Trough The Night

86 21 14
                                    


     Robi menyalakan mesin mobilnya, di liriknya pintu rumah Om Adnan yang baru saja dia kunjungi. Menghela nafas berat, Robi memijat pangkal hidungnya. Kemarin, Dimas dengan seenak jidat dan gilanya mengusulkan mereka untuk menggeledah bangunan lama. Yang kalau di lihat dari jauh pun membuat setiap murid yang ada di SMA 100 bergidik ngeri.

     Dimas bertingkah aneh, sebelumnya dia melarang mereka semua untuk mendekati bangunan lama, seolah-olah dia tahu betul apa isi bangunan lama. Keesokan harinya dia malah membuat rencana konyol yang bisa saja membahayakan semua orang.

"Apa gue salah percaya orang ya?" Robi bergumam. Kuku di jempolnya sudah habis dia gigiti, kebiasaannya untuk menggigit jari setiap gugup.

     Tapi ada satu lagi yang Robi anggap sangat aneh.

     Om Adnan.

     Om Adnan bertingkah sangat aneh di mata Robi. Satu-satunya orang dewasa yang dia percaya kini malah membuatnya menaruh curiga.

     Robi datang ke rumah Om Adnan dengan niat mencari informasi mengenai bangunan lama, dan seolah-olah tutup mata dan telinga, Om Adnan tidak mau tahu dan tidak mau menanyakan untuk apa informasi tersebut. Bukan apa, Om Adnan adalah orang yang sangat pintar, tidak mungkin dia tidak bisa menyimpulkan kalau Robi akan melakukan hal gila. Dan Om Adnan yang Robi kenal adalah orang yang sangat peka dan perhatian, Om Adnan yang biasa pasti akan melarang Robi dan teman-temannya pergi ke sana.

     Seolah-olah..... Om Adnan sengaja ingin memanfaatkan mereka.

"Om kasih tahu kamu soal ini, karena Om gak mau ada kejadian seperti ini lagi."

     Robi tiba-tiba teringat perkataan Om Adnan beberapa hari yang lalu. Robi jadi ragu, sebenarnya, di pihak mana Om Adnan berada?

Wush

     Robi bergidik, hari sudah semakin malam dan tiba-tiba lehernya terasa dingin. Untuk sekarang, Robi akan membiarkan Om Adnan untuk saat ini saja.

     Adnan menutup tirai kamarnya saat melihat mobil Robi yang sudah menjauh dari pekarangan rumahnya, diliriknya istri dan anak-anaknya yang sedang bermain di ruang tengah dari celah pintu yang terbuka.

     Dial telpon terdengar dari ponsel yang sedang dia genggam di dekat telinganya.

     Dengan cekatan dia nyalakan kran dari kamar mandi di dalam kamarnya, membuat suara bising yang dapat mengalihkan pendengaran keluarganya.

"Halo, Adnan?" Adnan menghembuskan nafas lega saat mendengar jawaban dari sebrang sana.

     Dengan lemas dia duduk di pinggir ranjang, menarik nafas karena entah kenapa dadanya terasa sesak.

"Sebentar lagi, semuanya selesai." Ucapnya sebelum mematikan ponsel tersebut.

~

Tring!

Tring!

Tring!

     Fani dengan berat hati mengambil ponselnya yang terus saja bergetar, badannya sudah sangat lemas sejak melihat pesan singkat dari Dimas di group chat kelas.

"Malam Jumat, kita geledah"

     Begitu kira-kira isi pesan yang Dimas sampaikan.

     Malam Jumat dan bangunan lama adalah kombinasi tergila yang bisa Fani bayangkan. Dimas bertingkah sangat gegabah menurutnya.

Tring!

     Lagi-lagi ponselnya berbunyi. Anak kelas yang lain dengan sangat antusias membicarakan tentang yang mereka sebut 'Misi Malam Jumat' itu dengan semangat. Fani membuka lockscreen ponselnya, kemudian membuka group chat satu-satunya di chatlist, karena Dimas benar-benar memeriksa handphone mereka setiap hari.

Siapa Yang Kesurupan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang