"Lo gak usah sok ceramah sama gue ya. Jangan seenaknya lo fitnah gue tanpa bukti jelas. Kalo lo punya buktinya kasih unjuk ke Ardha dan langsung ngomong, dari kemaren cuma bisa fitnah gue doang, ga ada bukti kalo emang gue yang bersalah."
Frissila yang malas berdebat ia memilih pergi ke kantin dan bertemu temannya yang dari tadi menunggu.
▪▪▪
Frissila melangkahkan kakinya dengan kesal, ucapan seseorang yang seakan menuduh bahwa dirinyalah penyebab kematian Mama Ardha, membuat pikirannya kacau.
"Buset lama banget lo," tegur Adinda ketika Frissila duduk di bangku kantin.
"Mau gue pesenin yang lain?"
Frissila hanya menggeleng, lalu Adinda berbicara lagi, "Lo tau ngga, perihal tabrakan Mama Ardha yang sempet jadi perbincangan sekolah."
Frissila hanya diam, dirinya masih kesal karena tuduhan itu. Apalagi sekarang temannya malah membicarakan itu membuatnya semakin pusing.
"Hmm," jawab Frissila dengan singkat, Adinda yang mendengar nya cengo. Apa dirinya kemasukan setan bisu.
"Lo ngapa Sil? Ga kesurupan kan? Ga sakit kan? Tumben bener ga banyak omong."
"Ck, apa sih engga lah! Udah diem ga usah bahas apa-apa bete gue." Frissila menyuapkan bakso nya yang sudah dipesan oleh Adinda.
Tak lama ada yang menghampiri meja mereka, ternyata Angga dan Ardha.
"Sayang, gue boleh duduk disini kan?" tanya Angga kepada keduanya, lalu mereka menjawabnya dengan anggukan malas.
"Ngapain sih makan disini, kaya ga ada tempat lain aja!" sewot Ardha.
"Ya emang ga ada tempat lagi Dadang," balas Angga sembari duduk.
"Lo mau aja duduk sama pembunuh," ucap Ardha ketus.
Frissila dan Adinda tersentak mendengarnya, apalagi Frissila yang langsung menunduk melanjutkan makan
"Dha ga boleh gitu, kita belum tau siapa yang nabrak mama lo, siapa tau orang lain kan. Udah lah duduk dulu makan cepetan." jelas Angga panjang lebar.
"Ck." Ardha duduk dengan muka datarnya.
"Sil tolong ambilin tissu dong," pinta Angga kepada Frissila, ia hanya memutar bola matanya malas lalu memberikannya.
"Makasih, beb," ucap Angga sambil tersenyum genit.
"Ihw, amit," ucap Frissila sambil melakukan gaya akan muntah, lalu mereka tertawa kecuali Ardha.
Ada kecanggungan di meja mereka, lalu tiba-tiba Ardha berkata.
"Gue duluan, males sama orang munafik!" Ardha pergi begitu saja meninggalkan mereka dengan wajah yang berbeda-beda.
"Em, gue duluan," ucap Frissila seraya pergi meninggalkan tempat itu. Adinda mengikutinya dan berjalan di belakang Frissila dia pun bingung harus mengatakan apa.
"Apa salah gue? Kenapa seakan-akan lo percaya gitu aja sama omongan orang?!"
Sakit. Bingung. Entah lah rasanya campur aduk, ingin menangis dan berkata bahwa dirinya bukan lah orang itu tapi sayangnya lidahnya kelu untuk berkata.
--------
Frissila sudah putus asa, entah bagaimana lagi caranya untuk membuktikan bahwa bukan dirinyalah yang menabrak mama Ardha.
Sudah kesekian kalinya Frissila menghembuskan nafas kesal.
"Gila gimana lagi gue harus jelasin coba!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Talk
Fiksi Remaja"Oh lo yang namanya Frisilla, cewek bar-bar aja bangga." "Cowok datar aja kok dibangga banggain!" ----- "AAA!!! KECOAAAA!!" teriak Ardha tiba-tiba seraya mendorong tubuh Frisilla cepat. "Mana kecoa mana kecoa?" Frisilla panik, entah kenapa itu terj...