"Apakah kau menyesal menikah denganku?" tanya Robert di sela makan malam.
Sofia mengelap daerah sekitar bibirnya menggunakan tisyu, kemudian meneguk winenya. "Aku menikah dengan pria tampan dan bertalenta, memiliki satu anak perempuan yang cantik dan baik hati. Tidak, tidak ada penyesalan." jawab Sofia jujur.
Mendengar hal itu, membuat Robert sedikit lega. "Kau sendiri?" Sofia bertanya balik.
"Iya, aku menyesal."
Sofia hanya tersenyum simpul lalu menganggukan kepala, "Aku menyesal tidak pernah menyisihkan waktuku untukmu. Sejak awal bertemu, aku berpikir'Dia gadis kaya raya yang bahagia' mana mau mengajakku berbicara. Nyatanya, kamu mempunyai hati yang sangat baik." Robert mengutarakan isi hatinya.
"Saat pertama melihatmu, aku tahu kau adalah jodohku. Kalau tidak percaya, tanya saja pada ayah."
Robert menyipitkan matanya sembari tertawa, "Benarkah?" tanyanya memastikan.
"Sungguh." jawabnya.
Rasanya senang sekali untuk Robert bisa bercengkrama, mengobrol dengan Sofia. Cinta dalam hidupnya. Robert menyentuh tangan kanan Sofia yang terletak diatas meja, "Maafkan aku."
Mata Sofia berkaca-kaca menahan agar air matanya tidak jatuh, "Aku tidak mengerti Robert. Apa maumu?" suaranya terdengar parau.
Robert mengejamkan matanya, wajahnya berusaha meyakinkan Sofia. "Aku ingin kau maafkan aku." tegasnya.
"Untuk apa?"
"Semuanya."
Sofia terdiam seribu bahasa, seketika ia teringat pertengkarannya malam itu bersama Robert dimana Robert menggugat untuk bercerai.
"Saat itu aku hanyalah pria dengan mimpi. Aku bermimpi untuk sukses lalu membahagiakan isteri dan anak-ku. Kau sungguh wanita yang paling aku cintai, aku bekerja tiada henti hanya untuk membahagiakan kalian. Sofia, kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya jika kau seorang suami yang mempunyai isteri cantik nan kaya raya." jelasnya panjang lebar.
Dia benar-benar merasa menyesal, menyiakan waktunya bersama Sofia dan Bella. Merasa gagal menjadi suami dan ayah.
"Sukses lalu membahagiakan isteri dan anak-ku." ucap Sofia mengulang perkataan Robert.
"Sepertinya kau terlalu fokus untuk sukses namun lupa untuk membahagiakan aku dan Bella." sambungnya.
Merasa tertampar dengan perkataan Sofia, "Benar. Sekarang semua itu sia-sia, kau pergi."
"Jika saat itu kau tidak minta, aku tidak akan pergi."
Mata cokelat gelap milik Robert menatap wajah murung Sofia, "Maafkan aku."
Sofia mengalihkan wajahnya, ia tidak ingin menatap wajah Robert. "Kurasa jika ini bisa menghibur, aku ingin kau tahu bahwa."
kepalanya menoleh, menatap langsung wajah Robert "Aku masih mencintaimu Robert."
"Dan akan selalu seperti itu."
————————————————————————
Bella terkejut melihat Robert di depan pintu, dia tidak menyangka moment seperti ini akan terjadi lagi. "Terima kasih untuk makan malamnya." kata Sofia berterima kasih.
Robert hanya menganggukan kepala, "Hey! Little princess." sapa Robert kepada putri kecilnya, ia berlutut kemudian memeluk tubuh mungil Bella. Bellapun merasa nyaman dipelukan ayahnya.
"I love you Bella."
"Love you too dad."
Sofia hanya tersenyum menahan tangis, dua manusia yang sangat ia cintai. Walaupun mereka tidak tinggal satu atap, Sofia masih merasakan rasa cinta di rumah yang sangat luas ini.
Robert melepaskan pelukannya, lalu mendaratkan kecupan di kening Bella. Ia berdiri kemudian memeluk Sofia, sontak Sofia terkejut dengan pelukan Robert. "I'll fix what i've broken." bisiknya di telinga Sofia.
Bella tersenyum manis, Sofia meneguk leduhnya. "Goodnight my love of my life." salam Robert kepada Sofia dan Bella.
Mobilnya melaju pelan, kali ini dia tidak mengebut. Ia ingin menikmati angin malam California. Robert melirik kaca spion mobilnya kemudian tersenyum bahagia.
"I'll get you back."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Without Time
Fanfiction{Robert Downey Jr} {Bahasa Indonesia} Robert Downey Jr, 2 times winning academy award for best director. Yang sekarang sedang mengalami penurunan dalam karirnya membuat cinema, apakah ia akan bertahan untuk selalu membuat karya seni?