Bab 5

4.6K 530 27
                                    

Sakura menatap wajah pemuda yang sudah sah menjadi suaminya dengan ringisan, beberapa kali Sasuke merintih kesakitan ketika mencoba untuk tersenyum ke arah para tamu yang datang untuk bersalaman.

Setelah kejadian di mana Kisazhi memukul Sasuke, Uchiha Fugaku langsung saja mengambil keputusan untuk menikahkan Sakura dan Sasuke hari ini juga, semuanya tampak baik-baik saja sekarang. Bahkan tamu undangan yang tadinya memenuhi ruangan sudah keluar satu persatu.

Sejak tadi Mebuki enggan melihat Sakura, padahal gadis berambut merah muda itu sangat ingin mengatakan bahwa yang diucapkan kakaknya tadi hanyalah kebohongan belaka.

"Maafkan aku Sakura," ujar Karin memandang wajah penuh riasan adiknya dengan sedih, dia baru saja ingin memeluk tubuh kecil itu akan tetapi terhenti ketika Sakura mundur perlahan.

"Jangan dekati aku!" tolak gadis bersurai merah muda itu datar, dia sangat marah dengan Karin sekarang.

Karin tersenyum pilu, "Semoga bahagia Sakura. Aku tahu ini cara yang salah akan tetapi hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu. Kamu boleh marah tapi ingat bahwa aku akan selalu ada untukmu." Karin pergi setelah mengatakan hal itu.

Sedangkan Sakura tampak membuang muka, dia tidak ingin melihat wajah Karin sekarang juga. Hatinya terlanjur sakit ketika kakaknya itu menuduh hal yang tidak-tidak, bahkan Sasuke juga ikut terkena dampaknya.

Keluarga Haruno tampak ingin berpamitan dengan Fugaku dan Mikoto, Sakura yang melihat hal itu langsung saja berlari ke arah sang Ibu. Sejak tadi wanita yang ia sayangi itu tak lagi melirik dirinya, "Ibu!"

"Berhenti di sana! Jangan mendekatiku!" ujar Mebuki menghentikan pergerakan Sakura, gadis itu tampak tak peduli dan masih berlari kemudian bersimpuh di kaki sang Ibu.

Air mata menetes keluar tanpa di perintah, "Ibu ... ini hanya salah paham. Dengarkan Sakura kali ini Ibu."

"Jangan membuatku melakukan tindakan kasar Sakura, lepaskan kakiku sekarang juga!"

Tubuh gadis bersurai merah muda itu kembali berdiri ketika ada tangan kokoh yang membuat ia tegak, Itachi mencoba menahan agar Sakura tak berlari mengikuti sang Ibu yang sudah keluar dari kediaman Uchiha.

"Jaga istrimu Sasuke." Itachi yang tadinya memegang Sakura membiarkan Sasuke yang mengambil alih, pemuda berambut hitam panjang tersebut menoleh menatap sang adik yang masih berdiam diri.

Fugaku dan Mikoto tampak tak peduli, kedua paruh baya tersebut membalikkan badan dan masuk ke kamar mereka. Begitupun dengan Itachi yang mengikuti dari belakang.

Keadaan kediaman Uchiha menjadi hening seketika, para maid mulai sibuk membersihkan ruangan karena acara pernikahan sudah selesai. Terdengar suara langkah kaki yang begitu jelas di telinga Sakura, membuat gadis itu langsung mendongak menatap Sasuke dengan wajah datar.

Dia mengulurkan tangan, "Berdirilah! Ayo kita ke kamar sekarang."

Namun, Sakura tak membalas uluran suaminya itu. Dia malah bangkit sendiri dan memberi kode agar Sasuke berjalan lebih dulu. Helaan napas kasar terdengar dari mulut pemuda tampan tersebut.

Keduanya kini memasuki kamar, Sasuke berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuh di sana. Berbeda dengan Sakura yang diam mematung.

"Apa kamu punya kotak obat?" tanya gadis bersurai merah muda tersebut menatap Sasuke yang kembali duduk.

Tangannya menunjukan ke arah lemari, "Di sana ada beberapa obat. Untuk apa?"

Bergegas Sakura mengangkat gaun putihnya, dia mengambil kotak obat tersebut di dalam lemari. Kaki mungilnya melangkah mendekati Sasuke, "Untuk mengobati lebammu. Walaupun tadi Bibi Mikoto sudah memberikan obat."

"Tidak usah. Ini sudah tak terasa sakit lagi."

"Kau berbohong," potong Sakura cepat memberikan sebuah kapas pada wajah Sasuke dan benar saja pemuda itu langsung meringis kesakitan.

"Kau berbohong padaku," imbuh Sakura lagi.

Keduanya kini terdiam. Tak ada yang ingin buka bicara, Sakura sibuk membersihkan lebam di wajah suaminya sedangkan Sasuke menatap wajah sang istri kagum.

Tak!

Kotak obat tersebut tertutup rapat, Sakura sudah selesai membersihkan luka di wajah Sasuke. Dia menatap manik hitam itu dengan rasa bersalah.

"Aku ... minta maaf Sasuke, karena kebohongan kak Karin kamu harus terkena dampaknya begitu," lirih gadis itu menundukkan kepala. Matanya sudah berair ketika menginginkan kembali apa yang terjadi tadi.

Tak ada jawaban apapun dari Sasuke.

"Kenapa kau tidak mengatakan hal yang sebenarnya saja tadi?" tanya Sakura lagi, dia mengangkat kepala dan melihat Sasuke menatap dirinya lekat.

"Sudahlah Sakura, semua itu sudah terjadi. Jangan mengingat nya lagi," jawab pemuda itu singkat.

"Tapi ...."

"Kau pasti lelah, sana mandi dan segera ganti pakaianmu."

Mendengar ucapan Sasuke yang seperti perintah membuat Sakura langsung bertindak, ia berjalan menuju cermin besar yang ada di dekat jendela kemudian membuka beberapa perhiasan yang ia pakai.

Setelah itu tangannya berusaha menggapai resleting gaun yang macet tiba-tiba, dengan susah payah Sakura menggapainya akan tetapi malah semakin macet. Tubuhnya menegang ketika merasakan kulit Sasuke yang bersentuhan langsung dengan punggung Sakura.

"Sasuke ...," lirihnya.

"Biar aku bantu." Pemuda tersebut menarik kembali resleting itu ke atas dan menurunkannya perlahan.

Setelah selesai dia berniat akan kembali ke ranjang untuk merebahkan diri, akan tetapi terhenti ketika merasa tangannya di tarik dengan pelan.

"Apa?"

"Bagaimana dengan kebohongan Karin tadi? Dia bilang kalau aku ...." Wajah Sakura sedikit memerah ketika mengatakannya.

"Maksudmu?"

Sakura menggigit bibir bawahnya pelan, "Apa kau lupa? Karin tadi bilang kesemua orang kalau aku sedang me ... mengandung."

Gadis berambut merah muda itu menatap wajah Sasuke yang begitu datar mendengar ucapannya, entah kenapa Sakura merasa sangat malu sekarang.

"Kalau begitu mari kita buat ...."








*****

Bersambung.

Sudden Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang