Sebelumnya Moon mau minta maaf karena tidak update beberapa minggu, Moon sedang disibukan dengan ospek dan pindahan rumah dan memutuskan untuk mulai menulis saat kondisi sudah kembali efektif untuk menulis. Mohon pengertiannyaa <3
.
.
(di sarankan sambil mendengar)
.
.
Nana menutup matanya, semalam dia tidak bisa tidur karena harus menunggu ibunya pulang ke rumah lewat tengah malam. Matanya menghitam karena akhir-akhir ini dia tidak bisa tidur dengan tenang, di tambah kenyataan kalau dia selalu sendiri membuatnya makin tidak nyaman.
Biasanya Nana akan pergi ke diskotik saat menjelang malam, sekedar menghilangkan rasa sepinya, tapi kejadian yang akhir-akhir ini di alami anak kelasnya membuatnya enggan pergi kemana-mana.
"Na?"
Nana mendongak, menatap Fani yang terlihat sama berantakannya dengan dia. Dengan kantung mata yang sama menghitamnya, hanya saja Fani terlihat sedikit lebih pucat.
"Gak tidur juga, Fan?" Tanya Nana dengan kikikan kecil.
"Lo juga?" Fani terlihat terkejut, membuat Nana mengernyit bingung. Tidak aneh jika Nana tidak tidur di malam hari, semua anak kelasnya tahu itu. Tapi Fani bereaksi seolah-olah Nana baru saja mengalami sesuatu yang buruk.
"Iya? Kenapa sih? Kan gue emang biasanya juga tidur di kelas." Nana menepuk pundak Fani dan tertawa dengan garing, berusaha mencairkan suasana yang canggung di antara mereka.
Nana dan Fani adalah sebuah kombinasi bertolak belakang, tidak banyak interaksi di antara mereka berdua sejak pertama kelas ini dibentuk. Nana dan Fani bagaikan Yin dan Yang, bumi dan langit, dimana Nana selalu menjadi contoh gelapnya dan Fani adalah contoh terangnya.
Dalam daftar pertemanan Nana, Fani adalah orang paling akhir yang akan dia ajak bicara, tapi sialnya, pagi ini Nana menemukan Dimas sudah menempelkan nomor absennya di samping meja dengan nomor absen milik Fani.
"Ah? Gak apa, hehe." Fani menggeleng sambil tertawa canggung, sebelum akhirnya kembali mencatat perkataan guru yang ada di depannya.
Bukannya Nana tidak menyadari lirikan mata Fani sejak tadi, Nana sangat sadar Fani bertingkah aneh sejak dia datang hari ini. Sesekali dia melirik Udin dengan pandangan curiga, dan melirik ke arah Dimas dengan pandangan yang dia berikan kepada Nana barusan.
Omong-omong soal Dimas, dia juga terlihat sama kacaunya dengan Fani. Apa sesuatu terjadi di antara mereka berdua?
Nana menggelengkan kepala, berusaha tidak peduli. Mungkin semua orang yang menjuluki diri mereka indigo memiliki masa-masa seperti Fani, entahlah, siapa Nana untuk mencoba mengerti?
Kriiiing
Robi terlonjak kaget saat mendengar suara bel sekolah sudah berdering. Pikirannya melayang tentang hari ini sejak tadi. Hari kamis, malam jumat, misi pertama mereka.
Robi melirik dari ujung matanya, Dimas berbincang dengan guru matematika mereka dan mengantarnya sampai pintu kelas. Sebelum akhirnya berbalik dan menutup serta mengunci pintu kelas tersebut, tidak mengharapkan adanya gangguan dari manapun untuk kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Yang Kesurupan?
HorrorMind to play a game? Sekolah ini memang angker, dan kabarnya kutukan 15 tahun itu akan segera tiba. Kali ini targetnya adalah 11 IPA 6, tempat anak-anak bakat berada. Jalani misinya! Ikuti perintahnya! Pengalaman terror yang menegangkan menanti mer...