Bab 10

4.5K 458 31
                                    

Semua orang memandang Sasuke dengan heran ketika pemuda itu menyuruh untuk berkumpul di ruang keluarga Uchiha. Tak hanya keluarga Uchiha saja bahkan keluarga Haruno juga ada di sana, Sakura meremas tangannya ketika melihat tatapan dingin nan datar dari sang Ayah.

"Aku akan mengatakan sebuah fakta, jadi aku sangat berharap bahwa kalian tidak membenci istriku lagi." Sasuke memandang sosok Karin yang seakan mengerti dengan kode yang ia berikan, gadis berambut merah itu berdiri. Mereka memang sudah sepakat untuk melakukan ini, tanpa sepengetahuan Sakura pastinya.

Karin menatap semua orang yang berada di sana, "Aku minta maaf karena sudah menuduh Sakura hari itu, aku hanya ingin mengatakan bahwa adikku tidak bersalah."

"Maksudmu?" tanya Mikoto seraya memandang menantunya.

"Sakura tidak hamil Nyonya, adikku tidak bersalah." Karin menatap satu persatu orang yang ada, dia menghela napas panjang. "Aku tidak ingin menikah dengan Sasuke, hanya itu saja."

"Kalian tahu, kalau aku masih ingin melanjutkan karierku dan aku mencintai pemuda lain." Gadis berambut merah itu menundukkan kepala, tak berani melihat reaksi kedua orangtuanya.

Kepalanya mendongak menatap sepasang sepatu yang ia kenal berada si hadapan nya, dengan perlahan Karin mendongak. Namun, tangan sang Ibu sudah terangkat menuju pipinya.

Plak!

"Jadi semua ini hanya kebohongan yang kau perbuat untuk menyelamatkan dirimu sendiri, begitu?!" teriak Mebuki yang menatap nyalang pada putri sulungnya.

Karin memegangi pipinya yang barusan ditampar oleh Mebuki, "M-maafkan aku Ibu. Aku tahu kalau diriku adalah kakak yang buruk untuk Sakura."

Kisazhi menahan pergerakan sang istri ketika tangannya terangkat untuk menampar Karin kembali, dia menyuruh Mebuki untuk duduk kembali sedangkan Sakura menarik tubuh kakaknya dan memeluknya begitu erat.

Mikoto terdiam mencoba mencerna apa yang terjadi, begitupun dengan sang kepala keluarga yang masih diam dengan wajah datar.

"Apa Ibu percaya padaku?" tanya Sasuke menatap wanita paruh baya yang duduk tak jauh dari dirinya. "Kalau Ibu dan Ayah masih belum percaya maka aku akan menunjukkan bukti yang lain, sepertinya Shion sudah menyelesaikan dokumen yang aku minta."

"Shion masuklah!"

Tak lama kemudian seorang wanita berambut pirang memasuki ruangan keluarga Uchiha, ia membungkukkan badan sebelum berdiri di samping Sasuke.

"Jelaskan faktanya Shion," ucap pemuda berambut dark blue itu datar.

Shion menganggukkan kepala paham, "Ini berisi laporan tentang Nona Sakura, semuanya sudah tertulis jelas bahwa Nona tidak hamil dan dapat dipastikan juga masih pe ...."

"Tidak perlu dilanjutkan lagi, cukup sampai di sana." Mikoto menyela ucapan Shion, wanita paruh baya itu tampak gusar. Kepalanya menoleh ke arah sang suami yang masih diam.

Dia berjalan mendekati Sakura yang sibuk menenangkan Karin, gadis berambut merah muda itu tersenyum lembut ketika Mikoto berdiri dihadapannya.

Tanpa aba-aba wanita paruh baya itu langsung memeluk tubuh Sakura, "Maafkan Ibu dan Ayah Sakura, telah menuduh dan menjelekkan namamu. Kenapa aku tidak mencari tahu semuanya sebelum menuduhmu, aku benar-benar minta maaf."

"Jangan menyalahkan semuanya Bibi," jawab gadis berambut merah muda itu pelan. Dia melepaskan pelukan Mikoto dan kembali tersenyum, "Aku memaafkanmu Bibi, dan Paman juga pastinya." Sakura melirik Fugaku yang tampak tersenyum tipis.

Karin yang melihat senyum Sakura meneteskan air mata kembali, dia tahu kalau selama ini adikknya itu menderita karena harus menanggung kebencian yang ia perbuat.

Mikoto mendengus mendengar jawaban menantunya itu, "Kau adalah gadis yang baik."

"Sakura?" panggil Mebuki yang sudah berdiri. Wanita paruh baya tersebut berjalan pelan dan menatap mata putrinya lembut, "Maafkan Ibu sudah mengacuhkan mu."

Dan gadis berambut merah muda itu menganggukkan kepala. Dia kembali menampilkan senyuman manis yang ia punya, menerima pelukan hangat dari sang Ibu. Kisazhi bangkit dari duduknya berjalan pelan menghampiri kedua wanita yang sedang berpelukan itu.

"Ayah ...," lirih Sakura.

Lelaki paruh baya tersebut merentangkan tangan, Sakura yang melihat hal itu langsung berlari. Menghambur dalam pelukan hangat sang Ayah.

"Apa kau akan memaafkan Ayahmu ini?" tanya Kisazhi mencium puncuk kepala putrinya sayang. Dia melonggarkan pelukannya ketika merasakan bajunya basah, "Jangan menangis lagi. Ayah minta maaf karena telah menyakitimu."

Sasuke yang melihat pemandangan haru itu ikut tersenyum, semuanya sudah berakhir.

*****

Karin menggenggam tangan adiknya erat, gadis berambut merah itu menatap wajah Sakura, "Maafkan aku sudah menyeretmu masuk ke dalam kebohongan ini Sakura."

"Mengapa kakak melakukan itu lagi. Kan aku sudah bilang kalau aku memaafkan semuanya, jangan mengatakannya lagi kak." Sakura memasang wajah kesal.

Setelah acara berpelukan tadi, Karin meneror sang adik dengan kata yang sama. Dia merasa tak puas jika Sakura memaafkannya begitu saja, bahkan Mebuki masih mendiaminya.

"Jangan ganggu adikmu lagi Karin," ujar Kisazhi yang ikut bosan.

Mikoto terkekeh dengan wajah geli, dia menoleh ketika melihat Fugaku yang sedari tadi memasang wajah serius, "Apa yang kau pikirkan suamiku?"

Fugaku berdehem membuat perhatian semua orang berpusat padanya, "Apa keputusan yang akan kau ambil, Kisazhi?"

"Aku tidak tahu, semuanya ku serahkan pada Sakura." Kisazhi menjawab dan memandang putri bungsunya.

Gadis berambut merah muda itu terdiam seribu bahasa, dia melirik Sasuke yang duduk tak jauh darinya. Rasanya begitu sesak sekarang, tapi dia harus melakukan ini semua ini.

"Sakura akan tetap bersama Sasuke, Ayah. Mereka saling mencintai," jawab Karin.

"Baguslah kalau begitu, aku akan memperlakukan Sakura dengan baik sekarang. Karena dia adalah putriku," imbuh Mikoto kesenangan.

"Jangan menyimpulkan nya sendiri Mikoto, kita harus mendengarkan jawaban Sakura dulu," ujar Fugaku.

Pemuda berambut dark blue yang sedari tadi diam, menatap istrinya khawatir. Dia merasa akan ada hal buruk setelah ini.

"Ayah ... Aku sudah memutuskan kalau ini akan berakhir. Kami selesai di sini," jawab gadis berambut merah muda itu penuh keyakinan.







*****

Bersambung.

Sudden Marriage [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang