Sorry

158 27 34
                                    

Menyesal tak ada gunanya
Maaf pun tak merubah keadaan
Berdamai dengan keadaan mungkin pilihannya
.
.
.
.
.

Keriput halus desekitar wajahnya tak mengurangi kadar ketampanan pria berkepala empat tersebut. Netra teduhnya memandang kosong ribuan bintang berkelip nan elok, menerawang jauh berharap terlempar kembali kemasalalu.

Kilasan lampau kembali menumpukan rasa bersalah yang kian menggunung. Menjadi sosok bajingan pada masa mudanya adalah hal yang teramat ia sesalkan.

Kata andai saja rasanya sudah ratusan kali terucap dibenaknya. Gejolak amarah dan keegoisan jiwa muda nampaknya memberikan dampak yang begitu besar menyakiti pihak lain.

Hingga usapan hangat sang istri dibahu kirinya sejenak memutuskan pikirannya yang berkelana. "Ada apa hm? Kau mimpi buruk lagi?"

"Apa dia akan memaafkan ku? Aku merusaknya, menghancurkan istana indahnya lalu meninggalkannya begitu saja." Pria paruh baya tersebut berbicara tanpa mengalihkan pandangannya.

Dirinya menghela napas sejenak lalu kembali membuka suaranya "Mengapa aku begitu egois dulu, harusnya aku memahami dan merelakannya, ia sudah menemukan bahagianya sendiri"

Sang istri tersenyum sendu melihat beban berat dipundak sang suami yang tak kasat mata. Ia sangat paham masalalu kelam sang suami, saat awal memang dirinya sempat terkejut atas kejujuran tersebut.

Namun wanita paruh baya itu mulai menyadari sang suami sesungguhnya tak seburuk itu, setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan sang suami telah menyesali perbuatannya. Bukankah memang benar adanya tiada manusia yang sempurna.

Ia tak bisa menghakiminya, terlepas dari apa yang terjadi dahulu dirinya pun tau suaminya adalah pria baik, jika tidak mana mau seorang pria kaya raya menerimanya dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus meski ia hanyalah seorang wanita miskin dengan status single parent.

Seharusnya ia bisa mendapatkan yang lebih baik daripadanya namun sang suami dengan ikhlas merengkuhnya dari jurang penderitaan.

🌾🌾🌾

Park Hanna hanya tersenyum melihat putera semata wayangnya menggerutu lucu seraya menata makanan ringan dan soft drink di tengah karpet yang telah tergelar rapih dibawah pohon rindang pinggir taman.

Butuh tenaga ekstra nyatanya untuk menyeret sang buah hati agar mau menemaninya piknik. Tangan halusnya kini terulur menuju pucuk kepala pemuda tampan tersebut memberikan pengertian kembali padanya.

"Kau tau kan sayang Daddymu itu sangat sibuk jadi tak bisa selalu menemani Mommy, apa anak manis ini tega jika Mommynya yang sudah tua ini harus pergi-pergi sendiri." Ny. Park membuka suaranya.

Yang diajak bicara hanya mendengus kecil menyangkal perkataan Mommynya "Aku sudah besar Mom, jangan panggil aku manis aku ini tampan dan berabs para wanita banyak yang tergila-gila padaku dan lagi Mommy itu tidak tua, bahkan Selena Gomezpun kalah cantik dari Mommy."

Ny. Park hanya terkekeh atas penuturan sang putera yang nyeleneh itu "Aigo kau bahkan mirip anak ayam mana ada wanita yang menggilai pria semacam ini dan juga jika kau bilang Mommymu ini lebih cantik dari Selena-selena itu pastilah Blackpink akan berkolaborasi dengan Mommy bukan dengan wanita luar negeri itu."

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang