Tears

256 35 40
                                    

Ada alasan bagi tiap tetes yang jatuh
Kebahagiaan atau kesedihan
Semua punya cerita yang melatarbelakanginya
.


.
.
.
.

Seorang pria tampan tengah asik melahap makanannya dengan rakus terlihat noda saus yang mewarnai sisi kanan dan kiri bibir tebalnya, pipi lembut itu menggembung lucu mengunyah roti berlapis kegemarannya.

Napsu makan yang besar, kontras sekali dengan tubuhnya yang mungil. Ini sudah roti keempat yang akan ia makan namun baru akan menyuap, netranya dengan cepat menangkap sesuatu. Ia memfokuskan pandangannya pada sebuah objek yang memang sedari tadi ia tunggu kedatangannya.

"Yakk alien disini! Aku disini, kemarilah palli!"

Seorang pemuda tampan lain ikut bergabung dengannya, rambut hitamnya terlihat tak beraturan sedikit menghalangi wajahnya, ia melakukan hair split guna sedikit merapihkannya lalu kemudian tanpa permisi menegak soft drink kepunyaan pria bermarga Park dihadapannya.

Pemuda Park itu mendengus kala minumannya tandas oleh sahabatnya itu. "Kau kan kaya belilah minuman sediri, dan lagi aku sudah menunggumu lama disini sampai aku jamuran. Belum lagi banyak wanita yang selalu menggodaku, aku kan jadi risih."

Lawan bicaranya hanya terkekeh menampilkan box smilenya atas celotehan itu, tanpa memberikan pembelaan atau alasan bagi dirinya. Keadaan menjadi hening  sejenak, karena keduanya sibuk akan kegiatannya masing-masing. Hingga seperkian sekon pemuda mungil itu memecah keheningan.

"Hari ini jadi kan Tae kita berlatih dancenya? Awas saja kalau tidak jadi seperti kemarin akan ku cincang kebanggaanmu"

Taehyung hanya tersenyum tipis lalu kemudian mengangguk mengiya kan perkataan sahabatnya tersebut. "Aigo kau ganas sekali. Tenang saja Chim, kali ini aku tak akan membolos lagi. Buktinya aku sudah disini menemuimu."

"Jimin panggil aku Jimin dasar alien panggilanmu sungguh tak elit merujuk ke menjijikan iewhh. Baiklah nanti aku akan menghubungi Hobie Hyung juga." Jawab Park Jimin seraya mengeluarkan benda canggih berbentuk persegi panjang dari saku celananya.

Lagi-lagi hening, tidak seperti biasanya Taehyung banyak diam hari ini, biasanya pemuda Kim itu selalu bertingkah aneh layaknya alien jika dikampus, Jimin melirik Taehyung yang kedapatan tengah melamunkan sesuatu. Dirinya berinisiatif untuk membuka obrolan kembali.

Jimin meletakkan ponsel berlogo buah apel tergigit itu diatas meja kemudian mencoba mendapatankan atensi sang sahabat "Tae mengapa wajahmu kelihatan kusut sekali? Habis putus cinta eoh?"

Sang empu hanya menghela napasnya, kembali tersenyum tipis dan menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan sang sahabat karibnya itu. Hari ini rasanya enggan sekali untuk banyak bicara.

"Oh iya Tae kau ingat bocah kecil yang waktu itu aku ceritakan? Ternyata Mommy juga bertemu dengannya bahkan sudah menganggapnya seperti putri kecilnya. Lain kali kau harus bertemu dengannya ia sangat lucu sekali. Apalagi gigi kelincinya sungguh membuatku gemas"

Berhasil akhirnya Jimin mendapatkan atensi Taehyung, dilihat dari Taehyung yang bereaksi menegakan badanya lalu mendengarkan lamat cerita Jimin.

"Kau kan suka anak kecil, pasti kau akan langsung menyayangi gadis manis itu saat melihatnya dia sangat polos dan baik Tae" Pemuda Park itu tersenyum hingga kedua matanya menyipit bak bulan sabit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang