalan yaa!" teriak Caramel nyaring, membuat Jade yang masih bisa mendengarnya jadi mempercepat laju motornya.
A/nVisualisasinya ntar ya kalo udah lengkap.
Dadahhh
13 September 2020
12.25
KAMU SEDANG MEMBACA
c o l o u r s
Teen FictionBerawal dari Tosca yang tak sengaja mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. Kata temannya, jurnalistik tuh ekskul gagal. Karena majalah sekolah yang menjadi projek besar mereka semester lalu, hancur. Foto-fotonya buram, kualitas kertasnya buruk dan i...