Back

159 31 24
                                    

Katanya rumah adalah tempat kembali untuk pulang
Tapi bagaimana jika yang tidak memiliki rumah?
Kemanakah ia akan kembali?
.
.
.
.
.

Untuk menjadi seorang orang tua memang tidak ada sekolahnya, banyak ragam cara mendidik anak, mulai dengan cara lembut bahkan sampai dengan cara yang kasar.

Terkadang beberapa anak bahkan tertekan akan maksud baik orang tua dengan penyampaian yang salah. Selalu dibandingkan, dimarah untuk hal-hal kecil, dipukul jika salah, dikekang atau overprotective dan masih banyak lagi.

Hal tersebut jelas menimbulkan salah pengertian dan bisa jadi diasumsikan sebagai "Rasa tidak sayang." Semuanya punya sisi yang berbeda. Para orang tua bilang ini demi kebaikan sang buah hati namun sang putra-putri bilang mereka tidak menyayangiku.

Orang tua bukanlah Malaikat yang tak pernah salah. Banyak orang tua yang tidak mau mengakui kesalahannya terhadap sang anak, dengan alibi gengsi atau tak ada namanya orang tua yang salah.

Padahal jika ditilik lebih jauh orang tua pun juga manusia, masih bisa melakukan kesalahan terlebih pada anak. Meminta maaf pada orang tua itu wajib hukumnya, namun melihat orang tua yang mengakui akan kesalahannya sungguh menunjukan begitu sempurnanya ia menjadi seorang orang tua.

Suzy menunggu akan hal itu, menunggu hangat peluk sang Eomma dan Oppa yang kemudian membisikan "Mian, mianhae kami salah, kami sangat menyayangimu Zy-ah mari kita buka lembaran baru dan menjadi keluarga kecil yang bahagia"

Bolehkah ia berandai juga berharap? Meski kadang tubuh kecilnya sungguh lelah akan penantian yang cukup lama, namun dirinya tetap berjuang menanti saat-saat indah tersebut.

Onixnya kini tengah menatap beberapa Chef khusus yang berlalu lalang sibuk akan masakannya dan juga pelayan tambahan yang didatangkan untuk menjamu tamu penting diacara malam ini.

Beruntung bagi Suzy berkat acara makan malam para investor butik fashion international milik sang Eommanya itu, kini dirinya dapat sedikit meluruskan punggungnya.

Karna melihat pekerjaan yang biasanya ia lakukan sudah ada yang menangani, Suzy memutuskan melangkah menuju kamar sempitnya.

Tak ada tugas sekolah kali ini, ia bingung ingin melakukan apa. Gadis manis itu tak mempunyai barang apapun untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Jangankan handphone, boneka ataupu mainan sekecil apapun itu Suzy tak memilikinya.

Suzy hanya berbaring berdiam diri dikasur tipisnya, masih terlalu sore untuk tidur pikirnya. Sempat terbesit ingin bermain bersama Oppanya namun ia cepat-cepat mengalihkan pikiran bodohnya itu.

Untuk melihat saja enggan apalagi bermain bersama. Sungguh mustahil sekali baginya. Bukannya bermain dan bermanja justru caci makilah yang pasti yang ia dapatkan.

Pikiran-pikiran kusutnya mendadak buyar akibat suara gebrakan pintu yang terbuka lebar. Ia melihat sang Eomma memandang tajam kerahnya.

Suzy otomatis berdiri dan membungkuk dalam dihadapan sang Eomma. Dalam hatinya gusar bertanya apakah ia telah melakukan kesalahan hingga Eommanya harus repot datang ke kamar pengapnya ini.

"Pergilah keluar sekarang dan jangan pulang sebelum pukul sebelas. Aku tak ingin ada yang mengetahui keberadaanmu di rumah ini." Perintah Ny. Kim mutlak.

Suzy mendongak menatap takpercaya tepat pada manik lawan bicaranya. "Aku harus pergi kemana Eomma sebentar lagi menjelang malam. Aku tak memiliki kenalan dekat untuk tempatku singgah."

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang