Bab 1

6.2K 557 7
                                    


Sakura menghela napas kasar, hari ini dia akan menyatakan perasaannya pada seseorang, bahkan ini adalah pernyataan cinta yang kedua. Pertama kali dia menyatakan cinta, pemuda itu mengacuhkannya dan pergi begitu saja.

"Semoga kali ini aku bisa lega," ujarnya melihat sekitar, tadi malam dia sudah berbicara tentang ini pada kakaknya, Karin.

Dia bilang tidak ada salahnya Sakura mengulang kembali pernyataan cintanya, mana tahu pemuda itu akan menerima.

"Ada apa?" Suara seseorang membuat Sakura mendongak, dibawah sinar senja sosok itu terlihat lebih mempesona.

"Aku ... aku hanya ingin mengatakan perasaanku."

"Kau tuli? Aku tidak menyukai mu."

"Bagaimana kalau kau berusaha menyukai diriku terlebih dahulu?" tawar Sakura saat sosok itu ingin pergi.

"Tidak, itu hanya membuang waktuku."

"Sasuke aku mohon ...," lirih Sakura.

"Tidak."

Sakura menundukkan kepalanya ketika menerima penolakan dari Sasuke, entah kenapa rasanya sangat sulit menggapai pemuda tampan nan dingin itu.

Cahaya senja semakin berubah warna, langit mulai menggelap dan matahari mulai tenggelam.

"Terimakasih atas waktunya," ucap Sakura, gadis itu membungkukkan badan kemudian pergi dari sana.

"Sakura, kau memang menyebalkan." Sasuke tersenyum miring ketika melihat tubuh Sakura yang menegang kemudian melanjutkan ucapannya, "Terimakasih sudah mencintaiku."

Gadis musim semi itu menatap bayangan dirinya, perlahan air mata menetes dari maniknya.

"Baka!" ujar Sasuke, pemuda itu berjalan mendekati Sakura. Dia berdiri dihadapan gadis yang menundukkan kepalanya itu, perlahan tangannya mengangkat dagu Sakura agar mereka bisa saling bertatapan.

"Kau menyebalkan." Sasuke mengetuk jidat Sakura menggunakan jarinya, gadis musim semi itu terkejut bukan main.

Sasuke tersenyum tipis kemudian pergi dari sana meninggalkan Sakura yang masih terpana.

"Apa maksudnya?"

*****

Suasana makan malam di keluarga Uchiha begitu tenang, karna sang kepala keluarga melarang untuk berbicara ketika makan.

Sasuke meletakkan sendok nya, pemuda itu berdiri dari duduknya. Akan tetapi tertahan ketika terdengar suara Ayahnya.

"Sasuke."

"Hn."

"Duduklah kembali, ada sesuatu yang ingin ku katakan." Perintah Fugaku yang membuat Sasuke duduk kembali di kursi nya.

"Itachi, bagaimana dengan perusahaan yang kau urus?" tanyanya basa-basi.

"Kondisi semuanya sudah aman Ayah," jawab putra sulung Uchiha yang bernama, Itachi.

"Ayah ingin mengatakan sesuatu yang penting untuk kalian berdua, terutama dirimu Sasuke."

Sasuke yang merasa terpanggil menatap Ayahnya, "Ada apa, Ayah?"

"Aku akan segera menikah kan dirimu dengan anak sahabatku dulu," ucap Fugaku santai.

Wajah Sasuke terlihat datar, akan tetapi rahangnya terlihat mengeras mendengar ucapan sang ayah, dia mengambil napas pelan, "Kenapa harus aku? Ayah tau bukan, kalau aku mencintai seseorang."

"Hanya kau yang bisa, aku sangat mengharapkan Itachi untuk mengurus perusahan, dan itu akan memakan waktu yang banyak."

"Ayah bilang saja kalau aku tidak bisa seperti Itachi."

"Sasuke jaga omonganmu!" bentak Fugaku menggebrak meja, lelaki paruh baya itu menatap anaknya bengis.

"Terserah."

"Pernikahanmu akan diadakan satu minggu lagi dan aku anggap kau setuju." Fugaku bangkit dari duduknya, dia meninggalkan ruang makan yang terdiam seketika.

"Ibu?"

"Turuti saja permintaan ayahmu, nak."

"Bagaimana ...."

"Itu juga demi kebaikanmu," potong Mikoto cepat wanita itu menatap anak bungsunya sebentar kemudian beranjak pergi.

"Aku benci kalian!"

*****

Sakura menyembunyikan wajahnya dibawah bantal, dia menangis lagi malam ini. Suara pintu yang terbuka tidak merubah posisinya.

"Sakura?" tanya Karin, gadis itu memegang punggung Sakura yang bergetar.

"Aku ditolak lagi," ucap Sakura sayup karna suaranya yang teredam oleh bantal.

"Jangan menangis, masih banyak pemuda lain diluar sana. Jika dia berjodoh denganmu, pasti kalian akan bersatu," bujuk Karin.

Gadis musim semi itu mengangkat kepalanya, dia menatap Karin kemudian mendengus, "Kau berkata begitu karna dirimu akan menikah bukan?"

"Ayolah jangan begitu. Aku menyetujui pernikahan itu demi Ayah dan Ibu."

"Kakak kenapa tidak menolak saja? Apa yang akan terjadi jika kakak tidak mencintai orang itu?"

"Aku tidak bisa, senyum Ayah dan Ibu lebih penting dari itu."

"Hah ... Kau sangat baik kak," ujar Sakura, gadis itu mendekati tubuh Karin kemudian memeluknya.

"Jangan menangis lagi, oke?"

"Hm."

"Senyum adalah pesonamu, melihat dirimu yang terlarut dalam kesedihan membuat kau terlihat aneh Sakura."







*****

Bersambung.

Sudden Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang