"Gue bingung deh mau ikut ekskul apa."
Tosca menopang dagu memikirkan ekstrakulikuler apa yang akan ia pilih. Tadi Miss Asta, wali kelas Tosca, mengumumkan kalau setiap murid kelas sepuluh dan sebelas wajib mengikuti minimal satu ektrakulikuler dan wajib aktif dalam segala kegiatan dalam ekstrakulikuler itu. Alasan kuat dari peraturan itu karena banyak murid Emerald High School yang IPTEK alias Ikatan Pelajar Tanpa Ekstrakulikuler.
Pendaftaran ekstrakulikulernya secara online melalui web Emerald High School. Siswa hanya perlu mencentang ekstrakulikuler yang diminati--dari sekian banyak ektrakulikuler di Emerald High School--lalu mengonfirmasi dan secara otomatis nama siswa akan terdaftar dalam ekstrakulikuler yang dipilih.
"Ngga, gue ikut ekskul apa enaknya?"
Jingga, gadis yang Tosca ajak bicara, menoleh menatap teman sebangkunya itu, "lo kan jago gambar, ikut ekskul lukis aja. Lagian dulu pernah ikut kan, ngapain keluar?"
"Hehe nggak deh gue minder, yang lain gambarnya pada bagus."
"Lo lanjut dance?" Tosca bertanya yang dijawab anggukan mantap oleh Jingga. Jingga kembali menggerakkan bagian tubuhnya membentuk sebuah tarian yang indah. Jingga ini salah satu dari tiga dancer terbaik yang Emerald High School punya.
Tosca melamun. Gadis dengan mata teduh itu merasa dirinya tak punya satupun bakat yang bisa dibanggakan. Tosca tidak bisa olahraga karena fisiknya lemah, Tosca juga tidak terlalu jago di pelajaran menghitung ataupun pelajaran yang memakai nalar. Yang ia bisa cuma gambar, itupun masih biasa aja bukan yang luar biasa.
Tosca menghela napas berat. Sesungguhnya, ia iri dengan Jingga. Ia iri dengan kemampuan dancenya yang luar biasa dan poin pentingnya, Jingga tau kemampuannya dan memaksimalkan itu.
Ia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa ia tidak bisa seperti Jingga ya?
Tosca tak harus jago dance seperti Jingga, namun ia mau seperti Jingga yang tau kemampuannya dan pandai memaksimalkannya.
Tosca memandang sekali lagi daftar ekstrakulikuler yang terpatri dalam layar handphonenya. Ia membaca satu persatu
ekstrakulikuler yang ada di Emerald High School.Dance? Tosca bisanya cuma goyang jempol.
Basket? Tosca coba masukin bola ke ring dari jarak tiga meter aja bolanya gak masuk.
Cheerleaders? Adanya kakinya sakit soalnya gak bisa split dan juga Tosca gak ada bakat dalam dunia sorak-menyoraki.
Paskibraka? Hm, Tosca gak bisa dibawah matahari lebih dari satu jam. Hidungnya bisa mimisan.
Klub MIPA? Tosca dapat nilai 7 di pelajaran IPA saja sudah seperti dapat lotre.
Kok kayaknya Tosca gak punya bakat apapun ya?
Tosca tersentak ketika membaca satu nama ekstrakulikuler.
"Emang jurnalistik masih ada ya?" tanya Tosca heran melihat jurnalistik masih ada di daftar ekstrakulikuler Emerald High School.
"Hm? Lah iya? Bukannya udah bubar?" Jingga juga sama herannya.
Pasalnya, semester kemarin, tim jurnalistik Emerald yang bertugas membuat majalah semester hasilnya gagal total. Foto-fotonya banyak yang gelap atau blur, banyak typo dimana-mana, ditambah kualitas kertas yang mereka pakai jauh dari kata baik. Pokoknya majalah semester kemarin itu gagal total.
Mading yang menjadi tanggung jawab mereka pun sering kosong padahal seharusnya diisi pengumuman dan karya-karya siswa-siswi Emerald.
Pak Gading selaku kepala sekolah jadi membubarkan tim jurnalistik karena kecewa atas buruknya hasil kerja mereka selama enam bulan.
Tosca memandang tulisan 'Tim Jurnalistik' sekali lagi. Lalu entah pikiran dari mana, gadis dengan mata teduh itu mulai mempertimbangkan sesuatu.
"Apa gue ikut jurnalistik aja ya?"
A/n
Hai heheh
Colours aku rombak lagi awalannya karena menurutku yang dulu ada yang kurang. Huhu sorry yaa :((
Tapi habis ini aku up banyak kok heheh.
Anyway, yang tadinya redaksi aku ganti jadi jurnalistik yaa.
Dadah terima kasih sudah mau baca cerita ini!!!
Have a nice dayy🌹
13 September 2020
12.00
KAMU SEDANG MEMBACA
c o l o u r s
Teen FictionBerawal dari Tosca yang tak sengaja mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. Kata temannya, jurnalistik tuh ekskul gagal. Karena majalah sekolah yang menjadi projek besar mereka semester lalu, hancur. Foto-fotonya buram, kualitas kertasnya buruk dan i...