Cold

373 37 22
                                    

Aku haus
Haus kasih sayang
Perhatiannya sulit kugenggam seperti air
Mencintai dan menyayangi satu arah nyatanya sulit! Percayalah
.
.
.
.
.

Pagi kali ini ditemani rintik hujan menghantarkan suasana dingin yang semakain dingin tepat pukul 05.00 Kst. Disaat yang lain masih bergelung mencari kehangatan dibawah selimut gadis manis itu sudah mulai sibuk akan pekerjaannya.

Dengan cekatan bocah yang tahun ini masuk sebagai salah satu siswi JHS itu membersihkan seluruh sudut ruangan mulai dari mengelap kaca dari debu, menyapu, mengepel hingga mencuci baju.

Setelah selesai dengan bersih rumah. Tangan kecilnya dengan terampil mengolah makanan untuk sarapan Eomma dan para Oppanya. Meski ia baru akan berumur 12 tahun di oktober mendatang, gadis itu nampak akrab dengan peralatan dapur. Ia dituntut mandiri sedari dulu.

Kim Suzy nama gadis dengan mata bulan sabit,dan gigi kelinci mungil, serta pipi mochi yang penuh nan lembut dan jangan lupakan surai madunya sungguh terlalu manis untuk seukuran bocah JHS.

Hidupnya sedikit berbeda untuk anak seusianya. Ia harus merasakan dinginnya sikap sang Eomma dan para Oppanya. Bocah manis itu bahkan tak pernah merasakan sentuhan kasih sayang seorang Eomma atau pun perhatian ke tiga Oppa sedari kecil, ia pun masih bertanya-tanya sampai saat ini mengapa ia dibedakan. Tapi baginya itu bukan hal yang terlalu buruk. Ia sudah mengerti rasa sakit hati namun bocah polos itu terlalu naif. Baginya dapat hidup satu atap dan melihat senyum keluarganya pun ia sudah sangat bersyukur.

Hari ini hari minggu waktu yang sangat ditunggu bagi semua karna bisa dibilang weekend adalah hari pelepas lelah setelah seminggu penuh beraktivitas. Banyak orang yang menggunakan hari minggu untuk bermalas-malasan kecuali Suzy mungkin.

Setelah berperang dengan pisau dan teman-temannya terciptalah berbagai hidangan yang sungguh menggugah selera. Suzy kecil yang melihatnya pun tergiur perutnya tak bisa dibohongi ia minta diisi. Namun pantang baginya menyuapkan sepucuk nasi sebelum keluarga tercintanya makan. Sebelum khilaf, akhirnya ia berinisiatif untuk memanggil Eomma dan ketiga Oppanya untuk menikmati sarapan.

Suzy mengetuk pintu kayu berwarna dark brown itu perlahan. Memanggil lembut sang Eomma tersayang. "Eomma irona sarapannya sudah siap." Ia tersenyum saat sesosok wanita paruh baya keluar ditatapnya lembut wanita dihadapannya dengan senyum kecilnya.

"Pergilah cepat bangunkan yang lain." Suara datar sarat akan perintah yang dilontarkan Ny. Kim Yoora seorang orangtua tunggal dengan 4 orang anak mengalun ditelinga Suzy.

Dengan semangat Suzy mengangguk cepat "Baik Eomma aku akan memangunkan para Oppadeul." Suzy membungkuk sebelum benar-benar pergi dari hadapan sang Eomma.

Semua Oppanya telah Suzy bangunkan. Ketiganya kini tengah menyusul sang Eomma yang sudah terlebih dahulu berada di meja makan. Sedangkan Suzy kini tengah membereskan seluruh kamar dengan cepat terampil.

Dari sudut kecil dilantai atas Suzy bisa melihat keluarganya makan bersama dengan diselingi obrolan ringan dan canda tawa yang terkesan hangat. Senyumnya mengembang menampakan gigi kelinci mungilnya mendengarkan lelucon receh yang dilontarkan Oppa bungsunya.

Tiba-tiba perutnya berbunyi nyaring. Ia mengalihkan fokus ke perut kecilnya. Diusapnya perlahan dengan gerakan naik turun.

"Hei perut baik sabarlah sebentar lagi mereka selesai, jangan berisik dulu arraseo. Suzy mencoba bernegosiasi dengan sang perut meski semua tau itu hal yang sia-sia. Setelah selesai bermonolog, kembali lagi netra bersih itu memantau keharmonisan dibawah, hingga seperkian detik matanya bertubrukan dengan iris dingin salah satu pria bermarga Kim dibawah sana. Sontak Suzy menunduk menyembunyikan wajah cantiknya dan berlari menjauhi tempatnya tadi, kemudian dengan cepat bersembunyi dibalik almari besar.

Suzy bukan takut akan tatapan tersebut, itu sudah biasa baginya. Yang ia takutkan adalah merusak pagi yang indah dan selera makan keluarga kecilnya.

Ia duduk meringkuk dalam diam. Setelah beberapa menit berlalu suara riuh obrolan tadi sudah tak terdengar lagi. Suzy menyimpulkan semua telah usai sarapan. Dengan langkah perlahan ia coba melihat situasi. Dan feelingnya benar, ternyata semuanya telah meninggalkan meja makan.

Tungkainya bergegas turun. Matanya memindai apa saja yang dapat ia makan. Suzy sudah dalam lapar akut, maklum saja semalam ia tak makan karena dihukum akibat memecahkan koleksi vas sang Eomma.

Disisi lain ternyata ada seorang pria dengan wajah tampan dan mata tajam sedang memperhatikan dengan tatapan datar gerak-gerik sang gadis manis itu.

Ia melihat Suzy menilik lauk-pauk yang bocah itu masak tadi habis tak tersisa begitupun dengan nasinya. Dahinya mengernyit menunggu apalagi yang akan Suzy lakukan.

Entah mengapa ia tertarik akan kegiatan sang adik. Ia menajamkan telinga mendengar Suzy sayup-sayup bermonolog "Aku bahagia karna masakan ini habis dengan begitu berarti semua suka pada masakanku. Tapi masalahnya aku sangat lapar kali ini, ahh aku makan saja itu semua. Aku memang Suzy yang cerdas." Dengan kekehan diakhir kalimatnya.

Diperhatikannya kembali apa kali ini yang akan dilakukan dilihatnya Suzy tersenyum lebar dan mengumpulakan sisa-sisa makanan yang ada dipiring lalu dijadikan menjadi satu yang kemudian dimakan dengan lahap.

Wajah tampannya sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Suzy. Jauh dihatinya yang paling dalam ia merasakan rasa aneh merujuk ke sesak dengan apa yang ia lihat. Adik kecilnya makan makanan bekas.

Mulut kecil Suzy penuh menggembung lucu, kakinya yang di ayunkan keatas kebawahpun tak luput dari pandangan pria tampan itu. Beberapa detik kemudian pria yang Suzy panggil dengan sebutan Oppa itu  menggeleng mencoba menepis perasaan aneh yang ia rasakan tadi.

Kakinya melangkah menuju pintu utama yang melewati meja makan. Suzy yang menyadari sosok sang Oppa sejenak menghentikan aktivitas makanya kemudian turun dari kursi. Ia membungkuk dalam menyapa sang Oppa "Anyeong  Taehyungie Oppa, apa kau mau keluar lari pagi? ". Suzy bertanya dengan antusias tak lupa dengan senyum manisnya yang tak pernah luntur itu.

Namun yang disapa tak menggubris, Suzy seperti kasat mata baginya. Ia hanya berlalu dengan santai memasukan kedua tangannya kedalam kantung celana yang ia kenakan. Tak lupa wajah wajah dingin yang ia pasang angkuh.

Kembali Suzy tarik sedikit paksa bibirnya menjadi cekungan samar, kemudian kembali bersuara "Oppa hati-hati ne tadikan habis hujan pasti jalanan licin jangan lupa rapatkan jaketmu diluar pasti sangat dingin." Suzy seperti berbicara dengan angin hanya satu arah tanpa balasan. Ia hanya bisa memandangi punggung tegap itu yang berlalu semakin jauh.
    

                                    TBC

Hallo semua aku lagi sok yes nih buat ff segala😂. Btw ini tulisan pertama aku, sebelumnya aku ga pernah coba-coba nulis apapun bentuknya karna emg ga hobi nulis, pernah sih waktu sd dulu buat cerpen ala bocah yang judulnya pasti berlibur kerumah nenek wkwkwk.

Aku nulis ini nih cuma iseng-iseng aja karna terlalu pusing mikirin akibat corona yang ga udah-udah bikin semuanya jadi terhambat😭 dari pada stres kan ya jadilah aku tuangkan ke ff aneh ini, so aku minta maaf kalo tulisannya amburadul dan ganyambung. Semoga kalian terhibur ya sama tulisan abal-abal ini.

Kritik dan saran sangat aku tunggu banget. Anyeong(づ ̄ ³ ̄)づ

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang