Dia memutuskan pulang ke rumahnya yang berada di pinggir pantai, apakah dia merasa kesepian? Tentu saja tidak! Otaknya selalu berpikir tentang film apa yang selanjutnya akan ia buat.
Robert menuruni tangga rumahnya menuju basement, di tempat ini lah semua idenya muncul. Tidak seperti orang pada umumnya, yang memajang piala penghargaan di ruang tamu, Robert malah memajangnya di basement.
Dia duduk di atas bangkunya, kemudian meletakkan kepalanya di atas meja. Tidak terasa, dia terlelap tidur.
Handphonenya berdering terus menerus, yang membuat Robert terkejut lalu bangun dari tidurnya. Robert yang masih setengah sadar, menggeser layar handphonenya. Ternyata puluhan telpon datang dari berbagai aktris yang berminat mengambil peran Winona.
Robert tidak tertarik, dia memikirkan suatu ide. Jarinya berselancar di atas laptop yang langsung tersambung ke layar lebar mini.
Robert mendesain sebuah simulator wajah cantik, dia teringat wajah putrinya Bella dan mantan Isterinya Sofia. Bibirnya tersenyum ketika menggabungkan wajah kedua wanita yang paling ia cintai.
Simulatorpun selesai, astaga wajahnya sangatlah cantik. Robert mendekatkan mulutnya ke mic, "Halo, good morning Mr. Downey." katanya kepada dirinya sendiri.
Di detik yang sama juga, simulator itu mengucapkan hal yang sama namun dengan suara wanita.
Robert berjalan di atas lantai, memperagai suatu adegan, dan di detik yang sama hologram dari simulator itu melakukan persis apa yang Robert lakukan.
"Genius Robert! Kau sangat berbakat!" katanya bangga kepada dirinya sendiri.
Robert kembali ke bangkunya, kemudian menamakan simulator itu 'BELLFIA'
"Halo Mr. Downey, perkenalkan nama saya Bellfia." kata Robert, di ucap ulang dengan Bellfia.
Bibir Robert membentuk senyuman indah di wajahnya, walaupun otaknya lelah tapi dia berhasil menciptakan sesuatu.
Merasa suntuk, dia memutuskan untuk minum kopi di depan rumahnya yang menuju pantai. Dia menyalakan cerutunya, perlahan dia menikmati rasa manis yang ditimbulkan oleh cerutunya.
————————————————————————
"Bella? Matikan dulu laptopnya." ujar Sofia.
Sedari tadi Bella terpaku kepada laptopnya, tidak tersentuh sedikitpun roti dan susu yang telah dibuat oleh Sofia. "Sayang makan dulu ya." bujuk Stan.
Bella mengangguk kemudian memakan rotinya, Sofia tersenyum gemas melihat tingkah puteri semata wayangnya.
"Mom? Boleh aku ke rumah ayah?" tanya Bella sembari melahap rotinya.
Sofia pun langsung melirik Stan, "Ayah sedang sibuk Bella, bagaimana jika kamu bermain sama daddy saja?" tanya Stan mencoba membujuk Bella yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
Bella menggelengkan kepalanya, dia tetap bersikeras untuk mengunjungi ayahnya. "Bella!" seru Sofia sedikit membentak.
Mata Stan melotot ke arah Sofia, Stan langsung menggenggam tangan mungil milik Bella. "Okay, daddy antar ya?" ujar Stan.
"Stan?!" tanya Sofia tidak percaya.
"Sudahlah, Bella kan ingin bertemu dengan ayahnya."
Sofia mengehela nafas, kemudian berjalan ke arah Bella. "Jangan nakal ya sayang." ujar Sofia mengecup kening Bella.
Selesai sarapan, Stan mengantarkan Bella ke rumah Robert. Sofia memakai setelan nya, hari ini dia ada meeting. Selama di perjalanan, dia selalu memikirkan Robert. Dia berusaha menolak pria itu dari otaknya, namun selalu gagal.
Melalui layar CCTV, Robert mendapati mobil Stan yang sudah parkir rapih di depan rumahnya.
Robert berjalan menaiki tangga menuju pintu depan rumahnya, Robert membukakan pintu, matanya terkejut melihat Bella yang sedang di gandeng oleh Stan.
"Halo cantik." Robert jongkok, dengan cepat Sofia berlari ke arahnya kemudian memeluk Robert.
"Aku ingin bermain denganmu." katanya polos.
Stan tersenyum melihat kehangatan di antara Robert dan Bella. "Okay, sekarang kamu masuk dulu ke dalam." Bellapun mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah.
"Hey Stan." sapa Robert ramah.
"Good to see you Rob." Stan menyapa balik.
"Terimakasih sudah mengantar Bella." kata Robert berterimakasih.
"No problem." balas Stan menggelengkan kepala.
"Tadinya Sofia tidak mengizinkan Bella menemuimu."
Robert terkekeh pelan, "Sudah pasti."
"Ok, aku pergi." pamit Stan membuka pintu mobilnya.
"Nanti aku saja yang antar Bella pulang."
Stan mengangguk setuju, kemudian menginjak gas mobilnya.
Robert kembali masuk ke dalam rumahnya, melihat Bella yang sibuk dengan laptopnya.
"Kau jauh-jauh datang kemari? Hanya untuk mengabaikanku dengan laptopmu itu?" sindir Robert.
"Maaf ayah, aku hanya membalas beberapa pesan dari temanku." jelas Bella.
Robert menggangguk, dia berjalan menuju dapur untuk membuatkan puteri semata wayangnya minuman. "Kau mau minum apa? Milkshake?"
Bella tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, "Aku mau kopi." Robert mengangkat alis kirinya, Bella baru saja berusia sebelas tahun namun sudah menyukai kopi.
"Just like your mother." kata Robert tertawa kecil.
"Jadi kau sudah punya pacar?" tanya Robert sembari menyuguhkan kopi.
Bella meraih cankir itu, kemudian menyeruputnya. "Its so bittersweet but i love it." puji Bella.
"Thanks honey."
Bella menggelengkan kepala, "Tidak, aku tidak mempunyai pacar." Robert memasang wajah kasihan, Bella mengernyitkan alisnya.
"Bukan aku yang seharusnya di kasihankan ayah!" sebalnya.
"Ok honey, im sorry."
"Ayah sendiri, apakah ayah sudah punya pacar?" tanya Bella.
Pertanyaan itu seperti menyetrum seluruh tubuh Robert, "Hmm." Robert bingung harus menjawab apa.
"Tidak, ayah tidak punya pacar." jawabnya singkat.
"Kenapa?"
"Aku hanya bisa mencintai dua wanita, kamu dan ibumu."
BAGAIMANA? Lanjut Tidak?
KOMEN + VOTE ya 🥰💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Without Time
Fanfiction{Robert Downey Jr} {Bahasa Indonesia} Robert Downey Jr, 2 times winning academy award for best director. Yang sekarang sedang mengalami penurunan dalam karirnya membuat cinema, apakah ia akan bertahan untuk selalu membuat karya seni?