"Jade, pikett!"Teriakan Caramel menggema ke seluruh penjuru kelas X IPS 2. Gadis manis itu menyuruh si pemalas Jade untuk piket. Hari ini Sienna gebetan Jade tidak masuk, jadi tidak ada alasan Jade untuk menurut.
Jade sendiri masih ngulet sehabis tidur selama dua jam pelajaran sejarah. Kalau kata Jade, guru sejarahnya tuh pendongeng yang handal. Bu Rosa--nama guru sejarahnya-- bisa membuat Jade yang sudah pelor jadi pelor kuadrat.
"JADE, PIKET WOI! GUE BILANGIN KAK TOSCA YA!"
Caramel kini sudah teriak-teriak di depan Jade yang kembali tertidur. Lima menit sudah ia meneriaki Jade, yang tentu saja diabaikan oleh cowok itu. Sumpah ya, Caramel butuh kehadiran Sienna.
Caramel melengos, capek juga teriak-teriak tapi tak dihiraukan. Gadis berkulit terang itu mengambil sapu di bagian belakang kelas lalu mulai menyapu.
"Mel, duluan yaa!"
"Yok." Caramel membalas, "Hati-hati di ikutin penunggu sekolah." Caramel menakuti-nakuti temannya, kedua tangannya terangkat ke atas dengan ekspresi muka yang dibuat sehorror mungkin. Bukannya menyeramkan malah jatuhnya menggemaskan.
Temannya tertawa melihat Caramel, "Lo tuh Mel, hati-hati kerasukan penunggu kelas ini. Tau gak disini penunggunya serem hiii."
"Tuh penunggunya." Caramel dengan tanpa dosa menunjuk Jade yang tertidur. Sedetik kemudian tawa Caramel dan temannya menguar di udara.
"Udah ah mau pulang." Teman Caramel pun benar-benar pulang. Meninggalkan Caramel sendirian di kelas.
Ah, tidak sendirian rupanya. Si penunggu kelas alias si malas Jade masih ada disana. Masih terlelap dengan aliran sungai kecil dari mulutnya.
Handphone Jade tiba-tiba berdering, membuat si empunya terbangun segera meraih handphonenya.
"Ha? Ini siapa? Oh kak Tosca. Kenapa kak? Oh iya, hehe gue lupa. Oke bentar bentar, gue kesana."
Jade segera mengemasi barang-barangnya. Cowok itu menyampirkan tali tas ke punggungnya dan beranjak pergi keluar kelas.
"He, kemana? Lo belum piket." Caramel menghadang langkah Jade. Tangannya yang memegang sapu terbentang menghalangi pintu kelas.
"Minggir atau gue seruduk."
"Gak takut blee." Caramel menjulurkan lidahnya. Jade hanya menatapnya datar tanpa ekspresi.
Dengan hanya sekali tepisan, Jade berhasil menerobos Caramel. Ia dengan santai melenggang keluar kelas membuat Caramel diam-diam takut dia benar-benar sendirian sekarang.
Gadis manis itu melempar sapu digenggamannya ke segala arah lalu segera mengambil tasnya dan beranjak keluar menyusul Jade.
"Jadeee, gue ikutt!"
***
"HAZELL!!"
Fuchsia berlari keliling ruang jurnalistik mengejar Hazel yang membawa jepit kesayangannya, jepit warna fuschia dengan aksen mutiara.
Hazel melompati kursi dengan lihai. Ia berkelit dari gapaian tangan Fuchsia. Hal itu membuat Fuchsia semakin kesal hingga wajah cantiknya menjadi merah.
Tosca sudah tertawa terbahak-bahak menertawai saudara sepupu itu kejar-kejaran seperti anak sd. Dua minggu sudah ia bergabung dengan ekskul jurnalistik, dan selalu dibuat tertawa terbahak-bahak dengan segala tingkah absurd Hazel dan Fuchsia.
Scarlett yang duduk di sebelah Tosca merasa tak terganggu sama sekali. Gadis itu fokus main subway surfers dihandphonenya.
Tosca jadi kebelet pipis karena tertawa terus daritadi. Gadis itu memutuskan pergi ke kamar mandi yang tak jauh dari ruang jurnalistik, meninggalkan Hazel dan Fuchsia yang masih sibuk kejar-kejaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
c o l o u r s
Teen FictionBerawal dari Tosca yang tak sengaja mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. Kata temannya, jurnalistik tuh ekskul gagal. Karena majalah sekolah yang menjadi projek besar mereka semester lalu, hancur. Foto-fotonya buram, kualitas kertasnya buruk dan i...